(Bacaan Injil Misa Kudus, Peringatan S. Thomas Aquinas – Selasa 28 Januari 2014)
YESUS DI GEREJA ORTODOX SIRIA
Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku.” (Mrk 3:31-35)
Bacaan Pertama: 2Sam 6:12b-15,17-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 24:7-10
Bacaan Injil hari ini yang menyinggung ibunda Yesus dan saudara-saudara-Nya kadang-kadang menyebabkan kesulitan berkaitan dengan doktrin “Maria tetap perawan”. Apabila Yesus mempunyai saudari dan saudara, bukankah hal itu dapat diartikan bahwa Maria mempunyai anak-anak lain di samping Yesus? Jadi, Ibu Maria bukan seorang perawan dong?! Hal ini tidak dapat disimpulkan dari bacaan Injil Markus hari ini, karena kata dalam bahasa Yunani yang digunakan di sini untuk “saudari dan saudara” juga dapat digunakan untuk “saudara sepupu”. Jadi, hal ini tidak perlu menyebabkan terjadinya kelumpuhan iman di antara kita.
Kita memang dapat saja menjadi sedikit terkejut ketika kepada Yesus diberitahukan bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya ada di luar dan berusaha menemui Dia (lihat Mrk 3:32), kemudian Yesus menanggapinya dengan mengatakan, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku? (Mrk 3:33). Pertanyaan Yesus yang tidak memerlukan jawaban ini memang sekilas terasa kasar, malah menyakitkan bagi telinga yang “super-sensi”. Namun kita harus melihatnya begini: Dalam situasi ini Yesus mengambil kesempatan untuk mengajar mereka suatu pelajaran penting. Sambil memandang orang-orang yang duduk di sekelilingnya, Yesus berkata, “Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapa saja yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan dan ibu-Ku” (Mrk 3:34-35).
Di sini Yesus samasekali tidak menyangkal hubungan kekeluargaannya dari sudut manusiawi, dan segala tugas-kewajiban-Nya dalam hal mencintai seiring dengan hubungan kekeluargaan tersebut, namun secara radikal Yesus menempatkan semua itu di bawah suatu ikatan kekelurgaan yang lebih tinggi, yaitu tali persaudaraan sebagai anak-anak Allah, Bapa kita semua. Kerajaan Allah yang berdiam dalam diri kita menuntut komitmen kita, yang terkadang harus melampaui dan berada di atas ikatan kekeluargaan kita secara manusiawi di dunia, kesukuan dan etnisitas, bahkan nasionalitas.
Memang harus kita akui bahwa hubungan darah itu membentuk ikatan yang erat. Bahkan seringkali hal tersebut dapat membuat seseorang bersedia melanggar perintah-perintah Allah, misalnya dengan berbohong besar agar tetap berada dekat dengan anggota keluarganya yang telah melakukan kesalahan, dan membelanya di hadapan (petugas) hukum.
Kadang-kadang keluarga-keluarga, para orangtua, mempunyai ikatan yang begitu erat dengan anak-anak mereka sehingga mereka tidak bersedia untuk merelakan anak-anak mereka bekerja melayani Kerajaan Allah (misalnya menanggapi panggilan untuk menjadi seorang imam). Mereka tidak menyadari bahwa ada ikatan kekeluargaan yang lebih kuat, lebih besar dan lebih agung, yaitu ikatan spiritual antara Kristus dan anak-anak mereka, antara anak-anak mereka dan orang-orang lain yang mendedikasikan hidup mereka bagi Kristus. Dan ikatan-ikatan seturut Kristus dalam bacaan Injil hari ini harus didahulukan dan dipandang lebih penting daripada hubungan kekeluargaan karena ikatan darah. Yang sedemikianlah sesungguhnya sifat keluarga Allah.
DOA: Bapa surgawi, Allah yang baik, sumber segala kebaikan, satu-satunya yang baik, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu: karena kasih-Mu, Engkau mengutus Yesus ke tengah dunia. Dia mati untuk menebus dosa-dosa kami, dan oleh karena penebusan-Nya lewat kematian dan kebangkitan-Nya, hubungan kami dengan Engkau pun diperdamaikan. Dengan demikian kami menjadi anak-anak-Mu, dan Yesus Kristus menjadi saudara kami. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (2Sam 6:12b-15,17-19), bacalah tulisan dengan judul “MEMULIAKAN ALLAH DENGAN SEGENAP DIRI KITA” (bacaan untuk tanggal 28-1-14), dalam situs/blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; 134-01 PERMENUNGAN ALKITABIAH JANUARI 2014.
Cilandak, 27 Januari 2014
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
No comments:
Post a Comment