St. Yohanes Kapistrano
1385-1456
RIWAYAT HIDUPNYA
Menjelang akhir abad ke 14 kerajaan Napoli menjadi medan banyak peperangan. Di antara mereka yang sudah terdaftar melayani dalam angkatan bersenjata adalah seorang kesatria Jerman - orang-orang lain berkata dia berasal dari Perancis – yang menikahi seorang wanita muda di Capistrano yang besar kesalehannya dan mereka pun tinggal di sana. St. Yohanes dilahirkan dari orang tua ini pada 24 Juni 1385. Kemudian dia disebut sebagai seorang Kapistrano, dari Capistrano, tempat kelahirannya.
Setelah dia menyelesaikan studinya di bidang hukum di Universitas Perugia, dia menjadi ahli hukum di Napoli. Di sana dia memperoleh nama baik yang sedemikian menakjubkan karena kejujuran dan kemampuannya, sehingga Raja Ladislas seringkali mengundangnya untuk minta nasehat.
Yohanes belum berumur 30 tahun ketika raja mengangkatnya menjadi gubernur di Perugia. Setelah dia mengecap nasib baik di dunia ini, dia pun segera mengalami keguncangannya. Dia pergi ke kota tetangga, di mana perang sedang berkecamuk, dengan maksud untuk menemukan kesepakatan damai. Karena pengkhianatan dia ditangkap, dibebani dengan rantai yang berat dan dijebloskan ke dalam penjara. Tak seorang pun peduli untuk membebaskannya. Kemudian, sangat aneh, seorang Fransiskan diliputi cahaya muncul kepadanya, dan mengundangnya meninggalkan dunia yang tidak menentu ini dan masuk ke dalam Ordonya. Kapistrano menjawab: “Saya tak pernah berpikir untuk memeluk hidup semacam itu; kendati demikian, bila Tuhan menghendaki hal itu, saya akan menaati-Nya.”
Dengan membayar harga tinggi dia sekarang memperoleh kebebasannya. Dia pun memohon diijinkan masuk dalam biara Fransiskan di Perugia. Setelah pencobaan yang keras atas kerendahan hatinya, dia menerima jubah kudus pada 4 Oktober 1416. Sejak saat permulaan dia dengan sungguh-sungguh bermaksud untuk menanggalkan manusia yang lama dan mengenakan manusia baru dalam keadilan dan kekudusan. Karena suasana sekeliling yang luar biasa yang menyelimuti panggilannya untuk hidup religius, dia seringkali menjadi sasaran pencobaan-pencobaan yang berat. Namun keutamaan dan panggilan ilahinya selalu menampakkan diri semakin cemerlang. Matiraga yang keras, ketaatan yang sempurna, dan suatu devosi yang tekun pada Sengsara Kristus yang pahit membuat dia menonjol di antara saudara-saudaranya yang lain. Dia juga pengunjung setia Bunda Mulia, dan merasa diri pasti bahwa tanpa pendampingannya tidak akan mungkinlah baginya memperoleh palma kemenangan.
Segera setelah mengikrarkan kaulnya, dia mulai belajar teologi di bawah St. Bernardinus dari Siena. Segeralah nampak, seolah-olah dia menerima pengetahuan kudusnya lebih banyak melalui ilham ilahi daripada melalui refleksi insaninya, sehingga gurunya yang kudus itu pernah berkata: “Yohanes ini lebih banyak memperoleh pengetahuannya sewaktu dia tidur daripada orang-orang lain yang belajar siang malam.” St. Yakobus dari Marchia adalah salah seorang sesama mahasiswanya. Nampaklah bahwa Tuhan telah mengatur bahwa ketiga orang besar ini berkumpul bersama, yang dengan setia menjalin kekuatan mereka melalui hidup mereka untuk memajukan pelaksanaan yang sempurna atas Anggaran Dasar dalam Ordo, dan juga memerangi ketidak-susilaan yang merebak waktu itu. Namun Kapistrano ditentukan menjadi pahlawan yang paling cemerlang dalam perjuangan ini.
Sementara dia masih diakon, dia diutus untuk berkhotbah pada 1420; tetapi baru pada 1425 dia sungguh memulai pelayanan kerasulannya. Dia mulai di Italia dengan mengerahkan tenaga berjuang melawan kejahatan. Kedudukannya di dunia sebelumnya membuat dia terbiasa dengan kedahsyatan kejahatan. Melawan hal ini sekarang dia bangkit bagaikan seorang Elias lain. Kata-katanya yang membakar, semangatnya yang membara, dan kekudusan hidupnya membuahkan pertobatan yang sungguh menakjubkan. Orang-orang datang dari segenap penjuru untuk mendengarkan dia dan segera tidak ada gereja yang cukup besar yang dapat memuat orang sebanyak itu. Kadang-kadang 50.000, 80.000 dan bahkan lebih dari 100.000 orang berkumpul di sekitar mimbarnya di lapangan-lapangan umum dan padang yang luas untuk mendengarkan khotbah-khotbahnya. Penampilannya menyentuh hati mereka.
Pengkhotbah suci itu dapat melukiskan kemuliaan Allah dan Keadilan-Nya, kehinaan kejahatan dan keindahan keutamaan, Sengsara Kristus, kekuatan nama Yesus dan kemurahan hati Bunda Maria, sedemikian menarik sehingga kebanyakan pendosa yang keras kepala pun dapat ditobatkan, sedangkan orang-orang yang sudah murtad dan tidak percaya berbalik kepada Tuhan dan Gereja. Kehadirannya dinanti-nantikan di mana-mana, dan dia pun disambut bagaikan seorang malaikat dari surga. Tetapi di tengah-tengah pernyataan penghormatan itu, hamba Allah ini hanya akan berkata: “Bukan kepada kami ya Allah, bukan kepada kami, melainkan kepada Nama-Mulah segala kemuliaan.”
Sri Paus pernah mempercayakan kepadanya tugas misi melawan sebuah sekte sempalan, dan hasilnya yang cemerlang dari tugas ini membuatnya kemudian diutus oleh Paus Martinus V, Eugenius IV, Nicholaus V dan Callistus III sebagai nuntius apostolik ke Italia Utara dan Selatan, ke Sisilia dan negara-negara lain, untuk berkhotbah melawan musuh-musuh Gereja.
Lima tahun terakhir dari hidup aktifnya dipersembahkannya bagi karya-karya misi di Jerman. Kaisar Frederick III memohon Bapa Suci pada 1451 untuk mengirim misionaris yang terkenal itu kepadanya untuk menghentikan batu sandungan berupa kaum sempalan Hussites yang mengalami kemajuan. Yohanes pergi ke Wina melewati Carinthia dan Styria. Dari sana perkembangannya membawa dia ke Bohemia, Moravia, Silesia, Bavaria dan Thuringia; dan kemudian kembali lagi ke Polandia, Transylvania, dan Russia. Mukjizat-mukjizat yang menakjubkan meneguhkan kata-katanya. Dia menyembuhkan orang-orang sakit tak terbilangkan jumlahnya, menghidupkan kembali orang yang sudah mati, dan menyeberangi sungai bersama teman-temannya hanya dengan mantol yang dibentangkan di atas air. Melihat kehebatan-kehebatan itu, beberapa orang sesat yang paling keras kepala pun bertobat dan ratusan orang muda minta izin untuk diterima masuk Ordo.
Sementara dia menjalankan misi melawan musuh-musuh Gereja di negerinya sendiri itu, di luar negeri muncullah bahaya-bahaya yang mengancam Kekritstenan itu sendiri. Mohammad II telah menduduki Konstantinopel pada 1453, dan bagaikan sudah dipastikan bahwa semua orang Kristen di Barat harus takluk pada kekuatan Islam. Tujuan pertama Mohammad II kali ini adalah Jerman. Dia sudah mencapai Hungaria dan sedang bergerak menuju benteng Belgrado. Nampaknya hanya ada sedikit peluang untuk menyelamatkannya; satu-satunya harapan penyelamatan rupanya terletak pada tangan Kapistrano. Dia berniat untuk mengerahkan para putera mahkota dan orang-orang untuk bangkit dalam perjuangan melawan bangsa Turki. Paus Callistus III mengumumkan perang salib dan menunjuk Kapistrano untuk mengkhotbahkannya.
Kendati dia waktu itu sudah berusia 70 tahun, dan sudah sedemikian merosot karena tugas pekerjaan dan mati-raganya sehingga dia tinggal kulit pembungkus tulang, orang kudus itu bergegas, bagaikan seorang bentara Kristus yang terbang, mengelilingi Jerman dan Hungaria, memanggil para sukarelawan demi perang melawan musuh orang Kristen. Dengan pasukan yang telah dia kumpulkan, dia bergegas ke Belgrado untuk memberikan bantuan kepada pejuang Hunyady yang gagah berani.
Sepasukan tentara yang terdiri atas beberapa ribu orang Turki sedang berkemah di depan benteng itu, tetapi Kapistrano tidak memberi kesempatan hal itu menggetarkannya. Dipenuhi dengan percaya penuh dalam nama kudus Yesus, yang diberikan kepada para serdadu sebagai perisai mereka, dan dengan memegang erat salib dengan bendera bertuliskan nama kudus-Nya, dan sambil sering menyerukan nama kudus itu dengan suara nyaring, dia memimpin pasukannya melawan musuh yang berjumlah sekurang-kurangnya sepuluh kali lebih kuat daripada tentara orang Kristen. Tetapi kekuatan Tuhan yang Mahaagung dan keperkasaan nama kudus-Nya harus dinyatakan secara menakjubkan. Lebih banyak orang Turki dibunuh oleh para pejuang Kristus dari pada jumlah serdadu-serdadu Kristen dan yang lainnya melarikan diri penuh kepanikan. Sekali lagi Eropa yang Kristen itu diselamatkan.
Kemenangan jaya pada pesta St. Maria Magdalena tahun 1456 digariskan sebagai mahkota kegiatan-kegiatan Yohanes ini. Segera sesudah itu dia jatuh sakit, dan meninggal dunia di biara Fransiskan di Illok Hungaria pada 23 Oktober. Dimuliakan oleh Allah sesudah kematiannya dengan banyak mukjizat, dia dikanonisasi oleh Paus Alexander VIII pada 1690.
HIDUP SEORANG KRISTEN ADALAH PERJUANGAN
1. Sebagaimana St. Kapistrano telah berperang bagi Gereja Kristus, demikian juga setiap orang Kristen harus berjuang demi jiwanya. Kristus sendiri telah berkata: “Saya datang bukan untuk membawa damai, tetapi pedang” (Mat 10:34). Dengan pedang Kristus, yakni dengan ajaran dan sarana rahmat-Nya, demikian juga dengan jasa-jasa da janji-janji-Nya, kita harus melaksanakan perang melawan dunia dan tidak membiarkannya menarik kita dengan kelicikannya. “Tidak tahukah engkau”, kata St. Yakobus (4:4), “bahwa persahabatan dunia itu adalah musuh Allah?” Karena itu, selalu waspadalah terhadap anak-anak dunia ini. Syukur kepada Allah, sejauh Dia memelihara kalian dari merasukkan diri dengan dunia yang jahat ini, bahkanbila hal itu melalui penderitaan dan aniaya. “Kita dididik oleh Tuhan, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia” (1Kor 11:32). -
2. Renungkanlah bahwa kendati kita mungkin sudah menarik diri dari dunia, kita masih akan tetap mempunyai musuh. “Musuh orang,” kata Kristus, “adalah orang-orang seisi rumahnya” (Mat 10:36). Dapat terjadi bahwa anggota keluarga kita sendiri menjadi penghalang perjalanan kita ke keselamatan dan kesempurnaan, dengan dalih kepentingan-kepentingan pribadi. Karena itu Tuhan menambahkan: “Orang yang mencintai bapa atau ibunya lebih dari pada Saya, tidaklah layak bagi-Ku” (Mat 10:37). Bagi beberapa orang hal ini nampak sebagai sesuatu yang berat, namun itulah sabda Tuhan. Dalam kenyataannya kita sendirilah musuh kita yang paling jahat. Cinta diri, kesia-siaan dan kenikmatan hawa nafsu mencari kehancuran jiwa kita dan mencari kepuasan diri. Itulah pupuk yang diberikan oleh dosa asal kita; hal itu datang dari neraka dan membawa kita ke neraka. “Bila engkau hidup seturut daging, engkau pun akan mati” (Rom 8:13). Karena itu, matilah sekarang terhadap keinginan-keinginan yang tidak teraturmu supaya engkau tidak dapat mati dalam kematian kekal.
3. Ingatlah bahwa setan yang mendorong orang tua kita yang pertama berbuat dosa, tetap saja menyerucuk bangsa manusia. “Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef 6:12). Tidak terlihat, bagaikan udara yang mengelilingi kita, musuh yang jahat itu berjuang melawan kita. Kadang-kadang mengusik orang-orang jahat melawan kita, kadang-kadang dia mengaduk-aduk nafsu-nafsu dalam hati kita: balas dendam, tidak sabar, kesombongan, rakus, hidup kotor. Karena itu marilah kita “mengenakan perisai iman,” dengan waspada ke mana dosa itu mendorong kita, dan “kenakanlah ketopong keselamatan” dalam harapan kebahagiaan kekal, yang dirindukan oleh tentara Kristus yang sejati, dan “hunuslah pedang roh, dalam segala doa dan permohonan” (Ef 6:16-18). – Dengan pekik-perjuangan st. Kapistrano, “Yesus dan Maria!”, engkau pun dapat menyergap musuh dan memperoleh kemenangan.
DOA GEREJA
Ya Allah, yang secara sungguh menakjubkan telah mengagungkan Gereja-Mu berkat jasa-jasa dan ajaran-ajaran St. Yohanes, dan melalui dia Engkau telah membawa umat beriman kepada kemenangan menghadapi penindas-penindas yang tidak beriman berkat kekuatan nama Yesus yang Mahakudus; anugerahkanlah, kami mohon kepada-Mu, bahwa berkat pengantaraannya, kami dapat menerima kemenangan atas musuh-musuh kami di dunia ini, dan bersama dengan dia dapat layak menerima anugerah-anugerah di surga. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.
No comments:
Post a Comment