TATA WARNA LITURGI - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, March 10, 2016

TATA WARNA LITURGI

Penggunaan warna liturgi berkembang bersama-sama dengan sejarah pakaian liturgi. Penentuan warna liturgi sebagai simbol liturgi berhubungan dengan sejarah pembuatan warna pada zaman kuno. Pada zaman kuno, bahan pewarna diambil dari getah pokok keong merah. Jenis warna yang diinginkan didapat dengan cara membuat kombinasi antara jumlah getah keong dan lama proses memasaknya. Semakin lama getah keong dimasak, warna getah itu akan menjadi semakin gelap. Dari segi biaya, warna yang semakin gelap akan semakin mahal mengingat biaya memasaknya juga semakin banyak. Dalam rangka perayaan liturgi, soal kemahalan warna ini dikaitkan dengan kemeriahan pesta dan rangking tingkat hirarkis. Demikianlah pada zaman dahulu pakaian paus dan para uskup berwarna lebih gelap daripada imam dan diakon. Pada abad ke-9 atau ke-10, praktek teknik pembuatan warna dengan getah keong merah menghilang. Sebagai gantinya, air getah tumbuh-tumbuhan tertentu dipakai sebagai bahan pewarna. Suatu kanon warna, yaitu penetapan jenis warna liturgi secara resmi, baru mulai dirumuskan oleh Gereja sekitar tahun 1200. Pada masa itu, Paus Innocentius III (menjabat sebagai Paus : tahun 1198-1216), menjelaskan kebiasaan penggunaan warna liturgi. Namun kanon warna liturgi baru ditetapkan secara resmi dan mengikat bersamaan dengan pemberlakuan buku Missale Romanum Paus St. Pius V pada tahun 1570. Buku Missale Romanum Paus Paulus VI (1970) melanjutkan kanon warna liturgi dari buku Misa Tridentina itu dan hanya mengadakan perubahan sedikit saja.

Warna liturgi merupakan simbol liturgi bagi dua hal;. Pertama, warna liturgi mengungkapkan sifat dasar misteri iman yang sedang dirayakan. Kedua, warna liturgi ingin menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi. Pertanyaan tentang bagaimana jenis warna liturgi dipilih dan ditentukan agak sulit dilacak dan direkonstruksi. Akan tetapi, yang pasti ialah bahwa pemilihan warna liturgi amat dipengaruhi oleh penafsiran makna diatas simbol warna sebagaimana dipahami suatu budaya dan masyarakat tertentu. De Fakto, penafsiran terhadap simbol warna bisa bermacam-macam dan berbeda antara suatu budaya-bangsa yang satu dengan yang lain. Bahkan dalam masyarakat kita sendiri, penafsiran warna bisa berbeda. Misalnya, tanda adanya orang meninggal diungkapkan dengan bendera kecil berwarna merah dalam masyarakat yang satu dan berwana putih dalam masyrakat lain. Meskipun begitu, kita boleh meringkas makna simbolis warna-warna liturgi secara umum dan penggunaannya.

Sumber: Buku Liturgi Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi (RD. Emmanuel Martasudjita)

✥ Instaurare Omnia in Christo ✥

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages