Aku Percaya - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFSREGKAL

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

download+%25284%2529

Home Top Ad

Post Top Ad

Thursday, October 20, 2016

download%2B%25284%2529

Aku Percaya

Responsive Ads Here
katekese

I. Iman menurut Kitab Suci
Ibr 11:1 – Tanpa iman, tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah.
Mk 9:17-27 – Dengan iman segala sesuatu mungkin; kita perlu memohon agar Tuhan menambahkan iman kita.
Mat 16:17 – Iman adalah karunia pemberian Tuhan
Yoh 3:16 – Iman kepada Yesus memimpin kepada kehidupan kekal.
Mrk 16:16 – Kita diselamatkan dalam iman dan baptisan.
Yoh 3:36 – Iman mensyaratkan ketaatan.
Yoh 6:40 – Tuhan memberikan kita keinginan untuk beriman.
Ef 1:18 – Iman yang mencari pengertian.
Ef 2:1-10 – Kita diselamatkan oleh iman, dan ini adalah karunia Allah.
Ef 6:16 – Iman adalah pelindung terhadap Setan.
Kol 1:23 – Berpeganglah pada iman yang dikaruniakan kepadamu.
Yak 1:3-8 – Kita harus berteguh dalam iman.
Luk 1:26-45 – Bunda Maria adalah teladan dalam beriman.

II. Iman menurut Katekismus Gereja Katolik
KGK 143-167 – Tentang iman
KGK 153, 179, 234 – Iman adalah karunia, rahmat Allah
KGK 157, 161 – Iman adalah pasti dan perlu untuk keselamatan
KGK 153, 156-159 – Iman mencari pengertian, iman dan akal budi bersatu
KGK 29, 162, 1003 – Iman dapat bertumbuh, dapat hilang dan didapat kembali
KGK 163-153 – Iman adalah permulaan kehidupan kekal

III. Iman menurut Para Kudus
St. Tomas Rasul (abad ke-1): Saat melihat Yesus yang bangkit menunjukkan bekas luka- luka-Nya, Tomas percaya dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28).
St. Ambrosius (abad ke-4): “Ketika seseorang percaya, murka Tuhan beranjak darinya, dan kehidupan menghampirinya” (On Penitence, I, 51)
St. Tomas Aquinas (abad ke-13) “Pencipta iman adalah Dia yang menghasilkan persetujuan dari orang yang percaya kepada kebenaran yang dinyatakan. Sekedar pendengaran bukanlah penyebab yang cukup. Persetujuan disebabkan oleh kehendak, bukan hanya dengan akal budi semata. Oleh karena itu, seorang pewarta atau pengkotbah tidak dapat menghasilkan iman. Tuhan adalah penyebab dari iman, karena hanya Dia yang dapat mengubah kehendak kita.” (Disputations concerning Truth, 27,3.)

IV. Makna Iman
Dalam credo/ syahadat, kita memulai dengan perkataan “Aku Percaya” atau “Kami Percaya”. Iman adalah syarat untuk mendapatkan keselamatan, karena tanpa iman, tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah (Ibr 11:1). Kita dapat menjabarkan makna “Aku percaya”  dalam tiga hal (KGK, 35):

1. Manusia mempunyai kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi Allah. Hal ini dapat kita lihat dari tingkah laku religius seperti kurban, doa, upacara, meditasi dari semua budaya manusia, walaupun tidak sempurna. Inilah sebabnya manusia disebut mahkluk religius ((KGK, 28)). Dapat dikatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi Pencipta-Nya, dan ini menandakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej 1:27).

2. Tuhan datang kepada kita untuk mewahyukan Diri-Nya. Karena pengetahuan manusia tidak sempurna untuk mencapai Tuhan, maka terdorong oleh kasih-Nya, Allah mewahyukan Diri-Nya kepada manusia, agar manusia dapat memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

3. Manusia harus menanggapi wahyu Allah. Karena pengetahuan manusia akan Allah tidaklah sempurna sedangkan wahyu Allah adalah sempurna, maka sudah seharusnya manusia menanggapi wahyu yang diberikan oleh Allah.

V. Manusia mempunyai kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi Allah
1. Manusia terbuka terhadap kebenaran, kebaikan dan keindahan
Manusia merindukan kebahagiaan yang bersifat kekal, yang tidak dapat diberikan oleh materi yang bersifat sementara. ((KGK, 33; GS, 18,1; GS, 14,2)) Hal ini diperkuat dengan kemampuan manusia yang terbuka terhadap kebenaran, di mana manusia mengenali nilai-nilai moral di dalam hati nuraninya, seperti: jangan melakukan apa yang tidak ingin orang lain perbuat kepadamu. Manusia juga dapat menghargai keindahan dan kebaikan, yang menjadi benih untuk mengenal Tuhan yang adalah indah dan baik secara absolut. ((KGK, 41; bdk. Keb 13:5))

2. Manusia mengenali Tuhan lewat dunia
Kalau manusia mau mengamati dunia sekelilingnya, maka manusia dapat melihat bahwa tidak mungkin dunia dan seluruh alam raya terjadi secara kebetulan, karena tertata secara teratur. Keindahan dunia ini dapat menuntun manusia kepada Sang Pencipta. ((KGK, 32; bdk. Rm 1:19-20; bdk St. Agustinus dari Serm. 241,2))

VI. Allah menyatakan diri-Nya
Walaupun manusia dengan akal budinya mempunyai kemampuan untuk mengenal Pencipta-Nya, ((KGK, 36)) namun tanpa Allah menyatakan Diri-Nya, manusia tidak dapat memahami Pribadi Allah secara lengkap.

1. Kitab Suci
Allah telah memberikan inspirasi Roh Kudus kepada para penulis Kitab Suci untuk menuliskan Sabda Allah (2Tim 3:16), sehingga manusia dapat melihat rencana keselamatan Allah, yang dimulai dari Perjanjian Lama (PL) sampai Perjanjian Baru (PB) dan manusia dapat memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Rencana keselamatan ini dimulai dari Adam dan Hawa (satu keluarga), kemudian nabi Nuh (beberapa keluarga), Abraham (suku), Yakub (bangsa Israel), Daud (kerajaan), dan Kristus yang mendirikan Gereja-Nya (seluruh dunia).

2. Tradisi Suci
Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bimbingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia. ((KGK, 81; DV, 9)) Tradisi Suci ini tidak dapat bertentangan dengan Kitab Suci, bahkan mendukung kejelasan akan makna dari Kitab Suci yang sebenarnya.

3. Magisterium Gereja atau Wewenang mengajar Gereja
Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” ((KGK, 85; DV, 10) Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus]  menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.

VII. Iman adalah tanggapan manusia atas wahyu Allah
1. Iman sebagai tanggapan kita kepada Allah yang mewahyukan Diri-Nya.
Allah telah mewahyukan Diri-Nya kepada manusia secara bertahap, sejak Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru dan kemudian diwariskan oleh Gereja dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena wahyu Allah dapat memenuhi kerinduan kita akan kebahagiaan, kebenaran, kebaikan, dan keindahan, maka sudah seharusnya kita menanggapi pewahyuan ini.

2. Iman sebagai pemberian Allah
Walaupun iman merupakan tanggapan manusia, namun sisi lain dari iman adalah pemberian Allah, yang diberikan pada saat baptisan. Bantuan Allah ini membantu kita untuk menjawab panggilan Allah untuk menjadi anak-anak Allah dan mengambil bagian di dalam kehidupan Allah. Tuhan membantu kita, agar kita mampu untuk untuk menjalankan iman kita dan setia sampai pada akhirnya. Semua tawaran dan bantuan Allah diberikan secara cuma-cuma kepada manusia, yang juga menuntut tanggapan secara bebas dari manusia.

3. Iman adalah kepastian
Iman bukanlah masalah perasaan atau loncatan emosi sesaat, namun iman adalah sesuatu yang pasti karena kebenarannya diberikan oleh Allah sendiri, yang tidak mungkin berdusta. Iman juga tidak bertentangan dengan akal budi, karena keduanya diciptakan oleh Tuhan. Jadi kepastian iman adalah berdasarkan otoritas Allah sendiri.

4. Tahapan iman adalah mendengar, mempertimbangkan, mempercayai dan mentaati (Kis 8:27-39).
Tahap pertama adalah mendengar, yang berarti perlu ada yang memberitakan dan perlu ada yang menanggapi. Dikatakan “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” (Kis 8:31) Setelah mendengar, diperlukan pertimbangan akal budi. Akal budi tidak bertentangan dengan iman, karena keduanya berasal dari Tuhan. Dan setelah mempertimbangkan tentang iman yang diberikan, seseorang dapat mempercayai kebenaran. Setelah menerima kebenaran iman, seseorang harus mentaati kebenaran yang diberitakan, baik dalam perkara yang mudah maupun dalam perkara yang sulit.

5. Ketaatan iman adalah cermin dari kedewasaan iman
Kedewasaan iman seseorang terlihat dari ketaatan imannya, yang berarti menempatkan kebenaran iman di atas kepentingan pribadi. Kalau Tuhan telah menyatakan kebenaran, maka selayaknya kita tidak memilih-milih kebenaran yang kita percayai, melainkan kita mempercayainya secara menyeluruh. Mentaati [Latin: ob-audire] bukanlah sekedar mendengar, namun mendengarkan. Ketaatan iman berarti penyerahan yang total dari akal budi dan keinginan kita kepada kebenaran yang diwahyukan oleh Allah, yang kebenaran-Nya dijamin oleh Allah sendiri. Sikap ini membuat seseorang menjadi saksi Allah, karena hidupnya dijalankan sesuai dengan perintah Allah.

6. Manfaat dari iman.
a. Iman menyatukan jiwa kita dengan Tuhan.

Persatuan dengan Allah terjadi dalam baptisan, sehingga baptisan disebut sakramen iman yang pertama, yang menuntun seseorang pada keselamatan (lih. Mrk 16:16). Inilah sebabnya Rasul Paulus menegaskan bahwa tanpa iman tidak ada seorangpun yang berkenan kepada Allah (lih. Ibr 11:6).

b. Iman memperkenalkan kita pada kehidupan kekal.

Kitab Suci mengajarkan, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:3)

c. Iman menuntun kehidupan kita.

Untuk dapat hidup baik, maka seseorang harus mengetahui bagaimana untuk hidup dengan baik. Cara untuk hidup baik tidak dapat dicari sendiri oleh setiap individu, karena untuk mencapainya diperlukan waktu yang lama dan dapat salah. Dikatakan “Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya (imannya).” (Hab 2:4)

d. Iman membantu kita untuk mengalahkan pencobaan.

Pencobaan dapat datang dari setan, dari dunia, maupun dari kedagingan kita.

1. Setan dapat mencobai kita untuk melawan Allah. Pencobaan ini dapat dikalahkan oleh iman, karena iman mengatakan bahwa Dia adalah Allah dari semua, yang harus ditaati. Dikatakan “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1 Pet 5:8-9)

2. Dunia dapat menggoda kita dengan menawarkan gemerlapnya kekayaan maupun ketakutan akan penderitaan. Iman dapat mengalahkan godaan tersebut, karena iman mengajarkan bahwa ada kehidupan yang yang lebih baik di Sorga, sehingga kita dapat menyingkirkan gemerlapnya dunia dan tidak takut dalam menghadapi percobaan dunia. Rasul Yohanes menuliskan “Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.”(1Yoh 5:4) Iman juga membantu kita untuk mengerti bahwa ada kejahatan yang lebih ditakuti dari semua ancaman dunia ini, yaitu neraka. Kristus berkata, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat 10:28)

3. Kedagingan menggoda kita dengan kenikmatan dunia ini. Karena iman mengatakan bahwa hamba nafsu dapat kehilangan keselamatan kekal (lih. Gal 5:19-21), maka kita dapat menghindari godaan ini dengan iman. Sabda Tuhan mengatakan, “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman.” (Ef 6:16)

7. Bagaimana bertumbuh dalam iman?
Karena iman adalah karunia Tuhan untuk membantu kita menuju keselamatan, maka sudah seharusnya kita memelihara dan menjaga iman kita dengan bijaksana setiap saat. Agar kita dapat hidup, bertumbuh dan setia pada iman kita sampai akhir, maka kita perlu: (a) disegarkan dengan Firman Allah dan doa; (b) minta kepada Tuhan untuk menambah iman kita; (c) terus bertumbuh dalam perbuatan kasih yang berdasarkan iman. Pertumbuhan dan kemantapan iman perlu didukung dengan pengertian yang benar tentang iman, sehingga diperlukan sikap iman yang mencari pengertian.

8. Kehilangan iman atau dosa melawan iman
Ada kalanya, seseorang dapat kehilangan karunia yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan, yaitu iman. Kehilangan iman adalah sama saja dengan kehilangan hubungan kasih mesra dengan Allah, sehingga dapat berakibat sangat fatal. Beberapa hal yang menyebabkan seseorang dapat kehilangan iman adalah:

a. Ketidakperdulian. Ketidakperdulian akan hal-hal yang bersifat rohani, akan tujuan akhir (yaitu Sorga) dapat menyebabkan akibat fatal, karena akan membuat seseorang tidak melihat pentingnya iman.

b. Terjebak oleh jeratan dunia ini. Orang yang terfokus pada apa yang terjadi di dunia ini dapat kehilangan fokus akan kehidupan kekal.

c. Skandal dari umat dan Gereja. Seseorang dapat kehilangan iman karena batu sandungan yang diakibatkan oleh umat beriman yang hidup tidak sesuai dengan apa yang diimaninya. Lebih lanjut kekecewaan terhadap Gereja juga dapat menyebabkan seseorang kehilangan iman. Orang ini gagal untuk melihat bahwa fokus dari iman bukanlah pada orang-orangnya namun pada pengajaran dan kebenaran yang diberikan. Namun demikian, adalah tantangan bagi seluruh umat beriman dan Gereja untuk dapat memancarkan kebenaran dan kasih Kristus.

d. Kejahatan di dunia. Orang sering kehilangan iman karena melihat kejahatan di dunia ini, sehingga seseorang bertanya-tanya, di manakah Tuhan. Orang dalam kategori ini gagal melihat bahwa ada keadilan yang akan ditegakkan pada saat akhir zaman. Kejahatan tidak membuktikan bahwa kebaikan tidak ada, karena kebaikan juga dapat dilihat di dunia ini.

e. Tekanan budaya dan sosial terhadap iman. Seseorang yang hidup dalam tekanan sosial dan budaya yang memandang sinis terhadap agama dapat menyeret seseorang yang kurang kuat imannya kepada arus budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai kristiani.

VIII. Penutup
Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat bahwa iman adalah tindakan Allah yang memberikan karunia kepada umat-Nya dan sekaligus tindakan manusia, yaitu tanggapan manusia akan Allah yang mewahyukan Diri-Nya. Karena Allah tidak mungkin berdusta, maka wahyu Allah terjamin kebenarannya.

Oleh iman yang dinyatakan dengan Baptisan, kita memperoleh keselamatan, karena melalui iman kita disatukan dengan Tuhan, dituntun di dalam hidup kita untuk mengalahkan godaan, agar sampai kepada kehidupan kekal.

IX. Diskusi
Apakah arti iman bagimu dan berikan beberapa contoh.
Apakah dasar dari iman?
Kapankah anda menyadari bahwa iman adalah pemberian?
Apa yang perlu anda lakukan agar iman anda bertumbuh?
Apakah yang dapat memperlemah iman?
Bagaimana doa dapat membantu pertumbuhan iman?

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Pages

Contact Form

Name

Email *

Message *