MENGIMANI TRITUNGGAL MAHA KUDUS - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Saturday, September 12, 2015

MENGIMANI TRITUNGGAL MAHA KUDUS

Sejak 11 Oktober 2012, Paus Benediktus XVI mencanangkan Tahun Iman bagi Gereja Katolik. Paus mengeluarkan Surat Apostolik Porta Fidei (PF) untuk membuka Tahun Iman tersebut. Dalam dokumen ini, Paus mengajak umat Katolik sedunia untuk menemukan kembali perjalanan iman agar iman kita dapat memberikan pencerahan yang lebih jelas atas kegembiraan dan semangat yang senantiasa diperbarui dari perjumpaan dengan Kristus (PF.2).

Paus mengajak kita semua untuk mendalami kembali buku Katekismus Gereja Katolik yang berisikan pemahaman sistematik isi iman kepercayaan kita (PF.11). Selain itu, salah satu langkah praktis yang dianjurkan Paus adalah mengulang-ulang Syahadat Para Rasul atau yang lebih dikenal dengan “Aku Percaya”. Umat Katolik diharapkan mengulang-ulang pengakuan iman tersebut pada saat berada di pasar, makan-makan, atau hendak tidur (PF.9).

Dalam Syahadat Para Rasul tersebut terdapat berbagai rumusan iman yang kita percayai. Salah satunya adalah kepercayaan akan Allah Tritunggal Mahakudus. Dalam rumusan itu kita mengucapkan “Aku percaya akan Bapa.., dan akan Yesus Kristus Putra-Nya yang Tunggal..., Aku percaya akan Roh Kudus...” Mungkin kita bertanya-tanya aparelevansi iman akan Allah Tritunggal bagi kehidupan kita? Apa yang bisa kita lakukan untuk semakin menghayati iman akan Allah Tritunggal itu?

Kitab Suci memberikan banyak dasar perihal Allah Tritunggal, yang membicarakan keilahian Bapa, Putera, dan Roh Kudus (Rom 9:5, Flp 2:6-11,
Yoh 1:1, 1Kor 2:11, Yoh 15,26). Dalam Kitab Suci juga dapat ditemukan suatu refleski sistematis atas iman Allah Tritunggal, yang berbunyi: ”Sebab ada
tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga; Bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu] (1 Yoh 5:7). Kutipan ini menunjukkan bahwa keyakinan atau kepercayaan akan Allah Tritunggal sudah ada sejak Kitab suci ditulis, dan menjadi keyakinan dalam kehidupan Jemaat Perdana.

Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), Misteri Tritunggal Mahakudus adalah rahasia sentral iman dan kehidupan Kristen, dasar pokok segala misteri iman yang lain (KGK 234). Iman Katolik mengakui adanya satu Allah dalam tiga pribadi, yaitu Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Pribadi-pribadi ilahi itu tidak berdiri sendiri melainkan selalu menjadi satu dalam komunitas yang Trinitaris. Ketiga pribadi ilahi ini saling berhubungan dan menjalin relasi yang saling memberikan diri dan berkarya bersama (KGK 258). Relasi tersebut didasari pada tindakan yang saling mengasihi karena Allah adalah kasih (1Yoh 4:8). Dengan demikian, iman Katolik mengakui bahwa Allah bukanlah satu pribadi yang berdiri sendiri melainkan suatu kesatuan yang di dalamnya terdapat relasi pemberian diri yang didasarkan pada kasih.

Dengan mengakui iman akan Allah Tritunggal ini, manusia sebagai gambar dan rupa Allah diajak untuk mewujudkan relasi pemberian diri tersebut di dalam dunia. Kerapkali relasi yang kita lakukan itu tidaklah didasarkan pada suatu bentuk pemberian diri, melainkan demi kepentingan sendiri. Hal ini tentu tidak sesuai dengan pengakuan iman kita akan Allah Tritunggal yang mendapat maknanya dalam bentuk relasi yang memberikan diri. Rasanya, mengimani Allah Tritunggal tidak hanya berarti bahwa kita mengetahui dan mengakui bahwa Allah adalah tiga pribadi dalam satu kesatuan, tetapi juga bersedia untuk masuk dan mewujudkan relasi pemberian diri dalam hidup sehari-hari.

Perwujudan iman akan Allah Tritunggal itu dapat kita nyatakan saat kita berelasi dan berkomunikasi dalam keluarga, dan masyarakat. Menyapa, memberi bantuan dan perhatian, beramal, dan bekerja dengan penuh tanggung jawab adalah beberapa contoh yang bisa kita lakukan dalam rangka merealisasikan relasi pemberian diri yang berakar pada iman akan Allah Tritunggal. Relasi dalam kacamata Allah Tritunggal adalah relasi yang meluas dan menjangkau semua orang, tanpa memperhitungkan seberapa besar dosa dan kesalahan setiap orang. Maka, ketika kita mengimani Allah Tritunggal, berarti kita mengimani relasi yang meluas itu. Semoga di Tahun Iman ini kita bisa memperluas cakupan relasi kita untuk menjangkau semakin banyak orang, termasuk mereka yang tidak kita sukai.

B. Dimas Indragraha
Mahasiswa Jurusan Teologi STF Driyarkara Jakarta

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages