“SEBAGAI PEZIARAH-PEZIARAH SEDERHANA: KEMISKINAN” - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, January 06, 2014

“SEBAGAI PEZIARAH-PEZIARAH SEDERHANA: KEMISKINAN”

08: “SEBAGAI PEZIARAH-PEZIARAH SEDERHANA: KEMISKINAN” *)

PENGANTAR 

Keberadaan para Fransiskan di dalam dunia adalah sebagai peziarah-peziarah yang sedang dalam perjalanan menuju kerajaan surgawi dari Bapa. Oleh karena itu mereka melihat  diri mereka sebagai orang asing bagi dunia ini. Mereka hidup dengan penuh kesadaran bahwa segalanya yang mereka miliki adalah pemberian dari Allah. Kesederhanaan gaya hidup dan suatu kesiapsediaan untuk syering/berbagi segala yang kita miliki dalam suatu semangat penuh syukur menjadi fondasi dari kehidupan Fransiskan kita. 

BACAAN KITAB SUCI 

Mat 19:23-29 (Orang kaya sukar sekali masuk ke dalam surga)

Luk 2:6-7 (Yesus lahir dalam kemiskinan)

Luk 9:57-59 (Mengikut Yesus yang miskin)

Mrk 10:17-31 (Bahaya kekayaan)

Luk 5:8-11 (Panggilan para murid)

Luk 14:12-35 (Biaya pemuridan) 

AJARAN GEREJA 

Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja [LG], 8 

Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menempuh jalan yang sama, supaya menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia. Kristus Yesus, “walaupun dalam rupa Allah, … telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2:6-7). Dan demi kita Ia “menjadi miskin, meskipun Ia kaya” (2Kor 8:9). Demikianlah Gereja, kendati memerlukan upaya-upaya manusiawi untuk menunaikan perutusan-Nya, didirikan bukan untuk mengejar kemuliaan duniawi, melainkan untuk menyebarluaskan kerendahan hati dan pengingkaran diri juga melalui teladannya. Kristus diutus oleh Bapa untuk “menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, … untuk menyembuhkan mereka yang putus asa” (Luk 4:18), untuk “mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10). Begitu pula Gereja melimpahkan cinta kasihnya kepada semua orang yang terkena oleh kelemahan manusiawi. Bahkan dalam mereka yang miskin dan menderita Gereja mengenali citra Pendirinya yang miskin dan menderita. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 75]

Dekrit Prebyterorum Ordinis tentang Pelayanan dan Kehidupan para Imam [PO], 17 

Bahkan para imam diundang untuk hidup dalam kemiskinan sukarela. Dengan begitu mereka secara lebih nyata menyerupai Kristus, dan lebih siap-sedia untuk pelayanan suci. Sebab demi kita Kristus telah menjadi miskin, padahal Ia kaya, supaya karena kemiskinan-Nya kitalah yang menjadi kaya (lihat 2Kor 8:9). Melalui teladan mereka para Rasul telah memberi kesaksian, bahwa karunia Allah yang cuma-Cuma harus disalurkan dengan cuma-Cuma pula (lihat Kis 8:18-25), dan bahwa mereka tahu menderita kekurangan dan mengalami kelimpahan (lihat Flp 4:12). [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 499] 

BACAAN TAMBAHAN: Lihat LAMPIRAN I 

FOKUS FRANSISKAN 

·        Santo Fransiskus dalam sejarah dijuluki Il Poverello atau “Si orang miskin yang kecil”. Kemiskinan begitu dekat dekat dengan hatinya sebagai akar semangatnya, sehingga dalam tradisi keksatriaan Fransiskus menamakan “ratu kebajikan” (ratu keutamaan) sebagai “Tuah Puteri Kemiskinan”. 

·        Nilai dari kemiskinan ditunjukkan oleh cara hidup Putera Allah sendiri yang memberi pesan/petunjuk kepada para murid “supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka” (Mrk 6:8). Fransiskus mau menjadi miskin karena Kristus miskin. Ini adalah semua dan satu-satunya alasan yang diperlukan. 

·        Para pengikut “Kristus yang miskin” – sesuai dengan yang dilakukan Fransiskus sendiri – harus mengidentifikasikan diri dengan kaum miskin, orang-orang biasa. Hal ini harus mereka lakukan teristimewa terhadap mereka yang menderita dari ketidakadilan yang disebabkan oleh ketamakan, yang seringkali memecah masyarakat antara kaum kaya dan kaum miskin. Tidak cukuplah kita sekadar bersimpati dengan orang-orang kecil. Kita juga harus menyatu dalam perjuangan mereka. Kita perlu membantu mereka dengan kehadiran kita secara fisik dan apabila mungkin menjadi salah seorang dari mereka. Paling sedikit harus siapa untuk berbagi/syering harta milik kita di dunia ini. 

·        Dengan demikian gaya hidup seorang Fransiskan sekular haruslah sederhana sehingga tidak menjadi ancaman bagi siapa pun dan menunjukkan bahwa sungguh-sungguh kita tidak menilai bumi ini sebagai rumah kita yang terakhir. Jadi kita perlu menggunakan benda-benda materiil demi nilai fungsional benda-benda tersebut, bukan karena mau sok-pamer dan demi hidup yang penuh kenyamanan. 

·        Karena kerja keras adalah “nasib” orang-orang miskin, maka para Fransiskan seharusnya bersyukur apabila memperoleh kesempatan untuk bekerja melayani sesama dalam meniru/mencontoh/meneladani Kristus yang sesungguhnya adalah seorang pekerja. 

·        Contoh atau teladan kita akan berbicara dengan lebih mengesankan daripada apa saja yang kita dapat katakan mengenai kepercayaan akan “penyelenggaraan ilahi”. Hidup kemiskinan kita, yaitu kehidupan sederhana, akan menjadi suatu tanda kepercayaan/ keyakinan kita akan kebaikan Bapa surgawi. 

WARISAN KITA 

Cinta Fransiskus pada Kemiskinan (LegMaj VII:1-2, terjemahan P. Wahyo OFM, hal. 41-42; OMNIBUS, hal. 680-681). 

Bagaimana Fransiskus mengenakan pakaian pengemis dan makan bersama dengan mereka (2Cel 8, terjemahan P. Wahyo OFM, hal. 111-112; OMNIBUS, hal. 368). 

Surat Kedua kepada Kaum Beriman [2SurBerim] (seluruhnya, teristimewa 2SurBerim 5, KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI, hal. 234-245). 

Beberapa bacaan menyangkut kemiskinan yang ada dalam 1Cel (1Cel 8-9, 13-15, 76, terjemahan P. Wahyo OFM, hal. 6-7, 9-10, 47-48; OMNIBUS, hal. 235-237, 239-241, 292-293). 

Beberapa bacaan menyangkut kemiskinan yang ada dalam 2Cel (2Cel 55-93, 189-195,  tidak ada terjemahan dalam bahasa Indonesia; OMNIBUS, hal. 410-439, 513-519). 

Beberapa bacaan menyangkut kemiskinan yang ada dalam riwayat hidup Fransiskus (Kisah Besar) oleh S. Bonaventura (LegMaj I:6 dan VII: 3-13; terjemahan P. Wahyo OFM, hal. 4-5 dan 42-48; OMNIBUS, hal. 639-640, 681-688).

Beberapa bacaan menyangkut kemiskinan dari Cermin Kesempurnaan (MIRROR OF PERFECTION 2-26, tidak ada terjemahan dalam bahasa Indonesia; OMNIBUS, hal. 1127-1153). 

ANGGARAN DASAR OFS

Pasal II Artikel  11, 15 dan 16: 

Kristus, sambil sepenuhnya percaya kepada Bapa, memilih bagi diri-Nya dan ibu-Nya kehidupan yang miskin dan rendah [2SurBerim 5; bdk. 2Kor 8:9] meskipun dengan sepenuh hati dan dengan kasih sayang Ia menghargai segala yang tercipta; kaum Fransiskan Sekular juga demikian: mereka hendaknya menjaga keseimbangan antara menjauhkan diri dari, dan memakai harta benda, manakala mereka mengusahakan kebutuhan materiil mereka sendiri; maka hendaklah mereka ingat bahwa menurut Injil, mereka hanyalah pengurus harta yang mereka peroleh, demi kepentingan putera-putera Allah. Demikianlah, dalam semangat Sabda Bahagia mereka hendaknya bertekad menyucikan hati mereka dari segala kelekatan dan hasrat untuk memiliki dan menguasai, laksana Perantau dan Orang Asing dalam perjalanan menuju Rumah Bapa [Rm 8:29]. [Artikel 11]

Dengan kesaksian hidup mereka yang manusiawi dan dengan usaha-usaha yang terencana, baik secara perorangan maupun sebagai kelompok, hendaklah mereka tampil untuk memajukan keadilan, terutama dalam lingkup kehidupan masyarakat, dengan mengikat diri pada pilihan-pilihan yang nyata dan sesuai dengan iman mereka [Apostolicam Actuositatem, 14]. [Artikel 15]

“Hendaklah mereka menghargai kerja sebagai karunia dan sebagai partisipasi dalam penciptaan, dalam penebusan serta pelayanan terhadap umat manusia” [Gaudium et Spes, 67; lihat juga AngTBul 7:4 dan AngBul V:1]. [Artikel 16]

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN SECARA PRIBADI DAN DISYERINGKAN DALAM KELOMPOK 

1.   Apakah Saudari-saudara cukup miskin untuk dapat qualified  menjadi seorang pengikut Santo Fransiskus? Mengapa? 

2.   Kekayaan apakah yang Saudari-saudara miliki yang tidak bersifat materiil dan bagaimana Saudari-saudara berniat memberikannya kepada orang-orang miskin? 

3.   Karena kemiskinan sebagai “ratu kebajikan-kebajikan (keutamaan-keutamaan)” harus meresapi keseluruhan kehidupan kita sebagai Fransiskan sekular, bagaimana Saudari-saudara memandang kemiskinan dalam hubungannya dengan kebajikan-kebajikan (keutamaan-keutamaan) kerendahan hati, keadilan dan cintakasih?

LAMPIRAN I

Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam [AA], 14 (Judul: Bidang-bidang nasional dan internasional) 

Terbukalah gelanggang kerasulan yang tak terduga luasnya di tingkat nasional maupun internasional, terutama bagi kaum awam, untuk mengabdikan diri kepada kebijaksanaan Kristiani. Dalam berbakti kepada bangsa dan dalam menunaikan tugas-tugas kewarganegaraan dengan setia, umat Katolik hendaknya menyadari kewajibannya untuk memajukan kesejahteraan umum yang sejati. Hendaknya mereka berusaha berpengaruh dengan bobot pandangan mereka, sehingga pemerintahan dijalankan dengan adil, dan hukum-hukum selaras dengan tuntutan-tuntutan moral serta menunjang kesejahteraan umum. Hendaknya orang-orang Katolik, yang mahir di bidang politik, dan sebagaimana wajarnya berdiri teguh dalam iman serta ajaran Kristiani, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum. Sebab dengan jasa-jasa mereka yang pantas dihargai itu mereka dapat mendukung kesejahteraan umum, dan sekaligus merintis jalan bagi Injil. 

Hendaknya umat Katolik berusaha bekerja sama dengan semua orang yang beritikad baik, untuk memajukan apa pun yang benar, apa pun yang adil, apa pun yang suci, apa pun yang manis (lihat Flp 4:8). Hendaklah umat Katolik berdialog dengan mereka, serta mendekati mereka dengan bijaksana dan penuh pengertian, lagi pula menyelidiki, bagaimana menyempurnakan lembaga-lembaga sosial dan umum menurut semangat Injil. 

Di antara tanda-tanda zaman kita yang layak mendapat perhatian istimewa yakni: semangat setiakawan antara semua bangsa, yang makin meluas dan tak terelakkan. Tugas kerasulan awamlah penuh kesungguhan memajukan solidaritas itu, dan mengubahnya menjadi kasih persaudaraan yang tulus dan sejati. Selain itu kaum awam perlu menyadari kenyataan bidang internasional serta masalah-masalah dan pemecahan-pemecahannya yang bersifat ajaran maupun langkah-langkah praktis pada taraf itu, terutama yang menyangkut bangsa-bangsa yang sedang berkembang. 

Hendaknya mereka semua, yang bekerja di tengah bangsa-bangsa lain atau menyelenggarakan bantuan kepada mereka, mengingat bahwa hubungan-hubungan antar bangsa harus merupakan pertukaran jasa yang sungguh bersifat persaudaraan, sehingga kedua pihak sekaligus memberi dan menerima. Adapun mereka yang menempuh perjalanan untuk karya-kegiatan internasional, untuk menyelesaikan urusan atau untuk berlibur, hendaklah mengingat, bahwa di mana pun juga mereka serta-merta menjadi perwarta-pewarta Kristus yang sedang berkeliling, dan sungguh bertingkah-laku menurut kenyataan itu. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 359-360] 

LG [Bab Tujuh: 48-51. Judul: Sifat Eskatologis Gereja Musafir dan Persatuannya dengan Gereja di Sorga]

48. Pendahuluan

49. Persekutuan antara Gereja di sorga dan Gereja di dunia

50. Hubungan antara Gereja di dunia dan Gereja di sorga

51. Beberapa pedoman pastoral [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 138-145].

Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes tentang Gereja di Dunia Dewasa ini [GS], Bab Tiga  [Kehidupan Sosial Ekonomi], Artikel 2 [Beberapa Prinsip yang Mengatur Seluruh Kehidupan Sosial Ekonomi]. 67-72:

67. Kerja, persyaratan kerja, istirahat 

68. Peranserta  dalam tanggung jawab atas perusahaan dan seluruh pengaturan perekonomian; konflik-konflik mengenai kerja

69. Harta-benda bumi diperuntukkan bagi semua orang

70. Penanaman modal dan masalah moneter

71. Soal memperoleh harta-milik dan milik perorangan; masalah tuan tanah

72. Kegiatan sosial ekonomi dan Kerajaan Kristus [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 599-607]. 

Dekrit Perfectae Caritatis tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius [PC], 13 (Judul: Kemiskinan)

[DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 256-257]


*) Bahan untuk pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Thomas  More, Jakarta Selatan. Adaptasi dari bahan pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta (Edisi tahun 2000) yang digunakan sejak tahun 1997 dan telah disetujui oleh Pater R. Wowor OFM sebagai pendamping rohani (kode:NOVIS/OFS JKT/05).  Disadur secara bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS dari “The Rule of the Secular Franciscan Order with Catechism and Instructions”.

Jakarta, 3 Juli 2010 [Pesta Santo Tomas Rasul]

Perbaikan terakhir oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS: 18 Februari 2013.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages