OFS SEBAGAI ORDO DAN PANGGILAN - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, March 31, 2016

OFS SEBAGAI ORDO DAN PANGGILAN

Kebanyakan umat Katolik masih belum paham apa sebenarnya arti dari Ordo ketiga. Ada yang menganggap ordo ketiga sama dengan bagian terujung dari kelas-kelas yang ada di gereja. Oleh karena pengkotak-kotakan yang sedemikian rupa, maka ordo ketiga tak jarang dianggap dengan sebelah mata. Apalagi ordo ketiga tersebut dikaitkan pada sekularitas atau ordo bagi para awam. Pemahaman yang kurang tepat pada ordo ketiga dapat menjadikan benih panggilan religius menjadi terhambat sebab terhimpit oleh duri-duri atau semak belukar. Dan hal ini perlu dipangkas hingga ke akar-akarnya agar semua umat dapat mengerti dan memahami bahwa di dalam ordo ketiga sendiri merupakan sebagai bentuk kesatuan gereja yang hakiki dan salah satu panggilan sebagai awam yang religius.

Fransiskan sendiri memiliki ordo yang dipahami sebagai bentuk fungsional bukan sebagai kelas-kelas atau klasifikasi dari ordo Fransiskan itu sendiri. Baik ordo pertama, kedua dan ketiga memiliki kedudukan yang sejajar dalam gereja dan dianggap sebagai salah satu kaum religius. Ordo pertama dalam Fransiskan adalah sekumpulan para pria yang membaktikan diri dalam janji suci, berkomunitas, berkaul dengan tujuan menjadi Imam. Sedangkan Ordo kedua adalah sekumpulan wanita yang juga membaktikan hidup dalam janji suci, kontemplatif, mendoakan para imam dan sesama manusia, mati raga dan hidup doa terus menerus di dalam komunitas biara. Ordo ketiga merupakan sekumpulan pria atau wanita yang membaktikan hidup dalam pelayanan sebagai awam kemudian menyerahkan diri melalui cara hidup yang telah ditentukan dalam Anggaran Dasar dan Konstitusi Fransiskan untuk berbagai bidang pelayanan, misalkan pendidikan, kesehatan, pengabdian, misionaris, dalam pekerjaan dan lain-lain. Maka, ordo ketiga dibagi menjadi dua berdasarkan ciri hidupnya yakni Ordo Ketiga Regular dan Ordo Ketiga Sekular. Ordo Ketiga Regular merupakan kumpulan pria atau wanita yang hidup berkomunitas di dalam biara, berkaul dan membaktikan diri sesuai dengan semangat spiritualitas komunitas tersebut dalam hal ini Santo Fransiskus dari Asisi. Sedangkan Ordo Ketiga Sekular adalah kumpulan pria dan wanita yang hidup di dalam rumah tangga mereka sebagai awam (sekular) dan menghidupi injil suci berdasarkan teladan Santo Fransiskus dari Asisi sesuai dengan profesi, pekerjaan, karir di tempat mereka masing-masing. Ordo Pertama antara lain; OFM, OFMCap (Kapusin) dan OFMConv. (Conventual). Ordo Kedua antara lain; OSC. OSCCap. (Ordo Santa Clara). Ordo Ketiga Regular yang berkarya di Pontianak antara lain Bruder MTB, Suster SFIC, Suster KFS, Suster SMFA, Suster SFD dan di luar kota seperti Suster MSGM, Suster OSF, dan lain sebagainya. Sedangkan Ordo Ketiga Sekular adalah OFS (Ordo Fransiskan Sekular). Baik ordo pertama, kedua dan ketiga merupakan kesatuan yang sejajar di dalam tubuh gereja. Maka mereka ini disebut sebagai kaum religius, termasuk OFS sendiri sebagai awam religius.

Satu-satunya Ordo Ketiga di dalam tahta Gereja Katolik hingga saat ini adalah OFS. Hal ini dikarenakan bahwa sejak awal mula berdirinya Ketiga Ordo atau biasa dikenal sebagai Trilogi Fransiskan berdiri secara serempak, bukanlah sendiri-sendiri. OFS sendiri bukanlah kelompok persekutuan doa seperti Legio Mariae, atau Kelompok Doa Karismatik. OFS juga bukan kelompok kategorial gereja seperti WKRI, SEKAMI, OMK, dan lain sebagainya. Bahkan OFS sendiri masuk ke dalam kegiatan persekutuan doa maupun kegiatan-kegiatan kategorial gereja itu. OFS dapat menjadi seorang pendoa Legio Mariae, masuk dalam Karismatik, WKRI, pengurus SEKAMI atau OMK, Prodiakon, Katekis dan profesi-profesi seperti mahasiswa, guru, dosen, wartawan, pengusaha, dokter, buruh, baik pekerja kantoran hingga pekerja kasar sekalipun. Selanjutnya, Anggaran Dasar masing-masing dari Ordo pertama, Ordo Kedua dan Ordo Ketiga yang diberikan dari Sto Fransiskus Asis disahkan langsung oleh Tahta Gereja atau Paus sendiri (Paus Leo XIII) pada abad 13. Anggapan keliru bahwa ketiga ordo ini tersusun secara hirarkis satu di atas yang lain haruslah diluruskan karena dapat merugikan perkembangan Fransiskanisme secara sehat di dalam tubuh pengikut Sto. Fransiskus dari Asisi. Karena sesungguhnya sejak awal, Fransiskus tidak menjadikan ketiga ordo tersebut sebagai suatu jajaran atau barisan yang berbeda-beda melainkan satu keutuhan yang sama sesuai dengan kondisi hidup para pengikutnya.
Kesalahan pengertian mengenai Fransiskanisme antara lain mencakup tiga hal. Pertama, Ordo Pertama saja yang bertanggung jawab penuh atas Fransiskanisme dan karena itu harus setia kepada Fransiskus dan Fransiskanisme. Hal ini dikarenakan bahwa Ordo Pertama yang langsung berasal dari Fransiskus. Kekeliruan yang kedua, Ordo kedua dan ketiga regular tidak didirikan oleh Fransiskus melainkan oleh Sta. Clara dan para pendiri tarekat Ordo Ketiga regular lainnya sehingga pada prinsipnya, mereka tidak perlu merepotkan diri dengan spiritualitas Fransiskan. Kalaupun mereka masuk dalam keluarga Fransiskan, maka mereka hanya pengikut dan cukup mendukung Ordo Pertama. Tanggung jawab mereka adalah spiritualitas dari Pendiri, bukan spiritualitas Fransiskan.  Salah pengertian yang ketiga adalah tentang OFS/Fransiskan Sekular/Fransiskan awam. Ada yang menganggap OFS didirikan oleh Ordo Pertama dan merupakan cabang awam dari Ordo Pertama. Karena itu OFS tidak punya hubungan apapun dengan Ordo Ketiga Regular dan kaitan OFS lainnya dengan Fransiskanisme hanya karena Ordo Pertama saja. 

Sejarah menunjukkan bahwa Fransiskus tidak mendirikan tiga Ordo melainkan hanya satu Ordo. Pada masa Sto. Fransiskus baik ajaran, cita-cita dan teladan Fransiskus yang intinya adalah menepati injil Suci Tuhan kita Yesus Kristus) diterima dan ditanggapi oleh orang-orang pada zamannya sebagai sesuatu yang terbuka bagi semua orang; di antara orang-orang tersebut, ada yang langsung bisa bergabung dengan Fransiskus (kaum laki-laki yang tidak terhalang yang langsung untuk berkeliling bersama Fransiskus seperti para rasul yang bergabung dengan Yesus). Ada juga kaum wanita yang ingin menanggapi ajaran dan teladan Fransiskus tetapi tidak bisa ke mana-mana. Mereka ini bergabung dengan Sta. Clara dan menjalani hidup Kontemplatif, sesuai dengan kondisi zaman abad 13. Lalu ada pula orang-orang (laki-laki dan perempuan) yang tidak dapat bergabung dengan Fransiskus karena sudah menjadi anggota tarekat lain atau karena terikat pada keluarga atau tugas penting atau pekerjaan dalam masyarakat.

Sesuai dengan posisi dan kondisinya masing-masing, maka orang-orang itu akhirnya mengelompok menjadi tiga, dan dengan itu terbentuklah tiap kelompok pengikut Fransiskus. Kelompok yang berkeliling bersama Fransiskus dikenal dengan nama “Saudara-saudara Dina” (1 Cel 38). Para wanita yang bergabung dan tinggal bersama Sta. Clara di San Damiano kemudian disebut “Para Wanita Miskin”. Sedangkan yang tidak dapat bergabung bersama Fransiskus, ada yang tetap tinggal dalam biara dan ada yang tetap tinggal dalam keluarganya di tengah masyarakat. Maka, semua itu adalah pengikut Fransiskus dan lahir dari cita-cita Fransiskus yang satu dan sama yaitu “menepati injil suci”. Menurut 1 Cel 32,”Ketiga barisan orang pilihan itu ... mendapat pedoman hidup” dari Fransiskus. Sejarah mencatat melalui informasi Celano ini mengatakan bahwa Fransiskus sesunggunya hanya melahirkan satu pegangan dasar yaitu menepati injil. Tetapi pedoman itu ditanggapi dengan cara berbeda oleh ketiga kelompok orang yang berbeda kondisi hidupnya itu. Sehingga, dengan kata lain, Fransiskus tidak mendirikan tiga Ordo, bahkan ia tidak memiliki maksud untuk mendirikan “sebuah Ordo”, melainkan sebuah cara hidup, sebagaimana ia sodorkan kepada Bapa Suci pada awal pertobatannya.

Pada perkembangannya, tawaran Fransiskus tersebut ditanggapi secara jauh lebih luas daripada yang ia maksudkan. Fransiskus pun menerima perkembangan itu sebagai “kehendak Allah”. Begitu juga waktu orang-orang itu kemudian terhimpun menjadi kelompok yang berdiri sendiri sebagai tiga Ordo. Dalam tulisannya, Fransiskus tidak mengatakan bahwa ia bermaksud mendirikan tiga ordo. Menurut ahli sejarah kefransiskanan, pembentukan kelompok-kelompok tidak dirancang oleh Fransiskus. Demikian juga pemisahan atas tiga ordo tersebut. Pembentukan kelompok sebenarnya baru terjadi belakangan, dan sebutan Ordo bahkan baru terjadi pada akhir abad 13 dan itupun tidak diberikan oleh pengikut Sto. Fransiskus, melainkan oleh pihak luar dengan maksud untuk memudahkan dalam pembedaan “barisan” yang satu dengan “barisan” yang lainnya. Hal yang sebenarnya terjadi adalah sejak awal, Fransiskus memberikan kepada masing-masing “barisan” pengikutnya itu “pedoman hidup” sebagai “jalan menuju keselamatan” (1 Cel 37).

Maka bagaikan seutas tali yang terpilin tiga, demikian Trilogi Fransiskan itu sering dibahasakan “erat, terpadu, tak mudah terurai”. Hal ini menunjukkan bagaimana ide yang satu (yang berasal dari Fransiskus) itu diwujudkan dalam tiga entitas yang mandiri, namun tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian menjadi cukup jelas bahwa cita-cita dari tiga Ordo yang ada saat ini pada hakekatnya adalah satu dan sama yaitu mengikuti jejak Kristus sebagaimana dinyatakan dalam injil-injil. Dan mengikuti Yesus Kristus sepenuhnya terdapat di dalam Injil. Maka cita-cita Fransiskan itu dapat juga disebut “menepati injil” atau meniru Sang Injil.

Ketiga ordo yang lahir melalui Fransiskus ini mewarisi spiritualitas yang sama dalam hakekat dan tujuannya, tetapi berbeda dalam cara dan sarana yang dipakai. Mereka sama-sama mewarisi spiritualitas Fransiskan tetapi cara dan sarana yang mereka pakai untuk mewujudkannya berbeda-beda sesuai dengan aspek/unsur mana yang ditekankan. Karena sama dalam hakekat dan tujuan, maka tanggung jawab untuk menghayati dan melestarikan nilai-nilai kefransiskanan dipikul oleh semua pengikut Fransiskus, baik sebagia perorangan maupun sebagai kelompok.  Tetapi cara dan sarana yang dipakai, tentu harus selalu sesuai dengan spiritualitas khusus masing-masing tarekat/kelompok. Maka dari itu, ketiga Ordo memiliki kesejajaran yang sama sebagai kaum religius namun berbeda dalam cara dan sarana dalam mewujudkan kefransiskanan itu. (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS) – http://www.facebook.com/FransescoAgnesRanubaya

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages