Pelayanan bukanlah hal yang baru bagi kita umat Katolik. Karena pelayanan merupakan salah satu bentuk tugas kita sebagai anggota gereja. Kristus sendiri mengajarkan kita untuk melayani dan melayani. Tugas seorang Raja menurut Kristus seharusnya adalah juga melayani. Menjadi hamba untuk merendahkan dari segala ke-Tuan-an-Nya. Demikian pula kita, harus memiliki semangat melayani di manapun dan kapanpun kita berada.
Semangat santo Fransiskus dari Asisi adalah pelayanannya yang luar biasa. Berawal dari hidup suka-suka, bermewah-mewah hingga berfoya-foya. Anak dari saudagar kaya yang bernama Pietro Bernadone dan ibunya Dona Pica ini sangat gemar dengan dunia glamour di zamannya. Hidup serba ada karena kekayaan ayahnya menjadikannya gelap mata. Hingga suatu ketika Tuhan mengetuk hatinya. "Fransiskus, mana yang engkau pilih? Mengabdi pada hamba atau mengabdi kepada Tuan?" Inilah semangat pelayanan pertama Fransiskus. Sedikit demi sedikit ia tanggalkan segala rasa tinggi hati, ia mendekatkan diri pada Tuhan melalui injil yang menjadi cara hidupnya. Hingga akhir hayatnya, Fransiskus tetap pada ketaatanya pada Injil yang adalah cara hidup yang ditawarkan Kristus sendiri.
Di zaman ini, kita juga sering lupa dengan tugas kita yaitu melayani. Kita cenderung menginginkan penghormatan orang lain dan gengsi untuk membantu sesama kita. Sikap seperti ini bertentangan dengan ciri khas seorang Katolik. Tinggi hati mampu menghalangi mata kita untuk menatap wajah Tuhan melalui saudara kita yang hina dina. Jangankan untuk menolong, menolehpun mungkin tidak. Ini merupakan sikap yang tidak berkenan di hadapan Allah. Semakin kita tinggi, maka Tuhan akan merendahkan kita. Seorang Katolik harus mampu melihat ke bawah dan tidak menganggap sesama sebagai yang terkecil dari puncak gunung. Sementara kita melihat orang lain demikian, di bawah kita orang sudah lebih duluan melihat diri kita yang tak kalah kecilnya. Kerendahhatian dengan mau melihat ke bawah, mampu mengulurkan tangan dan slalu bersyukur sangatlah relevan untuk masa kini. Mengingat tak banyak orang lagi mampu melakukannya.
Saudaraku, jika kita ingin menjadi besar maka kita harus menjadi kecil terlebih dahulu. Teladan santo Fransiskus dari Asisi yang mau merendah merupakan ciri kelahiran manusia baru. Kita semua dapat menjadi manusia baru ketika kita mampu melepaskan keduniaan hidup kita. Bukan semata hidup semiskin mungkin, tetapi kemiskinan hati yang dapat diisi dengan jutaan rahmat. Hubungan antara Tuhan dan sesama dapat kita jalin dengan baik dengan kepedulian kita pada sesama yang berkekurangan dan itu tertulis bahwa siapa saja yang melakukan hal baik kepada saudara kita yang hina dina, ia melakukannya juga untuk Tuhan kita Yesus Kristus. Semoga semangat santo Fransiskus dari Asisi memberikan semangat baru bagi kita untuk melayani setiap hari di manapun kita berada.
PAX ET BONUM
(Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)
No comments:
Post a Comment