“SABDA ALLAH MENUNJUKKAN JALAN: HIDUP INJILI” - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Monday, January 06, 2014

“SABDA ALLAH MENUNJUKKAN JALAN: HIDUP INJILI”

01: “SABDA ALLAH MENUNJUKKAN JALAN: HIDUP INJILI” *)

PENGANTAR 

Cara hidup Fransiskan, ziarah kita kepada Bapa, adalah mengikuti Kristus seturut jejak langkah Santo Fransiskus dari Assisi. Fransiskus mengikuti Yesus sesuai dengan contoh hidup Yesus di bumi. Oleh karena itu perlulah untuk mengetahui serta mengenal Yesus seperti diungkapkan oleh keempat pengarang Injil. 

BACAAN KITAB SUCI 

Mat 11:25-30 (Undangan Yesus kepada kita)

Flp 3:7-8 (Pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus lebih mulia daripada semuanya)

Yoh 13:12-17 (Kita harus meneladan Yesus, Guru dan Tuhan kita)

Yoh 3:16 (Nikodemus)

Yoh 5:19-30 (Wewenang Sang Putera)

Yoh 10:1-8 (Gembala yang baik)

Yoh 14:6 (Akulah jalan dan kebenaran dan hidup)

Ko. 1:15-20 (Gambaran dari Allah yang tak kelihatan) 

AJARAN GEREJA 

Konstitusi Dogmatis Dei Verbum tentang Wahyu Ilahi (DV), 18 

Semua orang tahu, bahwa di antara semua kitab, juga yang termasuk Perjanjian Baru, Injil-lah yang sewajarnya menduduki tempat istimewa. Sebab Injil merupakan kesaksian utama tentang hidup dan ajaran Sabda yang menjadi daging. Penyelamat kita. 

Selalu dan di mana-mana Gereja mempertahankan dan tetap berpandangan, bahwa keempat Injil berasal dari para Rasul. Sebab apa yang atas perintah Kristus diwartakan oleh para Rasul, kemudian dengan ilham Roh ilahi diteruskan secara tertulis kepada kita oleh mereka dan orang-orang kerasulan, sebagai dasar iman, yakni Injil dalam keempat bentuknya menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 331] 

Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam (AA), 4 

Hanya dalam cahaya iman dan berkat renungan sabda Allah manusia dapat selalu dan di mana-mana mengenal Allah, – “kita hidup dan bergerak dan berada” dalam Dia (Kis 17:28), – dalam segala peristiwa mencari kehendak-Nya, memandang Kristus dalam semua orang, entah mereka termasuk kaum kerabat entah tidak, mempertimbangkan dengan cermat makna serta nilai hal-hal duniawi yang sesungguhnya, dalam dirinya maupun sehubungan dengan tujuan manusia. 

Barang siapa mempunyai iman itu, hidup dalam harapan akan penampakan putera-putera Allah, sambil mengenangkan salib dan kebangkitan Tuhan. 

Dalam perantauan hidup ini, tersembunyi bersama Kristus dalam Allah dan dibebaskan dari perbudakan kekayaan, sementara mencari harta yang kekal abadi, mereka dengan kebesaran jiwa membaktikan diri seutuhnya untuk meluaskan kerajaan Allah dan untuk merasuki dan menyempurnakan tata-dunia ini dengan semangat Kristiani. Di tengah kemalangan hidup ini mereka menemukan kekuatan dalam harapan, sementara berpandangan bahwa “penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan di masa mendatang yang akan dinyatakan dalam diri kita” (Rm 8:18). [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 344-345] 

BACAAN TAMBAHAN: Lihat LAMPIRAN I 

FOKUS FRANSISKAN 

Santo Fransiskus dari Assisi begitu tergetar hatinya bahwa Allah, Bapa kita, begitu mengasihi kita, sehingga mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal menjadi Saudara kita, untuk berpartisipasi dalam kehidupan kita dan kemudian mati untuk penebusan kita. Fransiskus mau meniru contoh Kristus dalam suatu pengungkapan manusiawi yang sepenuh mungkin. Dengan demikian Injil sebagai pewahyuan hidup dan sabda Kristus merupakan pegangannya yang tetap dalam perjalanannya dengan Yesus. 

Para Fransiskan sekular, seperti semua umat Kristiani, menghayati hidup Kristus di dunia ini. Akan tetapi, sebagai pengikut-pengikut Santo Fransiskus mereka berusaha melakukan lebih lagi, karena gaya hidup mereka harus mencerminkan kemiskinan dan kerendahan (kedinaan) Putera Allah. Siap untuk ikut ambil bagian dalam penderitaan-penderitaan-Nya, mereka pun harus terbenam secara total di dalam Kabar Baik itu. Kita tidak dapat mengikuti jejak Kristus dalam kehidupan-nya di bumi ini, kecuali kalau kita mengenali/mengetahui dan menghargai sabda dan perbuatan-perbuatan-Nya secara saksama. 

Masalahnya bukanlah mempelajari dan mengetahui apa saja yang ada dalam kitab-kitab Injil. Yang lebih penting adalah, bahwa kitab-kitab Injil itu harus menjadi dasar doa dan meditasi kita. Ini harus merupakan praktek harian kita dan harus lebih panjang waktunya di hari-hari Minggu dan hari-hari raya/ pesta/peringatan Gereja. Kita perlu membaca dan berdoa dengan Injil sebagai pengajaran dari Yesus sendiri. Kemudian setelah diperlengkapi dengan sabda dan contoh-Nya, kita maju ke tengah-tengah dunia, untuk kemudian kembali lagi kepada Injil guna pemahaman lebih lanjut. 

WARISAN KITA 

1Celano. Ujudnya yang tertinggi, keinginan yang terutama dan niatnya yang terbesar ialah menepati Injil suci dalam segala-galanya dan selama-lamanya. Dengan segala kewaspadaan, segala kerajinan dan segenap keinginan batin dan kehangatan hati dia menuruti ajaran dan mengikuti jejak Tuhan kita Yesus Kristus secara sempurna. Dalam renungan terus-menerus ia mengingat-ingat sabda-sabda-Nya dan dalam permenungan yang tajam ia memikiran lagi karya-karya-Nya. Terutama kedinaan penjelmaan-Nya dan cinta kasih dalam sengsara-Nya memenuhi ingatannya begitu rupa, sehingga dia tidak memikirkan sesuatu lainnya (1Cel 84). 

Warisan Santo Fransiskus. “Dan sesudah Tuhan memberi aku sejumlah saudara, tidak seorang pun menunjukkan kepadaku apa yang harus kuperbuat; tetapi Yang Mahatinggi sendiri mewahyukan kepadaku, bahwa aku harus hidup menurut pola Injil suci” (Was 14). 

2Celano. Bernardus, seorang dari kota Assisi, berkata kepada Fransiskus: “Semuanya yang saya miliki setahu saya telah diberikan oleh Allah kepada saya; dan sekarang saya bersedia mengembalikan semuanya itu atas petunjuk bapak.” Sahut sang Santo: “Jika engkau mau membuktikan apa yang kaukatakan itu dengan perbuatan, baiklah kita esok pagi-pagi benar masuk ke gereja dan mengambil kitab Injil dan meminta petunjuk kepada Kristus” (2Cel 15). 

Bacaan-bacaan tambahan: 1Cel 18; 1Cel 110; 1Cel 115; 2Cel 102-104 dan LegMaj XI:1-2. 

ANGGARAN DASAR OFS Fasal II Artikel 4 dan 5: 

Anggaran Dasar dan cara hidup para Fransiskan Sekular ialah: menepati Injil Tuhan Tuhan kita Yesus Kristus dengan mengikuti teladan Santo Fransiskus Asisi, yang menjadikan Kristus penjiwa dan poros kehidupannya di hadapan Tuhan  dan sesama.

Kristus anugerah Kasih Bapa, adalah Jalan kepada-Nya; Ia adalah Kebenaran, yang kepada-Nya Roh Kudus menghantar kita; Ia adalah kehidupan, dan Ia datang untuk memberikannya secara melimpah.

Selanjutnya hendaklah kaum Fransiskan Sekular tekun membaca Injil, sambil beralih dari Injil kepada hidup yang nyata dan dari hidup yang nyata kepada Injil. (Artikel 4)

Oleh karena itu, hendaklah para anggota Ordo Fransiskan Sekular mencari Diri Kristus, yang hidup dan berkarya di dalam para saudara-saudari, di dalam Kitab Suci, di dalam Gereja dan di dalam perayaan-perayaan liturgis. Inspirasi mereka dan pedoman penghayatannya terhadap Ekaristi hendaknya iman kepercayaan Fransiskus yang pernah berkata “Dari Putera Allah yang mahatinggi sendiri tidak kulihat sesuatu pun secara badaniah di dunia ini selain Tubuh dan Darah-Nya yang mahakudus.” (Artikel 5) 

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN SECARA PRIBADI DAN DISYERINGKAN DALAM KELOMPOK 

1.   Peristiwa apa dalam Injil yang menunjukkan kepada Saudari-saudara secara paling efektif, bahwa Yesus adalah seperti kita “dalam segala hal kecuali dosa”, dengan demikian menyatakan bahwa Dia sungguh manusia?

2.   Berapa sering Saudari-saudara membaca Kitab Suci dan kesulitan-kesulitan apa yang anda temukan dalam usaha menerapkan hal-hal yang sudah dibaca pada diri anda sendiri?

3.   Pernahkah Saudari-saudara membuka Kitab Suci dan menemukan apa yang dikehendaki Allah untuk Saudari-saudara lakukan dalam suatu keadaan tertentu? 

LAMPIRAN I 

Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam (AA), 30 

Pembinaan untuk kerasulan harus mulai sejak pendidikan awal anak-anak. Tetapi secara istimewa hendaknya para remaja dan kaum muda diperkenalkan dengan kerasulan, dan diresapi semangatnya. Selama hidup pembinaan itu harus disempurnakan, sejauh tugas-tugas baru yang diterima menuntutnya. Maka jelaslah bahwa mereka yang bertugas dalam pendidikan Kristiani juga terikat oleh kewajiban untuk memberi pembinaan bagi kerasulan. 

Merupakan tugas orangtua dalam keluarga: menyiapkan hati anak-anak mereka sejak kecil untuk mengenali cinta kasih Allah terhadap semua orang, serta mengajar mereka sedikit demi sedikit, terutama dengan teladan, untuk memprihatinkan kebutuhan-kebutuhan jasmani maupun rohani sesama. Jadi seluruh keluarga dan kebersamaan hidupnya menjadi bagaikan masa persiapan untuk kerasulan. 

Di samping itu anak-anak hendaknya dididik, supaya melampaui lingkup keluarga, dan membuka hati bagi jemaat-jemaat gerejawi maupun masyarakat duniawi. Hendaknya mereka ditampung dalam jemaat setempat paroki sedemikian rupa, sehingga di situ mereka memperoleh kesadaran, bahwa mereka merupakan anggota hidup dan aktif Umat Allah. Hendaklah para imam dalam katekese dan pelayanan sabda, dalam bimbingan rohani, dan dalam pelayanan-pelayanan pastoral lainnya memperhatikan pembinaan untuk kerasulan. 

Begitu pula merupakan tugas mereka yang berkecimpung dalam bidang pendidikan di sekolah-sekolah, di kolese-kolese dan lembaga-lembaga katolik lainnya: memupuk semangat katolik dan kegiatan merasul di kalangan kaum muda. Bila pembinaan itu tidak ada, entah karena kaum muda tidak mengunjungi sekolah-sekolah itu, atau karena sebab-sebab lain, para orangtua dan gembala jiwa, begitu pula persekutuan-persekutuan kerasulan, hendaknya semakin mengusahakan pembinaan itu. Adapun para guru dan para pendidik, yang karena panggilan serta tugas mereka menjalankan bentuk kerasulan awam yang luhur, hendaknya berbekalkan pengetahuan yang diperlukan dan kecakapan untuk mendidik, sehingga mampu memberi pembinaan itu dengan tepat-guna. 

Begitu juga kelompok-kelompok dan persekutuan-persekutuan awam, yang mengejar tujuan kerasulan atau tujuan-tujuan adikodrati lainnya, harus dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus mengembangkan pembinaan untuk kerasulan sesuai dengan tujuan dan coraknya sendiri. Himpunan-himpunan itu sering merupakan jalan yang biasa untuk pembinaan yang cocok bagi kerasulan. Sebab di situ diberi pembinaan pengetahuan, rohani dan praktis. Para anggotanya bersama dengan teman-teman dan sahabat-sahabat mereka dalam kelompok-kelompok kecil mempertimbangkan cara-cara dan buah hasil usaha-usaha kerasulan mereka, dan membandingkan cara hidup mereka sehari-hari dengan Injil. 

Pembinaan semacam itu harus diatur sedemikian rupa, sehingga seluruh kerasulan awam ikut dipertimbangkan. Kerasulan itu harus dijalankan bukan saja di antara kelompok-kelompok dalam persekutuan-persekutuan sendiri, tetapi juga dalam segala situasi selama hidup, terutama dalam hidup profesional dan sosial. Bahkan setiap anggota harus dengan tekun menyiapkan diri untuk kerasulan, dan itu lebih mendesak pada usia dewasa. Sebab sementara umur bertamah, jiwa manusia menjadi lebih terbuka, dan dengan demikian setiap orang dapat lebih cermat mengenali bakat-bakat, yang oleh Allah dilimpahkan atas jiwanya; dia dapat dengan lebih subur mengamalkan karisma-karisma, yang oleh Roh Kudus dikurniakan kepadanya demi kesejahteraan saudara-saudaranya.  [DOKUMEN KONSILI VATIKAN II, hal. 375-377]


*) Bahan untuk pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Thomas  More, Jakarta Selatan. Adaptasi dari bahan pembinaan para novis OFS Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta (Edisi tahun 2000) yang digunakan sejak tahun 1997 dan telah disetujui oleh Pater R. Wowor OFM sebagai pendamping rohani.  Disadur secara bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja OFS dari “The Rule of the Secular Franciscan Order with Catechism and Instructions”. 



Jakarta,  9 November 2008 [Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran]

Perbaikan terakhir oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS: 18 Februari 2013.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages