(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PRAPASKAH I [Tahun A], 9 Maret 2014)
Lalu Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si penggoda dan berkata kepada-Nya, “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan dia di puncak Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menerima Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk pada batu.” Yesus berkata kepadanya, “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Setelah itu Iblis membawa-Nya ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya, “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Lalu berkatalah Yesus kepadanya, “Enyahlah, Iblis!” Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Sesudah itu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (Mat 4:1-11)
Bacaan Pertama: Kej 2:7-9; 3:1-7; Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-6,12-14,17; Bacaan Kedua: Rm 5:12-19
Ketika Iblis datang untuk menggoda Yesus menjelang akhir puasa-Nya selama 40 hari itu, dia tidak menggunakan perut kosong Yesus sebagai sasaran. Sebaliknya, dia langsung saja menyerang relasi Yesus dengan Bapa-Nya, mendesak Dia untuk tidak mempercayai kasih Allah dan perhatian-Nya yang penuh kasih sayang kepada-Nya. Pada dasarnya, Iblis mengatakan kepada Yesus: “Engkau lapar. Jangan menggantungkan diri pada Bapa-Mu untuk menopang kehidupan-Mu. Lakukanlah sesuatu dengan memakai kekuatan-Mu sendiri.”
Hal ini tidak berbeda dengan godaan Iblis terhadap Adam dan Hawa (lihat Kej 3:1-6). Pada pusat kata-kata ular kepada mereka terdapat kebohongan Iblis bahwa Allah sesungguhnya tidak mengasihi mereka atau tidak menyediakan apa saja yang diperlukan bagi manusia yang baru diciptakan-Nya. Dari zaman ke zaman sampai hari ini, Iblis telah menggunakan distorsi seperti ini untuk mengecilkan arti dari relasi kita dengan Allah, teristimewa manakala kita merasa lemah dan rentan – ketika kita sedang berpuasa, ketika kita memeriksa batin kita dan melakukan pertobatan, ketika kita sedang menderita sakit, atau pada saat kita patah hati.
Kita harus dapat mengenali tipu daya si Iblis ini dan melawannya dengan kebenaran. Karena Adam dan Hawa tidak berpegang teguh pada kebenaran tentang kasih Allah, akhirnya mereka menyerah terhadap godaan Iblis itu. Sementara kegagalan mereka dapat terlihat sebagai kesalahan sangat serius dan tak terampuni – sesungguhnya memang dosa mereka mempunyai implikasi negatif yang sangat besar atas kita semua sebagai anak-cucu dua orang itu – Allah tidak pernah berhenti mengasihi Adam dan Hawa. Pada hari ini, Allah mengasihi kita semua dengan kedalaman dan kesungguhan yang sama. Pada kenyataannya, tidak ada seorang pun dalam sejarah yang pernah dikecualikan dari tawaran belas kasih (kerahiman) dan rekonsiliasi Allah.
Iblis seringkali menggunakan rasa malu yang dapat kita rasakan karena dosa-dosa kita untuk menutupi hati nurani kita, namun kita tidak pernah boleh dibutakan sehingga tidak mampu melihat pengampunan dan kasih Allah yang ada di depan kita. Oleh karena itu, pada hari ini marilah kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa Allah sungguh mengasihi kita semua. Tidak salahlah jika kita pada hari ini beberapa kali kita berkata dengan suara keras: “Allah mengasihiku!” Dalam doa, marilah kita mohon kekuatan dari Allah agar kita dapat tetap murni, tidak dapat ditipu dan digerakkan semaunya oleh si Jahat. Marilah kita mengundang Yesus untuk datang masuk ke dalam hati kita masing-masing dan membuat masa Prapaskah ini sebagai suatu masa penuh berkat pembaharuan dan rahmat dalam kehidupan kita.
DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu untuk kasih-Mu yang tak tergoyahkan kepadaku dan sesamaku. Sejak saat pertama penciptaan, Engkau telah mengasihi diriku. Terima kasih untuk belas kasih (kerahiman) dan rahmat-Mu. Aku hanya akan menyembah-Mu saja sepanjang hidupku. Aku berdoa demikian dalam nama Yesus, Putera-Mu – Tuhan dan Juruselamatku – yang hidup dan berkuasa bersama –Mu dalam persekutuan Roh Kudus, Allah sepanjang masa. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mat 4:1-11), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS DICOBAI DI PADANG GURUN” (bacaan tanggal 9-3-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2014.
Cilandak, 6 Maret 2014
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
No comments:
Post a Comment