(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan I Prapaskah – Selasa, 11 Maret 2014)
Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa dengan banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi, janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu, berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. [Karena Engkaulah yang punya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:7-15)
Bacaan Pertama: Yes 55:10-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 34:4-7,16-19
Kira-kira seorang ayah yang ideal itu seperti apa ya? Tentunya dia memperhatikan anak-anaknya, memberikan apa-apa yang sungguh dibutuhkan anak-anaknya. Dia akan mendisiplinkan anak-anaknya, mendidik serta mengajar anak-anaknya bagaimana menjalani kehidupan ini, menghibur anak-anaknya ketika mereka disakiti dan/atau sedang “down”, dan dia ikut bergembira-ria ketika anak-anaknya sedang hepi-hepi. Seorang ayah yang ideal itu nyaris sempurna (tidak ada yang sempurna), dapat dipercaya dan menjadi tumpuan kepercayaan dan harapan anak-anaknya, dan tentunya dicintai oleh anak-anaknya.
Ketika Yesus mengajar kita doa “Bapa kami”, Dia mengajar kita bahwa Allah yang kita sembah adalah “seorang” Ayah/Bapa yang sungguh sempurna. Allah adalah Dia yang memelihara dan menopang hidup kita sehingga kita dapat balas mengasihi-Nya. Kita dapat melihat secara agak samar-samar relasi umat dengan Bapa surgawi ini dalam Perjanjian Lama. Kepenuhan relasi itu sendiri terwujud dalam diri Yesus, sang Putera yang sempurna, yang menyatakan Bapa kepada kita. Dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat acuan-acuan kepada Allah sebagai “Bapa” dalam Kitab Sirakh (Sir 23:1,4); juga dalam Kitab Tobit (Tob 13:4). Dalam Kitab Yesaya kita membaca bahwa seluruh umat Israel memanjatkan doa permohonan kepada Allah sebagai Bapa mereka (Yes 63:15-16); demikian pula halnya dengan sabda Allah sendiri dalam Kitab Yeremia (Yer 3:4,19).
Akan tetapi, semua acuan kepada Allah sebagai Bapa dalam Perjanjian Lama tetap mempertahankan suatu formalitas yang secara radikal diakhiri oleh Yesus ketika dia menyapa Allah dalam bahasa Aram sebagai “Abba” (lihat Mrk 14:36). Penggunaan kata “Abba” oleh Yesus ini menunjukkan keakraban relasi-Nya dengan Bapa surgawi – tidak ada presedennya dalam hidup keagamaan bangsa Yahudi. Nah, keakraban atau intimasi dengan Bapa surgawi sekarang juga milik kita, karena kita – sebagai saudari dan saudara Kristus dan anak-anak “angkat” Allah – mempunyai relasi serupa dengan Bapa surgawi.
Bapa surgawi sungguh merasa senang apabila kita berdoa kepada-Nya dan menyapa-Nya sebagai Bapa dan kita menyatakan keberadaan diri kita sebagai anak-anak-Nya seperti Kristus sendiri. Yesus, Putera Bapa yang sejati, adalah jalan hidup untuk sampai kepada Dia yang akan merangkul kita dalam kasih dan kelemah-lembutan.
Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus memulihkan (merestorasikan) hubungan kita dengan Bapa sampai mencapai tingkat keakraban dan mempribadi seperti ini. Bersatu dengan Yesus, sang Putera yang sempurna, kita turut mengambil bagian dalam martabat-Nya sebagai Putera Bapa. Sekarang, selagi kita berdoa menurut kata-kata yang diajarkan Yesus kepada kita, kita dapat menghadap hadirat Bapa dengan penuh kepercayaan diri, karena kita yakin akan kasih-Nya kepada kita dan bahwa Dia memberikan kehidupan kepada kita, dan bahwa sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya secara mendalam, dia akan mencurahkan berbagai karunia kepada kita.
DOA: “Bapa kami”.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Yes 55:10-11), bacalah tulisan yang berjudul “UNTUK MENYATAKAN HIKMAT ILAHI KEPADA UMAT MANUSIA” (bacaan untuk tanggal 11-3-14), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 14-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2014.
Bacalah juga tulisan-tulisan yang berjudul “BAPA KAMI YANG DI SURGA” (bacaan tanggal 28-2-12) dan “DOA YANG DIAJARKAN OLEH TUHAN YESUS SENDIRI” (bacaan tanggal 19-2-13), keduanya dalam situs/blog PAX ET BONUM.
Cilandak, 8 Maret 2014
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
No comments:
Post a Comment