05: “DENGAN KEKUATAN YESUS DAN KURBAN-NYA: EKARISTI KUDUS” *)
PENGANTAR
Yesus telah memberikan kepada kita Tubuh-Nya untuk dimakan, untuk menguatkan kita dan membuat kita menjadi satu di dalam Dia. Dibaptis ke dalam kematian-Nya membuat kita menjadi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dan kesatuan kita memperoleh maknanya secara paling efektif setiap kali kita ikut serta bersama dengan Dia mempersembahkan Kurban Misa – pembaharuan tanpa darah dari kematian-Nya di kayu salib. Di sinilah letaknya vitalitas dari hidup Kristiani (kekristenan) kita dan fokus dari segala tindakan ilahi.
BACAAN KITAB SUCI
Yoh 6:53-58 (Yesus adalah roti yang turun dari surga)
1Kor 11:23-26 [Roti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan adalah Tubuh dan Darah Kristus)
Luk 22:15-20 (Ekaristi Kudus)
AJARAN GEREJA
Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja (LG), 11
Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, mereka mempersembahakan Anak Domba ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkrit menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 80]
Konstitusi Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci (SC), 10
…… Liturgi itu puncak yang dituju oleh kegiatan Gereja, dan serta-merta sumber segala daya kekuatannya. Sebab usaha-usaha kerasulan mempunyai tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan Baptis menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam Kurban, dan menyantap perjamuan Tuhan. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 7]
BACAAN TAMBAHAN: lihat LAMPIRAN I
FOKUS FRANSISKAN
Tidak dapat ada kehidupan Fransiskan tanpa Ekaristi, karena Kurban Suci Misa merupakan pusat kehidupan Kristiani kita, dengan demikian pusat dri kehidupan Fransiskan kita. Kita berpartisipasi dalam Misa tidak sebagai pengikut Fransiskus, tetapi sebagai anggota-anggota Tubuh Kristus yang bersatu dengan seluruh Gereja dalam melambungkan pujian dan syukur kepada Bapa di surga.
Fransiskus melihat cinta-kasih besar Yesus bagi dirinya ketika dia memandang salib. Jadi dia ditarik kepada Sakramen Tubuh dan Darah Yesus Kristus karena di dalam Ekaristi-lah (Kurban Misa) kematian Yesus dimaklumkan. Hasratnya untuk menjadi satu dengan Putera Allah mendorong penghormatan Fransiskus dan devosinya yang besar terhadap kehadiran badani Yesus dalam dunia ini.
Dari hubungannya dengan Kristus dalam Ekaristi, Fransiskus mampu bertumbuh lebih dekat dengan semua orang Kristiani lain yang berbagi dengan dia Roti dari surga yang sama dan di dalam kekuatannya guna mengikuti Kristus dalam jalan kehidupan-Nya di bumi.
Jadi para Fransiskan seturut jejak langkah Bapa Serafik mereka, menempatkan Misa Kudus dan devosi Ekaristi sebagai nomor satu dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian dimungkinkanlah keakraban dengan Yesus yang mendorong mereka dengan semangat Fransiskus menuju penghayatan Injil secara radikal yang merupakan kehidupan mereka.
Lagipula, Ekaristi tidak terpisah dari sakramen-sakramen lainnya, kecuali sebagai yang paling luhur dan titik fokus dari kehidupan sakramental dan liturgi Gereja. Ini mencakup bagi kita, Ibadat Harian atau Ofisi Ilahi. Oleh karena itu, penghargaan kita terhadap Ekaristi menuntut partisipasi penuh dalam kehidupan liturgis Gereja. Para Fransiskan sebagai orang Katolik yang baik harus menjadi contoh dari kerja sama aktif dalam pembaharuan liturgi seperti dicanangkan oleh Konsili Vatikan II. Kristus mengharapkan itu dari kita. Ekaristi adalah sakramen persatuan di dalam Tubuh-Nya, yaitu Gereja.
WARISAN KITA
Legenda Maior. Siapa gerangan mampu secara memadai menceritakan cinta-kasih bernyala-nyala, yang membakar hati Fransiskus, sahabat karib sang Mempelai? Bagaikan bara api yang bernyala-nyala kelihatannya dia sepenuhnya terserap oleh nyala api cinta-kasih Ilahi. ……
Yesus yang tersalib bagi jiwanya bagaikan sebungkus mur senantiasa tersisip di antara buah dadanya (Kid 1:13). Dia ingin sekali diubah sepenuhnya dalam Dia oleh nyala api cinta-kasih yang tak terhingga. …… Begitu hangat perasaan cintanya yang dikandungnya terhadap Kristus; sedangkan sang Kekasih membalasnya dengan cinta-kasih yang begitu mesra, sehingga kelihatannya bagi hamba Allah, seakan-akan kehadiran Penyelamatnya terasa terus-menerus di depan matanya, sebagaimana pernah diceritakannya dengan ramah kepada sahabat-sahabatnya. Cinta-kasih yang bernyala-nyala dan meresap sampai ke dalam hati sanubarinya memenuhi hatinya terhadap Sakramen Tubuh Tuhan. Dengan ketakjuban yang tak terhingga dia mengagumi kerelaan-Nya yang penuh cinta-kasih dan cinta-kasih-Nya yang amat rela. Dia sering menyambut komuni, dan itupun begitu baktinya, sehingga dia membuat orang-orang lain menjadi bakti pula (LegMaj IX:1-2).
Surat Kepada Seluruh Ordo:
Hendaklah seluruh diri manusia gemetar,
seluruh dunia bergetar dan langit bersorak-sorai,
apabila Kristus, Putera Allah yang hidup
hadir di atas altar dalam tangan imam!
O keagungan yang mengagumkan dan kesudian yang menakjubkan!
O perendahan diri yang luhur! O keluhuran yang merendah!
Tuhan semesta alam, Allah dan Putera Allah, begitu merendahkan diri-Nya,
sampai Ia menyembunyikan diri dalam rupa roti yang kecil,
untuk keselamatan kita! (SurOr 26-27 dalam KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI, hal. 250).
2Celano. Dia menimbang sebagai sesuatu sikap tidak menaruh hormat, jika waktu mengizinkan, kalau dia tidak mendengar Misa paling sedikit sekali dalam sehari. Dia menerima Komuni Suci seringkali dan dengan sikap yang begitu saleh, sehingga membuat orang-orang lain menjadi saleh juga (2Cel 201). [1]
Pth I (KARYA-KARYA FRANSISKUS DARI ASISI, hal. 201-204).
Legenda Perugia (Perugina) 80.[2] Bacaan ini tidak diterjemahkan karena terlalu panjang.
Cermin Kesempurnaan (Speculum Perfectionis) 65 (Omnibus, hal. 1191). Bacaan ini tidak diterjemahkan karena terlalu panjang.
ANGGARAN DASAR OFS
Fasal II Artikel 8:
Hendaklah mereka ambil bagian dalam kehidupan sakramental Gereja, terutama Sakramen Ekaristi, dan menggabungkan diri dengan doa-doa liturgis dalam salah satu bentuk yang dianjurkan Gereja; supaya dengan demikian mereka menghidupkan kembali misteri-misteri kehidupan Kristus. [Artikel 8]
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN SECARA PRIBADI DAN DISYERINGKAN DALAM KELOMPOK
1. Pada waktu membantu dalam Misa Kudus, sampai seberapa jauh Saudari-saudara lebih prihatin mengenai relasi pribadi Saudari-saudara dengan Yesus Kristus, daripada menjadi salah satu umat Allah yang sedang mempersembahkan kurban-Nya?
2. Apabila Saudari-saudara menjadi letih-lesu dalam pekerjaanmu sebagai rasul Yesus Kristus, apakah Saudari-saudara mencari kekuatan pada kaki sang Guru, yaitu pada kehadiran-Nya dalam Ekaristi?
3. Apakah Saudari-saudara lebih daripada sekadar seorang pengamat pada liturgi Ekaristi mingguan di paroki-mu masing-masing?
LAMPIRAN I
BACAAN TAMBAHAN AJARAN GEREJA
Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja (LG), 42
“Allah itu kasih, dan barangsiapa tetap berada dalam kasih, ia tinggal dalam Allah dan Allah dalam dia” (1Yoh 4:16). Adapun Allah mencurahkan cinta kasih-Nya ke dalam hati melalui Roh Kudus yang dikurniakan kepada kita (lihat Rm 5:5). Maka dari itu kurnia yang pertama dan paling perlu yakni cinta-kasih, yang membuat kita mencintai Allah melampaui segalanya dan mengasihi sesama demi Dia. Akan tetapi, supaya cinta-kasih bagaikan benih yang baik bertunas dalam jiwa dan menghasilkan buah, setiap orang beriman wajib mendengarkan sabda Allah dengan suka hati, dan dengan bantuan rahmat-Nya, dengan tindakan nyata melaksanakan kehendak-Nya. Ia wajib sering menerima sakramen-sakramen, terutama Ekaristi, dan ikut serta dalam perayaan liturgi, pun juga dengan tabah berdoa, mengingkari diri, melayani sesama secara aktif, dan mengamalkan segala keutamaan. Sebab cinta-kasih, sebagai pengikat kesempurnaan dan kepenuhan hukum (lihat Kol 3:14; Rm 13:10), mengarahkan dan menjiwai semua upaya kesucian, dan membawanya sampai ke tujuannya. Maka cinta-kasih akan Allah maupun akan sesama merupakan ciri murid Kristus yang sejati. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 129]
Konstitusi Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci (SC), 9 &10
Liturgi suci tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja. Sebab sebelum manusia dapat mengikuti Liturgi, dia perlu dipanggil untuk beriman dan bertobat: “Bagaimana mereka akan berseru kepada Dia yang tidak mereka imani? Atau bagaimana mereka akan mengimani-Nya bila mereka tidak mendengar tentang Dia? Dan bagaimana mereka akan mendengar bila tidak ada pewarta? Lalu bagaimana mereka akan mewartakan kalau tidak diutus?” (Rm 10:14-15).
Oleh karena itu Gereja mewartakan berita keselamatan kepada kaum beriman, supaya semua orang mengenal satu-satunya Allah yang sejati dan Yesus Kristus yang diutus-Nya, lalu bertobat dari jalan hidup mereka seraya menjalankan ulah tapa (lihat Yoh 17:3; Luk 24:27; Kis 2:38). Tetapi kepada Umat beriman pun Gereja selalu wajib mewartakan iman dan pertobatan; selain itu harus menyiapkan mereka untuk menerima Sakramen-sakramen, mengajar mereka mengamalkan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Kristus (lihat Mat 28:20), dan mendorong mereka untuk menjalankan semua amal cinta-kasih, kesalehan dan kerasulan. Berkat karya-karya itu akan menjadi jelas bahwa kaum beriman Kristiani memang bukan dari dunia ini, melainkan menjadi terang dunia dan memuliakan Bapa di hadapan orang-orang.
……… Di lain pihak Liturgi sendiri mendorong Umat beruman, supaya sesudah dipuaskan “dengan sakramen-sakramen Paska menjadi sehati-sejiwa dalam kasih”. Liturgi berdoa, supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman”. Adapun pembaharuan perjanjian Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan Umat beriman dalam cinta-kasih Kristus yang membara. Jadi dalam Liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 6-7]
Konstitusi Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci (SC), 47-49
47. Ekaristi suci dan misteri Paska. Pada perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, Penyelamat kita mengadakan Kurban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian Ia mengabadikan Kurban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja Mempelai-Nya yang terkasih kenangan Wafat dan Kebangkitan-Nya: sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta-kasih, perjamuan Paska. Dalam perjamuan itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikurniai jaminan kemuliaan yang akan datang.
48. Keikut-sertaan aktif kaum beriman. Maka dari itu Gereja dengan susah payah berusaha, jangan sampai Umat beriman menghadiri misteri iman itu sebagai orang luar atau penonton yang bisu, melainkan supaya melalui upacara dan doa-doa memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta penuh khidmat dan secara aktif. Hendaknya mereka rela diajar oleh sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh Tuhan, bersyukur kepada Allah. Hendaknya sambil mempersembahkan Hosti yang tak bernoda bukan saja melalui tangan imam melainkan juga bersama dengannya, mereka belajar mempersembahkan diri, dan dari hari ke hari – berkat perantaraan Kristus – makin penuh dipersatukan dengan Allah dan antar mereka sendiri, sehingga akhirnya Allah menjadi segalanya dalam semua.
49. Maka dari itu, dengan memperhatikan perayaan Ekaristi yang dihadiri Umat, terutama pada hari Minggu dan hari-hari raya wajib, Konsili suci menetapkan hal-hal berikut, supaya kurban Misa, pun juga bentuk upacara-upacaranya, mencapai hasil guna pastoral yang sepenuhnya. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 21-22]
*) Bahan untuk pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Thomas More, Jakarta Selatan. Adaptasi dari bahan pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta (Edisi tahun 2000) yang digunakan sejak tahun 1997 dan telah disetujui oleh Pater R. Wowor OFM sebagai pendamping rohani (kode:NOVIS/OFS JKT/05). Disadur secara bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS dari “The Rule of the Secular Franciscan Order with Catechism and Instructions”.
[1] Terjemahan teks bahasa Inggris dari Thomas of Celano, THE TREATISE ON THE MIRACLES OF SAINT FRANCIS – SECOND BOOK, dalam Regis Amstrong OFMCap., J.A. Wayne Hellmann OFMConv. & William Short OFM (Editors), FRANCIS OF ASSISI: EARLY DOCUMENTS – THE FOUNDER Volume II), New York, NY: New City Press, 2000, hal. 375-376; lihat juga OMNIBUS, hal. 522-523..
[2]Versi terjemahan Damien Vorreux OFM & Theophile Desbonnets OFM (terjemahan dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris oleh Paul Oligny OFM), dalam OMNIBUS, hal. 1055.
Jakarta, 14 Januari 2009 [Peringatan Beato Odorikus dari Pordenone – Imam Biarawan Fransiskan].
Perbaikan terakhir oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS: 18 Februari 2013.
No comments:
Post a Comment