ST. NIKOLAUS TAVELICH - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Tuesday, January 14, 2014

ST. NIKOLAUS TAVELICH

14 November
St. Nikolaus Tavelich
Martir †1391

RIWAYAT HIDUPNYA

Nikolaus adalah putera sebuah keluarga bangsawan dan kaya raya. Orang tuanya yang kesohor itu memberikan pendidikan yang baik baginya, dan kemajuan belajarnya pun sangat cemerlang. Tetapi tidak kurang cemerlang pula kemajuannya dalam hal keutamaan.

Ketika Nikolaus menyelesaikan studinya, maka tersenyumlah masa depan cerah baginya. Apa pun juga yang dapat diberikan oleh dunia ada dalam jangkauan tangannya dan tinggal menikmatinya saja. Akan tetapi, dia sudah berkeputusan untuk meninggalkan dunia dan masuk Ordo St. Fransiskus. Kendati menghadapi halangan-halangan yang berat dan tantangan-tantangan yang keras kepala, dia menerima jubah sederhana St. Fransiskus dan menyelesaikan masa novisiatnya dengan kesederhanaan hati dan kepatuhan seorang anak.

Pekerjaan tangan, belajar, kewenangan atasan dan mati raga merupakan kesibukan yang utama dan menyenangkan baginya. Setelah ditahbiskan menjadi imam, semangat dalam merayakan Misa Kudus menimbulkan pembinaan dan semua orang terkesan pada khotbah-khotbahnya.

Karena kepandaiannya dan kesalehannya yang besar, dia pun diutus sebagai misionaris ke Bosnia; ini merupakan bidang kerja yang paling sulit. Tanpa gentar sedikit pun, Nikolaus bekerja dengan hati penuh semangat di antara orang-orang sesat; menentang ajaran-ajaran mereka yang keliru, membalas penghinaan dengan berkat, mengunjungi orang-orang sakit dan menghibur orang-orang yang tertindas. Dia memenangkan tak terbilang jumlahnya jiwa-jiwa bagi Kristus berkat kelembutan hati dan cintakasihnya yang sangat besar.

Banyak orang menghargainya sebagai seorang Kristus yang lain, sementara orang lain mengejar-ngejar dia dengan kebencian yang tak kenal surut. Dalam hatinya dia lebih mencintai orang-orang yang membencinya ini, karena dia merindukan kemartiran dan berpikir bahwa mereka ini akan menyediakan baginya mahkota yang dirindukan itu. Pemikiran ini memberikan kepadanya kekuatan adi kodrati yang mengagumkan. Hal itu memperbesar kemurahan hati dan semangatnya, semangat doa, meditasi dan ulah tobatnya. Tetapi, setelah 12 tahun bekerja tanpa kenal lelah di Bosnia, semua perlawanan itu surut dan mati. Maka Nikolaus pun yakin bahwa dia harus mencari kemartiran itu di tempat lain.

Sekarang dia minta izin pergi ke Tanah Suci, karena di sana sudah ada begitu banyak dari saudara-saudaranya yang telah memperoleh mahkota kemartiran. Izin pun diberikan kepadanya dan dia diutus ke Yerusalem. Sekali lagi di menjalani hidup tersembunyi dalam doa, ulah tobat dan belajar, tetapi lebih dari sebelumnya dia merindukan mati sebagai martir, karena ingin, seperti Kristus, menjadi persembahan cinta demi keselamatan orang lain.

Pada 11 November 1391, dia masuk ke dalam sebuah mesjid Turki dan dengan semangat  St. Paulus, dia berkhotbah di hadapan jemaah yang berkumpul di sana. Dengan taktik dan kefasihan dia serukan bahwa Kristus dan agama-Nya sudah diterima oleh orang-orang Turki dalam hati dan rumah mereka. Sebelum khotbahnya selesai, dia ditangkap dan diseret ke hadapan hakim.

Ditanyai perihal imannya, Nikolaus dengan gembira mengakukan imannya pada satu Gereja Kristus yang benar, sambil membelanya melawan setiap keberatan. Hal ini membakar persidangan itu sedemikian hebatnya sehingga dia dihantam sampai terjatuh di tanah dan dengan kejam mereka pukuli. Setelah digebugi hampir-hampir mati, dia diseret ke penjara, dengan tangan dan kaki dirantai, dan dibiarkan demikian di sana sampai tiga hari tanpa makan dan minum.

Pada hari ke empat dia di bawa keluar dan dilemparkan ke jalan, dan di sanalah dia meninggal dengan kematian mulia seorang martir, setelah dicincang berkeping-keping dengan pedang mereka. Tuhan mempermuliakan martir-Nya dengan mukjizat-mukjizat, dan Paus Leo XIII dengan meriah meneguhkan penghormatan terhadap Nikolaus dalam hidupnya yang kekal.

PERIHAL HARTA BENDA ABADI

1.    Harta benda abadi harus dikumpulkan di atas semua hal yang lain. Karena merenungkan perihal tetap kekalnya harta benda surgawi, B. Nikolaus meninggalkan segala sesuatu yang ditawarkan dunia kepadanya dan menjadi seorang Fransiskan yang miskin. Dia mengikuti nasehat dari Tuhan kita: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Mat 6:19-20). – Harta kekayaan yang mana yang engkau usahakan untuk memperolehnya?

2.    Harta benda kekal memang tidak dihargai dengan semestinya. Kebanyakan orang cenderung untuk memperoleh harta benda fana, uang, milik, kedudukan, kehormatan dan kesenangan. Mereka terlalu menempatkan diri mereka sendiri dalam kesibukan hari demi hari, malam demi malam, hanya untuk memperoleh harta benda duniawi itu. Betapa banyaknya orang yang mengabaikan harta benda abadi demi untuk mengejar keuntungan yang sementara, kesenangan yang sesaat belaka! Kata-kata dari Tuhan kita ini diarahkan kepada mereka: “Aku bersumpah dalam murka-Ku: ‘Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Ibr 3:11). – Harta kekayaan yang mana yang engkau usahakan untuk memperolehnya?

3.    Barang-barang duniawi sangatlah tidak bernilai. Barang-barang itu fana dan tidak dapat memuaskan hati manusia. Salomo diliputi kemewahan duniawi, dan pada akhirnya dia terpaksa mengakui: “Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pkh 2:17). – Apakah engkau membiarkan dirimu sendiri dipusingkan oleh barang-barang dunia ini?

DOA GEREJA

Ya Allah, yang telah memuliakan Pengaku-iman-Mu B. Nikolaus dengan mewartakan Injil dan dengan palma kemartiran, kabulkanlah doa kami, sehingga kami dapat layak berjalan menapaki jejak-jejaknya dan berkat pengantaraannya, patut menerima anugerah kemenangan, yakni hidup yang kekal. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages