(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIX – Senin, 19 Oktober 2015)
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia menyampaikan kepada mereka suatu perumpamaan, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan akan menyimpan di dalamnya semua gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, engkau memiliki banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau yang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” (Luk 12:13-21)
Bacaan Pertama: Rm 4:20-25; Mazmur Tanggapan: Luk 1:69-75
Yesus baru saja berbicara dengan cukup panjang lebar kepada orang banyak tentang pokok-pokok hakiki dari iman-kepercayaan: mengetahui bahwa kita adalah kesayangan Bapa surgawi dan sungguh bernilai di mata-Nya, dan kita mempercayakan hidup kita pada pemeliharaan dan bimbingan Roh Kudus. Tetapi seseorang secara tiba-tiba melakukan interupsi: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku” (Luk 12:13). Yesus tidak marah mendengar interupsi yang terasa kasar tersebut. Yang jelas interupsi seperti itu menggambarkan jenis distraksi atau pelanturan yang sungguh mengganggu.
Kemudian, dengan sebuah perumpamaan Yesus mengajar bahwa sebenarnya bukanlah ketiadaan pemilikan segala sesuatu yang materiil yang membuat kita miskin, melainkan kesibukan dengan apa dan berapa banyak yang kita miliki – dan bagaimana memperoleh lebih banyak lagi semua itu – yang memiskinkan kita. Mengapa? Karena hal itu menggerakkan kita untuk mengabaikan segala sesuatu yang berharga di mata Allah. Hal tersebut menggeser pemikiran-pemikiran kita dan upaya-upaya kita dari melayani sang Pencipta dan membuat diri kita menjadi hamba-hamba dari hal-hal yang diciptakan. Yesus memang tidak mengatakan bahwa kepemilikan harta kekayaan materiil itu buruk atau harus dipandang hina. Namun, Yesus juga sangat jelas, bahwa “walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung pada kekayaannya itu” (Luk 12:15).
Jadi, apakah sebenarnya hal-hal yang berharga di mata Allah? Pertama-tama, adalah bahwa kita akan mengenal kasih-Nya kepada kita secara pribadi. Dia menciptakan kita karena kasih, dan Ia senantiasa mengasihi kita. Dia akan selalu memelihara kita dengan penuh kasih sayang karena kita berharga di mata-Nya (lihat Luk 12:7,24,30-31). Yesus wafat dan dibangkitkan dari kematian sehingga kita dapat mengalami dan ikut ambil bagian dalam hidup Allah melalui Roh Kudus-Nya. Penuh keyakinan akan kasih-Nya bagi kita, kita mengasihi dan melayani Dia dengan mengasihi dan melayani orang-orang lain.
Inilah hal-hal yang bernilai/berharga di mata Allah (Mat 22:36-39). Kita dapat mendalami kekayaan ini sendiri. Setiap waktu doa, kita dapat mengatakan kepada Allah, bagaimana kita mengasihi-Nya. Lebih baik lagi, kita dapat membuka hati dan pikiran kita untuk menerima kasih-Nya. Setiap kata dalam Kitab Suci dapat menjadi suatu harta-kekayaan yang menggambarkan kasih Allah yang tak terhingga bagi kita, dan bagaimana kita dapat menanggap kasih tersebut. Mazmur dan kidung, berbagai madah dan musik penyembahan sepanjang hari yang kita lalui dapat menarik kita kembali kepada-Nya, walaupun apabila kita mendengarkan semua itu hanya untuk beberapa menit. Membaca riwayat hidup para kudus atau buku-buku rohani, menghadiri Misa harian – melalui semua cara ini, kita dapat membenamkan diri dalam hal-hal yang sungguh memiliki arti; membuat bagi diri kita “pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusak ngegat” (Luk 12:33).
DOA: Bapa surgawi, tolonglah aku agar tetap dapat memusatkan perhatianku pada-Mu pada hari ini. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana menyimpan kekayaan di dalam surga. Aku menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada-Mu untuk memelihara dan merawat diriku. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Luk 12:13-21), bacalah tulisan yang berjudul “BELAS KASIH ALLAH YANG DIBALAS DENGAN RASA TAK TAHU TERIMA KASIH” (bacaan tanggal 19-10-15) dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 15-10 PERMENUNGAN ALKITABIAH OKTOBER 2015.
Cilandak, 16 Oktober 2015
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
No comments:
Post a Comment