BUAH-BUAH DARI PERBUATAN KASIH
(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Sabtu sesudah Rabu Abu – Sabtu, 8 Maret 2014)
Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. YUHAN (YHWH) akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan “yang memperbaiki tembok yang tembus, “yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni.” Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus YHWH “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena YHWH, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut YHWH-lah yang mengatakannya. (Yes 58:9b-14)
Mazmur Tanggapan: Mzm 86:1-6; Bacaan Injil: Luk 5:27-32
Sepanjang masa Prapaskah, Gereja mendorong dilakukannya praktek-praktek pertobatan dalam bentuk puasa, doa dan pemberian sedekah bagi orang-orang yang membutuhkan. Tindakan-tindakan ke luar yang khasat mata ini harus mengalir dari disposisi hati batiniah yang merupakan tanggapan terhadap kasih dan belas kasih (kerahiman) Allah. Kita cenderung untuk mengasosiasikan kata “hati” dengan emosi-emosi dari cintakasih dan afeksi. Namun dalam kekayaan penggunaan alkitabiah, kata “hati” berarti bagian sentral dari keberadaan seseorang di mana dia menanggapi Allah. Hati adalah inti terdalam dari hati nurani seorang pribadi manusia, kehendaknya, intelegensianya dan kepribadiannya.
Dalam bacaan pertama hari ini, sang nabi menjelaskan dasar dari disposisi hati batiniah dari mana tindakan keagamaan ke luar mengalir: kerendahan-hati dan ketergantungan pada Allah. Kita harus mencari Allah dan memalingkan pandangan hati kita kepada-Nya (bdk. Yes 58:9), dan berseru bersama sang pemazmur memohon agar kasih Allah memenuhi hati kita: “Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN (YHWH), jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku” (Mzm 86:1).
Yesus berkata kepada para rasul-Nya: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34). Selagi hati kita disentuh dan dimurnikan oleh kasih Allah, kita menanggapinya dengan mensyeringkan kasih-Nya itu dengan orang-orang lain. Dalam salah satu khotbahnya tentang masa Prapaskah, Santo Leo Agung (c. 400-461) mendorong dilakukannya pemeriksaan batin yang akan memimpin seseorang kepada suatu ungkapan kasih yang lebih besar kepada orang-orang lain, dan juga pelayanan bagi mereka. Dalam Injil Yohanes, Yesus mengatakan: “Dengan demikian semua oran
g akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh 13:35). Dengan demikian, umat beriman harus membangunkan diri mereka sendiri dan menguji/memeriksa afeksi-afeksi batiniah hati mereka. Apakah mereka menemukan buah-buah dari perbuatan kasih mereka? Apabila demikian halnya, maka mereka tidak perlu meragukan bahwa Allah hadir bersama mereka. Namun demikian, agar dapat bersikap lebih reseptif lagi terhadap Tamu yang sedemikian agung, maka mereka harus mengabdikan diri mereka bagi pekerjaan belas kasih yang lebih besar lagi (Sermon 10).Dalam masa Praspaskah ini, marilah kita dengan segala kerendahan hati bekerja sama dengan Allah Roh Kudus dan memperkenankan Dia untuk bekerja di dalam hati kita, dengan mengkomit diri kita pada resolusi-resolusi spiritual seperti berikut ini:
Menyediakan paling sedikit sepuluh menit setiap hari dalam doa pribadi guna memuji-muji Allah dan mengakui kebutuhan kita akan kasih-Nya dan rahmat-Nya.
Setiap hari, periksalah hati nurani kita dan bertobatlah atas dosa-dosa kita, sambil memohon kepada Roh Kudus agar memurnikan hati dan pikiran kita.
Menyediakan waktu sekurang-kurangnya sepuluh menit untuk membaca serta merenungkan sabda Allah yang ada dalam Kitab Suci, dan memperkenankan sabda Allah tersebut menyentuh hati kita.
Mempersiapkan sebuah rencana untuk pertumbuhan spiritual yang mencakup juga pembacaan serta permenungan Bacaan Rohani, dan partisipasi dalam kehidupan menggereja.
DOA: Bapa surgawi, ajarlah aku jalan-jalan-Mu, ya Tuhan Allahku, agar dengan demikian aku berkenan di hati-Mu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 5:27-32), bacalah tulisan dengan judul “ALLAH DAPAT MEMBERIKAN HATI YANG BARU KEPADA KITA” (bacaan tanggal 8-3-14) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2014.
Untuk mendalami Bacaan Pertama (Yes 58:9b-14), bacalah tulisan yang berjudul “MENJADI TUKANG REPARASI” (bacaan tanggal 16-2-13) dalam situs/blog PAX ET BONUM.
Cilandak, 6 Maret 2014
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
No comments:
Post a Comment