“SEBAGAI PELAYAN-PELAYAN BAGI SEMUA ORANG: KETAATAN” - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, January 06, 2014

“SEBAGAI PELAYAN-PELAYAN BAGI SEMUA ORANG: KETAATAN”

07: “SEBAGAI PELAYAN-PELAYAN BAGI SEMUA ORANG: KETAATAN” *)

PENGANTAR

Perjalanan ziarah kita dalam mengikuti jejak Kristus menuntut, pertama-tama, bahwa “kita harus melayani, bukan dilayani”. Hal ini menuntut penundukan kecenderungan-kecenderungan kita sendiri agar dapat memenuhi kehendak Allah. Kehendak Allah ini diberitahukan kepada kita oleh pengarahan-pengarahan dari mereka yang memiliki wewenang dari Allah, oleh keadaan yang dihadapi kehidupan kita dan sangat sering oleh kebutuhan-kebutuhan orang lain. Fondasi dari segala kekudusan, dari pertumbuhan di dalam cintakasih kepada Allah adalah penyerahan kehendak-kehendak kita sendiri kepada-Nya.

BACAAN KITAB SUCI

Flp 2:5-8 (Yesus taat kepada Allah Bapa)

Luk 14:7-11 (Kerendahan hati dan ketaatan)

Mat 20:25-28 (Melayani bukan dilayani)

Luk 1:38 (Hamba Tuhan)

Luk 2:51 (Yesus taat kepada Maria dan Yusuf)

Yoh 4:31-34, 5:50, 6:37-38 (Melakukan kehendak Bapa)

Rm 13:1-7 (Taat kepada pemerintah)

1Ptr 2:13-17 (Ketaatan para warga negara)

AJARAN GEREJA

Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja [LG], 37

Hendaklah para awam, seperti semua orang beriman Kristiani, mengikuti teladan Kristus, yang dengan ketaatan-Nya sampai mati, membuka jalan yang membahagiakan bagi semua orang, jalan kebebasan anak-anak Allah. Hendaklah mereka dengan ketaatan Kristiani bersedia menerima apa yang ditetapkan oleh para Gembala hirarkis sejauh menghadirkan Kristus, sebagai guru dan pemimpin dalam Gereja  [ DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 121].

 Dekrit Perfectae Caritatis tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius [PC], 14 (Ketaatan)

Dengan mengikrarkan ketaatan para religius mempersembahkan bakti kehendak mereka yang sepenuhnya bagaikan kurban diri kepada Allah. Dengan demikian mereka secara lebih tetap dan terjamin dipersatukan dengan kehendak penyelamat Allah. Maka seturut teladan Yesus Kristus, yang datang untuk melaksanakan kehendak Bapa (lihat Yoh 4:34; 5:30; Ibr 10:7; Mzm 39:9), “mengenakan rupa seorang hamba” (Flp 2:7), dan melalui sengsara-Nya belajar taat (lihat Ibr 5:8), hendaknya para religius, atas dorongan Roh Kudus, dalam iman mematuhi para pemimpin yang mewakili Allah [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 258].

Dekrit Presbyterorum Ordinis  tentang Pelayanan dan Kehidupan para Imam [PC], 15 (Kerendahan hati dan ketaatan)

Karena pelayanan imamat itu pelayanan Gereja sendiri, maka hanya dapat dilaksanakan dalam persekutuan hierarkis seluruh Tubuh. Maka cintakasih kegembalaan mendesak para imam, untuk dalam rangka persekutuan itu melalui ketaatan membaktikan kehendak mereka sendiri dalam pengabdian kepada Allah dan sesama [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 494].

Bacaan Tambahan: Lihat Lampiran I.

FOKUS FRANSISKAN

Seperti Fransiskus, kita taat karena Yesus taat! Inilah seluruh alasan yang kita perlukan. Melalui ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa di surga, kita telah ditebus.

Ketaatan adalah pelaksanaan iman praktis, yaitu percaya akan kebaikan Bapa kita. Meskipun Ia memperkenankan terjadinya penderitaan dan kematian Putera-Nya di kayu salib, Ia akan memberikan kepada kita segala kesempatan untuk bekerja sama dalam tindakan penebusan itu. Sebagai seorang Fransiskan, ketaatan kita menjangkau siapa saja, tidak hanya mereka yang mempunyai kekuasaan. Dengan demikian kita perlu memiliki iman yang kuat bahwa semua orang adalah putera-puteri Allah yang patut kita layani, tak peduli kedudukan mereka di dalam masyarakat.

Para Fransiskan harus taat dan hormat kepada Sri Paus, para uskup dan para imam, seperti kepada Yesus Kristus sendiri. Mereka menjanjikan ketaatan dalam suatu semangat pelayanan kepada para atasan ordo, pada setiap tingkat tetapi khususnya pada tingkat lokal atau komunitas. Ketaatan ini menyangkut semua yang berkaitan dengan kehidupan komunitas. Di atas segalanya mereka menyangkal kehendak-kehendak mereka sendiri dan mengarahkan kepada Allah segala penilaian atas orang-orang lain. Dengan menjadi pelayan/hamba untuk semua orang seperti juga Yesus yang menjadi pelayan kita, mereka menjamin keselamatan mereka sendiri dan melalui ketaatan, keselamatan semua orang.

Dengan demikian kepatuhan kita adalah kepada kehendak Allah seperti yang diketahui dari perintah-perintah-Nya, melalui Gereja-Nya, melalui kebutuhan-kebutuhan mereka yang menjadi tanggung jawab kita dan sesungguhnya melalui kebutuhan apa saja yang disampaikan kepada kita. Tanggapan kita akan penuh dengan kemurahan hati apabila kita memandang diri kita sebagai “pelayan semua orang” seperti dikatakan Fransiskus. Penilaian kita sendiri tentang apa yang merupakan cara yang lebih baik tidak mengambil tempat utama dan kita pun tidak menimbang-nimbang berapa biayanya bagi diri kita sendiri. Kekuatan kita terletak pada pengetahuan yang pasti bahwa inilah yang dikehendaki Allah.

Ketaatan kepada Allah harus merupakan sikap istimewa dari mereka yang memiliki dan menjalankan wewenang, karena mereka dipanggil untuk melaksanakan kehendak Allah  seperti mereka melihatnya. Mereka tidak melaksanakan kehendak mereka sendiri. Oleh karena itu Fransiskus menamakan para superior di dalam ordonya ‘MINISTER’, karena mereka dipanggil untuk menjadi pelayan bagi para saudara mereka.

Kalau kesombongan merupakan dasar dari semua dosa, maka penundukan diri sendiri kepada Allah dan semua makhluk ciptaan dalam ketaatan adalah pengungkapan tertinggi dari kerendahan hati.

WARISAN KITA

Petuah-Peetuah: Ketaatan sempurna. Tuhan berfirman dalam Injil: “Siapa yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (lihat Luk 14:33). “Siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya” (Mat 16:25). Orang meninggalkan segala miliknya dan kehilangan nyawa bila ia menyerahkan dirinya sepenuh-penuhnya untuk taat di dalam tangan atasannya (Pth III: 1-3).

2Celano: Bagaimana Fransiskus selalu mempunyai seorang gardian demi ketaatan sejati. Namun sekali peristiwa dia (Fransiskus) berkata kepada saudara yang menemaninya: “Di antara hal-hal lain yang dengan penuh kemurahan hati telah dianugerahkan oleh kebaikan Allah kepadaku adalah ini, yaitu rahmat bahwa aku akan taat kepada seorang novis yang baru satu jam (menjadi novis), apabila dia diberikan kepadaku sebagai gardianku, taat setepat-tepatnya seperti aku akan mentaati pribadi yang paling tua dan paling bijaksana. Seorang subjek, katanya, seharusnya tidak mempertimbangkan/menilai pribadi sang atasan/superior, akan tetapi mempertimbang-kan Dia yang demi-Nya subjek itu menjadi subjek. Semakin atasan itu jahat-keji, semakin senang pula kedinaan dari dia yang taat kepada atasan tersebut” (2Cel 151; terjemahan bebas dari teks dalam OMNIBUS, hal. 483-484).

2SurBerim. Orang yang diberi wewenang untuk ditaati dan yang dipandang sebagai yang terbesar, hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan hamba saudara lainnya (2SurBerim 42).

LegMaj VI:1-11 (terjemahan P. Wahyo, hal. 33-40; OMNIBUS, hal. 671-679). 

Cermin Kesempurnaan (Mirror of Perfection, 39-75; teks bahasa Inggris dalam OMNIBUS, hal. 1165-1206).

Tentang kedinaan dan ketaatan Fransiskus dan Sdr. Bernardus (Fioretti 3, edisi Sekafi hal. 25-27; OMNIBUS, hal. 1306-1307).

ANGGARAN DASAR OFS

Fasal II Artikel  10 dan 14:

Sambil mempersatukan diri dengan ketaatan Yesus yang menyelamatkan, yang menyerah-kan kehendak-Nya sendiri ke dalam tangan Bapa, mereka hendaknya dengan setia menjalankan tugas-tugasnya, sesuai dengan aneka kondisi keadaan mereka masing-masing [LG, 41] dan mengikuti Kristus yang miskin tersalib, sambil mengakui Dia, juga dalam kieadaan sulit dan dalam pengejaran [LG, 42]. [Artikel 10]

Bersama-sama dengan semua orang yang berkehendak baik, mereka terpanggil untuk membangun dunia yang lebih bersaudara dan lebih Injili sehingga Kerajaan Allah terwujud. Hanya saja, mengingat bahwa siapapun yang mengikuti Kristus Sang Manusia sempurna juga menjadi lebih manusia, hendaknya mereka menjalankan tanggung jawabnya itu dengan keahlian yang sepadan, dalam semangat pelayanan Kristiani [AA, 14] [Artikel 14]

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN SECARA PRIBADI DAN DISYERINGKAN DALAM KELOMPOK

1.     Apakah orang-orang merasa enggan atau meminta bantuan Saudari-saudara untuk tugas-tugas kecil? 

2.     Bagaimana dapat dikatakan bahwa praktek ketaatan sesungguhnya merupakan suatu tindakan iman? 

3.     Bagaimana Saudari-saudara akan menangani suatu pengarahan dari seorang minister dalam ordo atau Gereja, yang berumur lebih muda, kalah dalam pengalaman dan tidak memiliki latar belakang pendidikan seperti Saudari-saudara, dan yang Saudari-saudara nilai telah berbuat suatu kesalahan/kekeliruan? 

LAMPIRAN I

LG, 41 (Bentuk pelaksanaan kesucian)

Dalam aneka bentuk kehidupan serta tugas satu kesucian yang sama diamalkan oleh semua, yang digerakkan oleh Roh Allah, dan yang dengan mematuhi suara Bapa serta bersujud kepada Allah Bapa dalam roh dan kebenaran, mengikuti Kristus yang miskin, rendah hati dan memanggul salib-Nya, agar mereka pantas ikut menikmati kemuliaan-Nya. Adapun masing-masing menurut karunia dan tugasnya sendiri wajib melangkah tanpa ragu-ragu menempuh jalan iman yang hidup, yang membangkitkan harapan dan mewujudkan diri melalui cintakasih.

Para suami-istri dan orangtua Kristiani wajib, menurut cara hidup mereka, dengan cinta yang setia seumur hidup saling mendukung dalam rahmat, dan meresapkan ajaran Kristiani maupun keutamaan-keutamaan Injil di hati keturunan, yang penuh kasih mereka terima dari Allah. Sebab dengan demikian mereka memberi teladan cintakasih yang tak kenal lelah dan penuh kerelaan kepada semua orang, memberi contoh kepada persaudaraan kasih, dan menjadi saksi serta pendukung kesuburan Bunda Gereja. Mereka menjadi tanda pun sekaligus ikut serta dalam cintakasih Kristus terhadap Mempelai-Nya, sehingga Ia menyerahkan Diri untuknya. Teladan serupa disajikan dengan cara lain oleh para janda dan mereka yang tidak menikah, yang juga dapat menyumbang banyak sekali bagi kesucian dan kegiatan Gereja. Adapun mereka yang sering menanggung beban kerja berat hendaknya menyempurnakan diri melalui pekerjaan manusia, membantu sesama warga dan mengangkat segenap masyarakat serta alam tercipta kepada keadaan yang lebih baik. Selain itu hendaklah mereka dengan cintakasih yang aktif meneladan Kristus, yang dulu menjalankan pekerjaan tangan, dan selalu berkarya bersama Bapa demi keselamatan semua orang. Hendaklah mereka berharap dan gembira, saling menanggung beban, dan melalui pekerjaan mereka sehari-hari mencapai kesucian yang lebih tinggi dan bersifat apostolis.

Khususnya hendaklah mereka yang ditimpa oleh kemiskinan, kelemahan, penyakit dan pelbagai kesukaran, atau menanggung penganiayaan demi kebenaran – merekalah, yang dalam Injil dinyatakan bahagia oleh Tuhan, dan yang “Allah, sumber segala rahmat, yang dalam Kristus Yesus telah memanggil kita ke dalam kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan dan mengokohkan, sesudah mereka menderita seketika lamanya” (1Ptr 5:10), – hendaklah mereka semua mengetahui, bahwa mereka dipersatukan dengan Kristus yang menderita sengsara demi keselamatan dunia.

Jadi semua orang  beriman Kristiani dalam kondisi-kondisi hidup mereka, dalam tugas-tugas serta keadaan mereka, dan melalui itu semua, dari hari ke hari akan makin dikuduskan, bila mereka dalam iman menerima segala-sesuatu dari tangan Bapa di surga, dan bekerja sama dengan kehendak ilahi, dengan menampakkan dalam tugas sehari-hari kepada semua orang  cintakasih Allah terhadap dunia [Dokumen Konsili Vatikan II, hal. 125, 127-129].

 LG, 42 (Jalan dan upaya kesucian)

“Allah itu kasih, dan barangsiapa tetap berada dalam kasih, ia tinggal dalam Allah dan Allah dalam dia” (1Yoh 4:16). Adapun Allah mencurahkan cintakasih-Nya ke dalam hati kita melalui Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita (lihat Rm 5:5). Maka dari itu karunia yang pertama dan paling perlu yakni cintakasih, yang membuat kita mencintai Allah melampaui segalanya dan mengasihi sesama demi Dia. Akan tetapi, supaya cintakasih bagaikan benih yang baik  bertunas dalam jiwa dan menghasilkan buah, setiap orang beriman wajib mendengarkan sabda Allah dengan suka hati, dan dengan bantuan rahmat-Nya, dengan tindakan nyata melaksanakan kehendak-Nya. Ia wajib sering menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi, dan ikut serta dalam perayaan liturgi, pun juga dengan tabah berdoa, mengingkari diri, melayani sesama secara aktif, dan mengamalkan segala keutamaan. Sebab cintakasih, sebagai pengikat kesempurnaan dan kepenuhan hukum (lihat Kol 3:14; Rm 13:10), mengarahkan dan menjiwai semua upaya kesucian, dan membawanya sampai ke tujuannya. Maka cintakasih akan Allah maupun akan sesama merupakan ciri murid Kristus yang sejati.

Yesus, Putera Allah, telah menyatakan cintakasih-Nya dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Maka tidak seorang pun mempunyai cintakasih yang lebih besar daripada dia yang merelakan nyawanya untuk Dia dan untuk saudara-saudaranya (lihat 1Yoh 3:16; Yoh  15:13). Sudah sejak masa permulaan ada orang-orang Kristiani yang telah dipanggil, dan selalu masih akan ada yang dipanggil, untuk memberi kesaksian cintakasih yang tertinggi itu di hadapan semua orang, khususnya di muka para penganiaya. Maka Gereja memandang sebagai karunia luarbiasa dan bukti cintakasih tertinggi kematian sebagai martir, yang menjadikan murid serupa dengan Guru yang dengan rela menerima wafat-Nya demi keselamatan dunia, serupa dengan Dia dalam menumpahkan darah. Meskipun hanya sedikit yang diberi, namun semua harus siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja.

Kesucian Gereja secara istimewa dipupuk pula dengan aneka macam nasihat, yang oleh Tuhan dalam Injil disampaikan kepada para murid-Nya untuk dilaksanakan. Diantaranya sangat menonjol karunia rahmat ilahi, yang oleh Bapa dianugerahkan kepada beberapa orang (lihat Mat 19:11; 1Kor 7:7), yakni supaya dalam keperawanan atau selibat mereka lebih mudah membaktikan diri seutuhnya kepada Allah, dengan hati tak terbagi (lihat 1Kor 7:32-34). Tarak sempurna demi Kerajaan surga itu dalam Gereja selalu dihargai secara istimewa, sebagai tanda dan dorongan cintakasih, dan sebagai suatu sumber kesuburan rohani yang luarbiasa di dunia.

Gereja juga tetap mengingat anjuran Rasul, yang mendorong kaum beriman untuk mengamalkan cintakasih, dan mendorong mereka supaya menaruh perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, “yang telah mengosongkan diri-Nya dan mengenakan rupa seorang hamba, …… dan menjadi taat sampai mati” (Flp 2:7-8), lagipula demi kita “menjadi miskin, meskipun Ia kaya” (2Kor 8:9). Perlulah bahwa cintakasih dan kerendahan hati Kristus itu senantiasa diteladan dan diberi kesaksian oleh para murid. Maka Bunda Gereja bergembira, bahwa dalam pangkuannya terdapat banyak pria dan wanita, yang mengikuti dari dekat dan memperlihatkan lebih jelas pengosongan diri Sang Penyelamat, dengan menerima kemiskinan dalam kebebasan anak-anak Allah serta mengingkari keinginan-keinginan mereka sendiri. Mereka itulah, yang demi Allah tunduk kepada seorang manusia dalam mengejar kesempurnaan melampaui apa yang diwajibkan, untuk lebih menyerupai Kristus yang taat.

Maka semua orang beriman Kristiani diajak dan memang wajib mengejar kesucian dan kesempurnaan status hidup mereka. Oleh karena itu hendaklah semua memperhatikan, agar mereka mengarahkan keinginan-keinginan hati dengan tepat, supaya mereka dalam mengejar cintakasih yang sempurna jangan dirintangi karena menggunakan hal-hal duniawi dan melekat pada kekayaan melawan semangat kemiskinan menurut Injil. Itulah maksud nasihat Rasul: Orang yang menggunakan barang dunia ini jangan sampai berhenti di situ: sebab berlalulah dunia seperti yang kita kenal sekarang (lihat 1Kor 7:31) [Dokumen Konsili Vatikan II, hal. 129-131].

Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini [GS], 93

Sambil mengenangkan sabda Tuhan: “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kalian itu murid-murid-Ku, yakni bila kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35), bahwa kalian itu murid-murid-Ku, yakni bila kalian saling mengasihi” (Yoh 13:35), umat Kristiani tidak dapat menginginkan apa pun lebih sungguh-sungguh, daripada untuk mengabdikan diri secara makin penuh dan efektif kepada sesama di dunia masa kini. Maka dari itu, sambil dengan setia  bertumpu pada Injil dan bersandar pada kekuatannya, dan berama dengan semua orang yang mencintai dan melaksanakan keadilan, mereka telah menyatakan bersedia untuk menjalankan karya agung di dunia ini, yang harus mereka pertanggung-jawabkan terhadap Dia, yang pada hari terakhir akan mengadili semua orang. Tidak semua orang yang berseru “Tuhan, Tuhan!” akan memasuki Kerajaan Surga, tetapi hanya merekalah, yang melaksanakann kehendak Bapa dan dengan giat menyingsingkan lengan baju. Bapa menghendaki, agar dalam semua orang kita mengenali dan mencintai secara nyata Kristus Saudara kita, dengan kata-kata maupun tindakan, dan dengan demikian memberi kesaksian akan Kebenaran, serta menyiarkan kepada sesama misteri cintakasih Bapa di Surga. Dengan begitu semua orang di seluruh dunia akan dibangkitkan untuk menaruh harapan yang hidup, yang merupakan karunia Roh Kudus, supaya akhirnya ditampung dalam damai dan kebahagiaan yang mulia, di tanah air yang bercahaya gemilang berkat kemuliaan Tuhan.

Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan dalam Kristus Yesus turun menurun sampai selama-lamanya. Amin” (Ef 3:20-21) [Dokumen Konsili Vatikan II, hal. 636-637].


*) Bahan untuk pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Thomas  More, Jakarta Selatan. Adaptasi dari bahan pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta (Edisi tahun 2000) yang digunakan sejak tahun 1997 dan telah disetujui oleh Pater R. Wowor OFM sebagai pendamping rohani (kode:NOVIS/OFS JKT/05).  Disadur secara bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS dari “The Rule of the Secular Franciscan Order with Catechism and Instructions”.  


Jakarta, 30 Juni 2010 [Peringatan Beato Raymundus Lullus].

Perbaikan terakhir oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS: 18 Februari 2013.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages