KEBERANIAN SEORANG MARTIR - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, February 07, 2014

KEBERANIAN SEORANG MARTIR

KEBERANIAN SEORANG MARTIR

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa IV – Jumat, 7 Februari 2014) 

Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan, “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan, “Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan, “Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata, “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.”

Sebab Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai istri. Memang Yohanes berkali-kali menegur Herodes, “Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan kepada Yohanes karena ia tahu bahwa Yohanes orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Setiap kali ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyenangkan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu, “Mintalah apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya, “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya, “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya, “Kepala Yohanes Pembaptis!” Lalu ia cepat-cepat masuk menghadap raja dan meminta, “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di atas piring!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang algojo dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah piring besar dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan. (Mrk 6:14-29)

Bacaan Pertama: Sir 47:2-11; Mazmur Tanggapan: Mzm 18:31,47,50-51 

Cerita Injil hari ini merupakan sebuah pelajaran yang sangat penting untuk kita semua, sebuah pelajaran tentang keberanian.

Herodus Antipas mengagumi Yohanes Pembaptis. Raja ini menyadari bahwa Yohanes Pembaptis ini seorang yang tulus-jujur dan kudus. Yohanes memang mengganggu perasaannya dengan kata-kata yang keras, berkonfrontasi dengan dirinya, namun Herodus tetap tertarik kepada kata-kata keras namun penuh-hikmat yang diucapkan oleh Yohanes dalam khotbah-khotbahnya.

Tentu saja Yohanes Pembaptis  adalah seorang nabi sejati. Dia berbicara dengan jujur dan berani tanpa memperhitungkan konsekuensi-konsekuensinya. Dengan lugas Yohanes berkata kepada Herodus, “Tidak boleh engkau mengambil istri saudaramu!” (Mrk 6:18). Ini adalah suatu pernyataan yang bersifat straight to the point tanpa tedeng aling-aling! Kita tentunya memahami konsekuensi-konsekuensinya, apabila seorang rakyat biasa berbicara begitu kepada seorang raja. Herodus kemudian menyuruh orang menangkap Yohanes Pembaptis untuk dijebloskan ke dalam penjara. Herodus tidak langsung membunuh Yohanes karena bagaimana pun dia menaruh respek pada nabi ini. Namun demikian, dalam kelemahannya Herodus tunduk kepada kemauan Herodias dan puteri tirinya …… karena begitu terpesona menyaksikan tarian eksotis puteri tirinya pada perayaan ulang tahunnya, dan Yohanes pun dipenggal kepalanya. Malam perayaan ultah yang penuh kegembiraan berubah menjadi malam pembunuhan yang kejam dan keji.

Yohanes tidak mengetahui apa yang akan terjadi atas dirinya, namun ia mengetahui dengan pasti bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai bentara sang Mesias dengan mengajarkan kebenaran ia menghadapi risiko kematian. Inilah yang terjadi ketika Yohanes – demi kebenaran – menegur dengan keras raja Herodus yang hidup berselingkuh dengan Herodias, istri dari Filipus, saudara lelakinya sendiri. Yohanes memegang teguh nilai-nilai kebenaran yang dianutnya, karena dirinya adalah seorang pribadi yang hidupnya dipenuhi dan dituntun oleh Roh Kudus. Yohanes sendiri menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk melayani Allah sebagai seorang nabi-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang akan menghentikan dirinya dalam upaya mewujudkan komitmennya.

Yohanes Pembaptis merupakan seseorang yang patut kita teladani. Ingat-ingatlah bagaimana seringkali kita  mengesampingkan prinsip-prinsip karena pertimbangan siapa yang kita sedang hadapi dalam situasi tertentu. Kita mengetahui bahwa sebagai seorang Kristiani kita harus berdiri tegak demi Kristus dan pesan Injil-Nya. Namun kita takut, …… takut akan besarnya “biaya” yang harus kita tanggung apabila kita berbicara terlalu lurus. Kita bisa saja kehilangan seorang sahabat karena keterus-terangan kita, kita bisa kehilangan pekerjaan sebagai seorang direktur/eksekutif perusahaan dengan gaji besar apabila kita menolak untuk melakukan tugas yang bertentangan dengan etika bisnis sesuai dengan nilai-nilai Kristiani yang kita anut, dlsb.

Marilah sekarang kita merenungkan bagaimana Yohanes Pembaptis dan para martir Kristiani sepanjang masa menghayati iman-kepercayaan mereka kepada Yesus. Dapatkah kita paling sedikit menderita sedikit ketidaknyamanan, kehilangan hubungan persahabatan yang tidak bernilai, dan barangkali juga kerugian materiil, agar dapat tetap berdiri tegak untuk Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita? Bukankah Yesus bersabda: “Setiap orang yang mau mengikut Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”? (Luk 9:23).

DOA: Tuhan Yesus, hidup dan kematian Yohanes Pembaptis yang penuh keberanian itu sungguh merupakan suatu inspirasi bagi kami. Melalui Roh Kudus-Mu, bentuklah kami menjadi murid-murid-Mu yang setia. Terpujilah nama-Mu selalu. Amin. 

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injilhari ini (Mrk 6:14-29), bacalah tulisan yang berjudul “APAKAH KITA SEPERTI HERODES ANTIPAS?” (bacaan tanggal 7-2-14) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 14-02 BACAAN HARIAN FEBRUARI 2014. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 8-2-13 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 5 Februari 2014 [Peringatan S. Agata, Perawan-Martir] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages