SANTO PETRUS BABTISTA DAN KAWAN-KAWAN - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Saturday, January 11, 2014

SANTO PETRUS BABTISTA DAN KAWAN-KAWAN

6 Februari
St. Petrus Baptista dan Kawan-kawan
†1597

06-pedro-bautista-dan-kawan-kawan

RIWAYAT HIDUP MEREKA

Sekitar tahun 1592, Hideyoshi, diktator militer Jepang, berencana menyerang dan menaklukkan Kepulauan Philipina, yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Spanyol. Untuk merundingkan perdamaian, Raja Philip II dari Spanyol mengutus Pater Petrus Baptista Blasquez, seorang imam Fransiskan di Manila, sebagai dutanya ke Hideyoshi.
Petrus Baptista, yang berasal dari keluarga bangsawan Spanyol kawakan, adalah seorang terpelajar, berkemampuan dan terkenal kesuciannya. Dia tiba di Jepang bersama dengan tiga orang kawannya pada akhir bulan Juni 1593. Dia berhasil memperoleh persetujuan dari diktator itu atas sarat-sarat perdamaian, dan bahkan memperoleh ijin untuk menyebarkan Kekristenan di seluruh Jepang tanpa gangguan apa pun.

Demikianlah Petrus Baptista berhasil mendirikan beberapa biara Ordonya, membangun gereja-gereja dan rumah-rumah sakit, dan disertai dengan kawan-kawannya mempertobatkan ratusan orang kafir ke Kekristenan. Hideyoshi bahkan menawarkan kepada mereka sebuah kuil yang terbengkelai di ibu kotanya Miyaki dengan ijin untuk membangunnya kembali menjadi sebuah gereja.

Para Bikhu Jepang sangatlah tidak tenang hatinya atas peristiwa-peristiwa yang berlangsung itu. Mereka berhasil meyakinkan diktator itu bahwa para misionaris itu mempunyai rencana tersembunyi untuk mendepaknya dari takhta dan menyerahkan negara Jepang ke tangan orang Spanyol. Terbakar oleh kemarahan, Hideyoshi memerintahkan misionaris-misionaris Fransiskan bersama dengan semua pendukungnya untuk dijebloskan ke dalam penjara dan dihukum mati sebagai penentang-penentang melawan mahkota raja. Dengan serta merta serdadu-serdadu kerajaan menyerang biara-biara para Saudara Dina pada bulan Desember 1596, dan memenjarakan semua penghuninya. Petrus Baptista menjadi salah seorang di antara para tawanan itu, bersama dengan kawan-kawannya, dua orang imam Martin dari Ascension dan Fransiskus Blanco, Imam Philip dari Yesus, kelahiran Mexico, dua orang Fransiskan awam dari St. Michael dan Gonsalvo Garcia. Bersama mereka juga terdapat 17 orang Tertiaris Fransiskan yang memberikan pelayanan kepada para misionaris itu sebagai katekis, guru, koster dan pemelihara orang sakit; juga terdapat tiga orang Yesuit.

Pada tgl 3 Januari 1597, mereka semua dikeluarkan dari penjara yang ganas itu dan digiring ke lapangan umum di Miyako. Di sini mereka diberitahu bahwa mereka akan disalib, dan sebagai tanda penghinaan sebagian dari daun telinga kiri mereka diiris. Kemudian mereka dikenakan kuk pada leher masing-masing, di arak mengelilingi kota; pada sebuah tiang yang dibawa pada barisan paling depan dari prosesi itu diterakan pernyataan hukuman mati mereka. Sedangkan rakyat jelata, sepanjang jalan bebas untuk mengolok-olok dan menyakiti mereka.

Pada 4 Januari mereka diikat lagi, dimasukkan ke dalam gerobak dan dibawa ke Nagasaki untuk dihukum mati. Perjalanan yang berat itu berlangsung selama empat minggu. Perjalanan itu sendiri sebenarnya sudah merupakan peristiwa kemartiran, karena perlakuan para serdadu yang kasar dan kejam, ditambah lagi penganiayaan orang-orang kampung dan kota yang dilewati para martir itu. Apalagi cuaca yang sangat dingin, kelaparan dan mereka pun tidak punya apa-apa lagi untuk meringankannya.

Mereka tiba di Nagasaki pada pagi hari tanggal 5 Februari. Salib-salib yang akan menjadi tempat kematian para pengaku iman yang mulia itu sudah disiapkan pada sebuah bukit di luar kota. Martir-martir itu dengan segera dibawa ke sana dan setiap orang diikatkan pada salib masing-masing. Dengan suara nyaring mereka bersyukur kepada Tuhan karena rahmat bahwa mereka diijinkan mati seperti Kristus, Tuhan mereka; dan mereka pun memuji-Nya dengan mazmur dan madah. Ketika martir-martir itu sudah digantung pada salib, para algojo menikam setiap tubuh itu dengan dua lembing, dan Pater Petrus Baptista merupakan orang yang terakhir. Belum sampai martir-martir itu menghembuskan nafas terakhir, Tuhan telah memuliakan mereka dengan tanda-tanda yang luar biasa. Karena itu, Paus Urbanus VIII menganugerahi mereka gelar beatus pada tahun 1627 dan mengijinkan setiap tahun merayakan pestanya sebagai martir-martir Jepang. Pada pesta Pentekosta, 8 Juni 1862, dihadiri sejumlah besar Uskup-uskup yang berasal dari seluruh dunia, Paus Pius IX memasukkan mereka dalam daftar para kudus sebagai pengantara-pengantara perkasa melawan musuh-musuh Salib Suci.

PERIHAL PENGHORMATAN PADA SALIB SUCI

1. Renungkanlah bagaimana salib telah menjadi tanda kehormatan berkat wafat Kristus Sebelumnya, salib merupakan pohon keaiban karena eksekusi itu merupakan hukuman bagi penjahat yang paling hina, sehingga orang mengatakan: “Terkutuklah orang yang tergantung pada pohon itu” (Gal 3:13). Sekarang salib bercahaya terang di atas gereja-gereja kita, salib pun mengkilap di atlas mahkota-mahkota putera mahkota; para uskup mengenakannya sebagai sebuah tanda martabatnya yang tinggi, dan tidak hanya kaum wanita yang mengenakannya sebagai hiasan, tetapi juga kaum lelaki dengan bangga mengenakannya sebagai tanda kehormatan. Pada pengadilan terakhir salib itu akan nampak bersinar di surga dan mendahului arak-arakan para penyembah salib itu menuju ke kemuliaan surgawi yang tak ‘kan berakhir.

2. Renungkanlah bagaimana Gereja Kudus menghormati salib itu. Untuk itu Gereja merayakan dua pesta: Pesta Penemuan kembali Salib Suci, dan pesta Penegakan Salib Suci. Gereja memberikan tempat terhormat pada meja altar; Gereja menganugerahkan semua berkat rahmat dan restunya dengan Tanda Salib, karena salib merupakan sumber berkat bagi kita. Demikianlah kita seharusnya menghormatinya: kita hendaknya merayakan dua buah pestanya dengan devosi yang khusus, memberikan tempat terhormat bagi salib itu sebagai hiasan kamar-kamar kita, mendirikannya pada taman-taman kita dan sepanjang jalan raya, sebagai sebuah tanda penunjuk ke arah surga. Kita pun mohon berkat Tuhan melalui Tanda Salib, yg kita lakukan tidak hanya sebelum dan sesudah doa, tetapi juga sementara kita bekerja dan dalam semua kegiatan kita. – Apakah engkau sudah terbiasa untuk secara semestinya menghormati salib suci itu, apakah engkau dengan gembira menandai dirimu sendiri dengan sarana berkat ini?

3. Renungkanlah bahwa cara yang terbaik dan paling membawa keselamatan untuk menghormati salib terdiri atas: dengan suka rela memikul demi cinta Tuhan penderitaan, sikap acuh tak acuh, susah payah, pendeknya, salib yang menjadi beban jalan hidup kita. Hanya dengan jalan ini kita dapat disatukan dengan Dia yang wafat pada salib karena cinta-Nya bagi kita, karena Dia berkata: “Barang siapa tidak memanggul salib dan mengikut Aku, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:27). Para martir Jepang kita ini memandangnya sebagai anugerah bagi jerih payah mereka dalam karya misi bahwa Tuhan sedemikian menghormati mereka karena Tuhan telah mengijinkan mereka mati pada salib. Apakah, mungkin, Tuhan tidak menganugerahi banyak orang dari hamba-Nya yang setia, dengan mengijinkan mereka menjalani hidupnya di bawah salib? Hal itu akan diungkapkan pada hari penganugerahan terakhir. Lalu, sama seperti salib, berkat Kristus, telah berubah dari tanda penghinaan menjadi tanda kehormatan, demikian pula semua penghinaan yang telah kita pikul karena cinta kepada Kristus, akan nampak sebagai suatu penghormatan yang agung. – Lalu, siapakah yang tidak akan menginginkan memikul salibnya dengan gembira? Berbahagialah orang yang tekun di bawah salibnya hingga kematian.

DOA GEREJA
Ya Tuhan Yesus Kristus, yang karena keikut-sertaan dalam penderitaan salib-Mu, sungguh telah menguduskan anak sulung umat beriman Jepang dalam darah kemartiran suci, Petrus Baptista dan kawan-kawannya, kami mohon, anugerahkanlah bahwa kami yang hari ini merayakan pesta mereka, dapat didorong mengikuti contoh mereka. Demi Kristus Tuhan kami, yang hidup dan bertakhta sepanjang segala masa. Amin.

Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, OFM, © 1959 Franciscan Herald Press. Penerjemah: Alfons S. Suhardi, OFM

NAMA-NAMA PARA MARTIR NAGASAKI:

Antonius Deynan
Bonaventura dari Miyaki (Meaco) OFM, Tertiaris, seorang Jepang yang menjadi tertiaris Fransiskan dan katekis. (Kemungkinan dia hanya memperoleh beatifikasi dan tidak termasuk dalam kelompok 26 orang yang dikanonisasi).
Caius Fransiskus OFM, Tertiaris, serdadu Jepang yang baru saja dibaptis dan menjadi seorang tertiaris Fransiskan. Dia mendesak supaya juga ditahan bersama Saudara-saudara Dina yang lain. Cosmas Takeya (Tachegia, Zaquira), Tertiaris OFM, Fransiskan awam dari Owari, Jepang, yang melayani para misionaris Fransiskan sebagai penerjemah dan pengkhotbah di Osaka.
Didakus (Yakobus) Kisai (Kizayemon) SJ, seorang awam Jepang, yang menjadi koajutor sementara para Jesuit dan katekis di Osaka. Seperti Yohanes Gotto, dia juga diijinkan masuk menjadi anggota SJ sementara mereka berada dalam penjara, hanya beberapa saat sebelum kematiannya, pada usia 64 tahun.
Fransiskus Blanco
Fransiskus Falename
Fransiskus dari Nagasaki
Fransiskus dari Santo Michael
Gabriel de Duisco
Gundisalvus Garcia
Yakob Kisai
Yohanes Kisaka (Kimoia) OFM, Tertiaris, penenun sutera, orang Jepang kelahiran Miyako. Dia dipermandikan dan diterima ke dalam Ordo Ketiga tidak lama sebelum penyalibannya.
Yoachim Sakakibara (Saccachibara) OFM, Tertiaris OFM, seorang tukang masak Jepang, awam (sumber lain mengatakan dia itu seorang dokter) yang bekerja pada para Fransiskan di Osaka, yang juga bertugas sebagai seorang katekis.
Yohanes Soan de Goto, Jesuit, berumur 19 tahun, seorang Jepang yang diijinkan masuk menjadi Yesuit di penjara tidak lama sebelum kemartirannya. Sebelumnya dia sudah menjadi koajutor sementara dari SJ dan katekis di Osaka.
Leo Karasumaru (Carasuma), seorang Korea. Sebelum bertobat ke Kekristenan dia adalah seorang imam kafir. Dia dipermandikan oleh para Yesuit di Jepang pada 1589. Dia menjadi orang Korea pertama yang menjadi tertiaris Fransiskan dan adalah katekis utama bagi para Saudara Dina. Bersama dengannya disalibkan juga saudaranya, Paulus Ibaraki, dan kemanakannya yang berumur 12 tahun, Ludovikus Ibaraki.
Ludovikus Ibaraki (Ibarki), berumur 12 tahun, kemanakan Paulus Ibaraki dan Leo Karasumaru, yang bertugas sebagai akolit pada para Fransiskan.
Martinus Loynaz (de Aguire) dari Ascension, OFM, kelahiran Vergara dekat Pamplona, Spanyol. Dia studi di Alcala dan menjadi Fransiskan pada 1586. Mula-mula dia bekerja sebagai misionaris di Mexiko, lalu Manila di Philipina dan akhirnya di Jepang.
Mathias dari Miyako, Tertiaris OFM, kelahiran Jepang, menjadi seorang tertiaris Fransiskan.
Michael Cozaki, Katekis Jepang dan perawat di rumah sakit para misionaris Fransiskan. Dia menjadi martir bersama puteranya, Thomas.
Paulus Miki.
Paulus Ibaraki (Yanki, Yuaniqui), tertiaris Fransiskan (saudara dari Leo Karasumaru), penerjemah, dan katekis.
Paulus Suzuki, Tertiaris OFM, lahir 1563, kelahiran Owari, Jepang; dipermandikan oleh para Yesuit pada 1584, menjadi teritaris Fransiskan dan menjadi seorang katekis yang mumpuni sampai dia, juga, disalibkan dekat Nagasaki.
Petrus Baptista
Petrus Sukejiroo, (Petrus Sukejiro, Petrus Xukexico), Tertiaris OFM, seorang tertiaris Fransiskan yang menjadi katekis, pelayan rumah dan koster bagi para misionaris Fransiskan. Dia dikirim oleh seorang Yesuit untuk menolong para tawanan itu, dan dia pun lalu ditahan.
Philipus de las Casas, OFM
Philipus de Yesus
Thomas Kozaki, (Thomas Cozaki, Thomas Kasaki), seorang Jepang berumur 15 tahun, yang melayani sebagai akolit dan dimartirkan bersama dengan ayahnya: Michael.
Thomas Xico (Dauki), Tertiaris OFM, seorang tertiaris Fransiskan Jepang, katekis, dan penerjemah bagi para misionaris.
Ventura, seorang awam Jepang dari Miyako, yang dipermandikan oleh para Yesuit, telah meninggalkan Kekatolikannya pada saat ayahnya meninggal, dan dibimbing kembali ke pangkuan Gereja oleh para Fransiskan.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages