ANGGARAN DASAR OFS DAN LATAR BELAKANG SEJARAHNYA
PENDAHULUAN
Pengajaran hari ini merupakan bagian tak terpisahkan dari pengajaran yang lalu perihal “Sejarah Ordo Fransiskan Sekular”. Perkembangan “Peraturan Hidup OFS sampai kepada AD OFS 1978” dibahas dalam pengajaran tentang “Sejarah Ordo Fransiskan Sekular (2) dan “Sejarah Ordo Fransiskan Sekular (3).
Kita sudah tahu, bahwa dalam sejarahnya yang panjang itu (sekitar 800 tahun), AD OFS hanya mengalami beberapa kali saja perubahan. Untuk menjaga kesinambungan dengan pengajaran tentang “Sejarah Ordo Fransiskan”, maka dalam sesi pertama ini kita akan menyoroti secara singkat perkembangan AD OFS dan sejarahnya, mulai pada akhir abad ke-19 sampai selesai disusunnya AD OFS 1978 yang berlaku sekarang. Tumpang tindih berbagai informasi memang dengan mudah dapat dirasakan, namun saya tidak dapat mencegahnya, mengingat bahwa tidak semua yang mengikuti pengajaran kali ini sudah mengikuti pengajaran sebelumnya tentang “Sejarah Ordo Fransiskan Sekular”.
PERKEMBANGAN ORDO III S. FRANSISKUS PADA ABAD KE-19
Paruhan pertama abad ke-19 masih menunjukkan adanya pengejaran di Eropa. Di Perancis, misalnya pada periode Napoleon (1804-1814), ordo-ordo termasuk Ordo III masih mengalami kesulitan. Namun perubahan ke arah yang baik terjadi pada akhir abad ke-19.
Ada sebuah fakta yang menggembirakan: Begitu selamat dan kembali dari pengejaran, para saudara dina (termasuk TOR tentunya) yang ditugaskan untuk ‘menangani’ persaudaraan Ordo III melakukan banyak kegiatan untuk menggiatkan/menghidupkan kembali persaudaraan Ordo III yang sempat ditinggalkan mereka karena pengejaran. Jelas kelihatan di sini bahwa para saudara dina menemukan kembali minat atas Ordo III. Ada dua faktor menentukan di belakang semua ini: (1) Ada hasrat di pihak kaum religius ini untuk membuat kontribusi pada rekonstruksi masyarakat Kristiani yang sudah berantakan (dan ini pada hakekatnya adalah tugas para Fransiskan sekular), dan (2) adanya dorongan kuat dari Paus Pius IX (1846-1878) yang adalah seorang anggota Ordo III Sekular Santo Fransiskus (BL, hal. 19).
Paus Pius IX menyerukan kepada para saudara dina: “Promosikan, promosikanlah Ordo III. Anda tidak dapat membayangkan jumlah kebaikan yang ditakdirkan untuk dihasilkan oleh mereka”. Paus Pius IX adalah yang pertama dari tujuh orang Paus berturut-turut yang adalah anggota Ordo III (Sekular) S. Fransiskus. Inilah mereka: Paus Leo XIII (1878-1903), Paus Pius X (1903-1914), Paus Benediktus XV (1914-1922), Paus Pius XI (1922-1939), Paus Pius XII (1939-1958), dan Paus Yohanes XXIII (1958-1963) (Lihat BL, hal. 19 dan MB, hal. 938).
Sejak saat itu, Takhta Suci memegang sebuah peranan yang hakiki dan profetis (kenabian) dalam penemuan kembali atas sifat, misi dan kharisma Ordo Fransiskan Sekular. Diketemukannya kuburan Santo Fransiskus pada tahun 1818 merupakan simbol, menurut Sdr. Benedetto Lino OFS, dari kedatangan kembali Santo Fransiskus (BL, hal. 19). Restorasi dan reorganisasi dalam berbagai keluarga Ordo I dan II setelah periode revolusi dan era Napoleon harus dilihat dengan latar belakang ini. Juga kebangkitan minat dalam aspek-aspek sosial dan budaya dari Fransiskanisme dengan sumbangan-sumbangan hakiki dari sejumlah ahli, antara lain Frederick Ozanam (pendiri Serikat Vincentius) dan Paul Sabatier (seorang Kristen Protestan).
Kebangkitan sesungguhnya adalah dengan diakuinya novitas dan kualitas-kualitas dari pengalaman Injili Fransiskus, dan signifikansi orang ini untuk zaman modern, serta terungkapkannya kebutuhan untuk memperbaharui, satu dan lainnya, semangat minoritas, persaudaraan, membuat perdamaian. Doa yang dirumuskan oleh Paus Pius IX pada tanggal 8 Maret 1857 di depan makam Santo Fransiskus mengungkapkan kebangunan/kebangkitan ini dengan baik. Dia mohon kepada sang Santo: “untuk melakukan syafaat/ pengantaraan bagi dunia zaman ini yang begitu pelupa akan hal-hal yang bersifat supernatural dan sudah tersesat dalam hal-hal materiil” ……… “Teladanmu telah berhasil memberikan inspirasi kepada orang-orang di waktu lampau, dan dengan menyarankan pemikiran-pemikiran yang mulia dan agung dalam diri mereka, telah menghasilkan suatu pembalikan, suatu pembaharuan dan suatu reformasi sejati” (BL, hal. 19).
Catatan singkat mengenai masa pontifikat Paus Leo XIII (1878-1903). [Catatan: Uraian dalam bagian ini diambil dari tulisan Sdr. Benedetto Lino OFS yang mengambil sepenuhnya dari G. Andreozzi TOR, BL, hal. 20]. Kardinal Gioacchino Pecci, Uskup Agung Perugia adalah seorang pendukung yang penuh keyakinan, penuh entusiasme dan kuat dari ide perlunya peranan Ordo III bagi masyarakat zamannya. Surat Pastoral Natal 1871 Uskup Agung ini merupakan himbauan penuh semangat kepada para pastornya untuk membentuk persaudaraan-persaudaraan Ordo Ketiga di mana-mana. Bapak Uskup Agung sendiri memberi contoh dengan masuk menjadi anggota persaudaraan Ordo III Sekular S. Fransiskus di Monteripido, Perugia. Pada tahun 1875 dalam ceramahnya di depan para peziarah di Assisi, dan pada tahun 1877, dalam sepucuk Surat Pastoral lainnya, Kardinal Pecci mengungkapkan keyakinannya bahwa hanya Ordo Ketigalah yang dapat menyelamatkan masyarakat yang menderita karena begitu banyak masalah pribadi dan sosial, dengan catatan apabila dihayati dengan semangat sejati.
Begitu menjadi Paus Leo XIII, dia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk memuji dan mempromosikan Ordo III Fransiskan. Bilamana berbicara dengan para Uskup, Sri Paus mengulang-ulangi agar para uskup bergabung dan mempunyai sebanyak mungkin umat untuk bergabung ke dalam Ordo III Fransiskan. Kesempatan terbaik di mana Sri Paus meninggikan Santo Fransiskus dan mengundang semua orang untuk mengikutinya adalah pada peringatan tujuh abad kelahiran Santo Fransiskus. Pada tanggal 17 September 1882 Paus Leo XIII menerbitkan Ensikliknya yang terkenal, Auspicato concessum. Tugas yang mau dipercayakan Sri Paus kepada Ordo III tidak ringan, yaitu menjadi batu fondasi dari perbaikan sosial Kristiani yang besar. Untuk mencapai hal ini, Ordo III harus lebih fleksibel (luwes), lebih aktif dan lebih berdisiplin, lebih tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan terkini. Atas dasar alasan inilah Sri Paus menerbitkan Anggaran Dasar baru dengan bulla Misericors Dei Filius pada tanggal 30 Mei 1883. Anggaran Dasar Nikolaus IV tidak dibatalkan dengan peraturan yang baru ini, hanya disederhanakan dan dipersingkat dengan memodifikasikan beberapa bab agar supaya lebih cocok dengan keadaan: to better adapt the old laws to the modern way of life.
AD Paus Nikolaus IV [1289] tidak dibatalkan oleh AD Paus Leo XIII [1883]. Misalnya rumusan profesi berbunyi sebagai berikut: “Saya berjanji untuk menepati Anggaran Dasar Ordo Ketiga, yang didirikan oleh Bapa Fransiskus sendiri, seturut bentuk yang ditentukan oleh Paus Nikolaus IV dan Paus Leo XIII”. Dua puluh tiga bab dalam AD Paus Nikolaus IV disederhanakan dalam AD Paus Leo XIII menjadi tiga bab saja, namun substansi dan semangat dari AD Paus Nikolaus IV tetap dipertahankan. Beberapa contoh saja:
Usia minimal untuk bergabung dengan Ordo Ketiga diturunkan menjadi 14 tahun.
Tidak dijelaskan secara lengkap mengenai ‘jubah’ yang harus dipakai; hanya skapulir dan tali ikat pinggang.
Dalam keadaan-keadaan tertentu perempuan yang telah menikah dapat diterima tanpa izin dari suami-suami mereka, apabila bapa pengakuan mereka membenarkannya.
Kesederhanaan dalam berpakaian tetap dipertahankan.
Pantang makan daging, yang menurut AD Paus Nikolaus IV berlaku untuk empat hari dalam satu minggu dikurangi menjadi pantang pada Jumat saja seperti umat Kristiani lainnya, dan direkomendasikan untuk hari Rabu.
Kewajiban untuk mengaku dosa dan menyambut komuni ditingkatkan dari tiga kali setahun menjadi sebulan sekali.
AD yang baru tidak lagi menyebut-nyebut larangan membawa senjata bagi para anggota, karena tidak mungkin diikuti oleh mereka yang tinggal di bawah pemerintahan militer pada waktu itu.
Dan lain-lain.
Dukungan Paus Leo XIII kepada Ordo Ketiga tidak pernah surut. Dukungan Paus Leo XIII kepada Ordo III memang tidak henti-hentinya. Itulah sebabnya dalam kesempatan ini saya mencoba menyoroti beliau dan berbagai sepak terjangnya dengan sedikit berpanjang-lebar.
Kepada para saudara Kapusin dalam audiensi tanggal 18 Desember 1884, Sri Paus mengatakan, bahwa beliau merasa yakin bahwa “kuasa untuk membuat regenerasi masyarakat Kristiani terletak di dalam tubuh Ordo Ketiga. Seseorang menjadi seorang anggota Ordo Ketiga, artinya dia menjadi seorang Kristiani sejati. Hal ini berarti satu jiwa diselamatkan (BL, hal. 21-22).
Pada tanggal 22 Desember 1885 Paus Leo XIII menerbitkan ensiklik Quod Auctoritate berkenan dengan Tahun Yubileum Luarbiasa tahun 1886. Dalam ensiklik ini Sri Paus memperbaharui undangannya kepada para uskup “untuk mempromosikan dan memperluas jangkauan Ordo Ketiga dari para saudara Fransiskan yang dikenal sebagai para sekular.”
Dalam audiensi tanggal 12 Maret 1886 Sri Paus mengulangi kepada para Provinsial Kapusin Lyon dan Toulouse seperti berikut: “Saya merasa yakin bahwa melalui Ordo Ketiga lah dan melalui penyebaran semangat Fransiskan lah kita akan menyelamatkan dunia”.
Sri Paus juga mengatakan kepada Mgr. Touzery, seorang Kanon dari Rodez, “Para Fransiskan Ordo Ketiga ini adalah anak-anakku tercinta … Saya ingin menyelamatkan Perancis dengan menggunakan Ordo Ketiga ini sebagai sarana.” Kemudian beliau mengatakan kepada para anggota Ordo Ketiga dari Tyrol, bahwa “Ordo Ketiga, seperti pada zaman Santo Fransiskus, sekarang harus melakukan regenerasi secara spiritual atas kemanusiaan”.
Pada tanggal 12 April 1893, tujuh tahun setelah promulgasi AD Ordo III, Sri Paus mengatakan kepada para anggota Ordo III yang sedang berziarah ke Roma, bahwa beliau telah berniat untuk “menghidupkan kembali” Ordo III. Beliau merasa bahagia bahwa “Allah sepenuhnya memberkati rencana-rencana-rencananya”, dan beliau juga mengutarakan harapannya bahwa Ordo III yang dikenal sebagai Ordo Pertobatan akan diperbaharui dalam laku tobat, dalam doa dan dalam (karya) kasih.
Leon Harmel dan peranannya. Di Perancis ada seorang anggota OFS yang luarbiasa, yang bernama Leon Harmel. Ia adalah seorang industrialis di Val-des-Bois yang termasuk Keuskupan Rhymes. Pada bulan Juli 1893, sebuah kongres studi atas kegiatan sosial Ordo Ketiga di selenggarakan di pabrik miliknya. Sri Paus mengirimkan sebuah pesan good will dan ucapan selamat memuji kemurahan hati Leon Harmel, pengabdiannya dan kelekatan/ketaatannya pada Takhta Suci. Pada tanggal 24 Maret 1894, Sri Paus menerimanya dalam suatu audiensi. Pada pertemuan itu Sri Paus menyatakan: “Ordo Ketiga Santo Fransiskus, yang direstruktur untuk kegiatan sosial, mampu menghasilkan buah indah di mana-mana dan teristimewa menyelamatkan Perancis”. Buah pertama dari kongres di Val-des-Bois adalah pembentukan para Komisar Provinsial untuk Ordo III, yang dipimpin oleh sebuah Komisar Nasional yang dipilih oleh Minister Jendral para Saudara Dina.
Leon Harmel ini memainkan suatu peran yang menentukan dalam penyelenggaran serangkaian kongres OFS yang berjasa dalam rangka penemuan kembali dan pendefinisian kembali sifat dan identitas OFS dan untuk persatuan Ordo III. Sri Paus memandang Leon Harmel sebagai seorang kolaborator sejati dalam rangka melaksanakan rencananya untuk kelahiran kembali OFS dan misi OFS sebagai konsekuensinya. Sri Paus mengungkapkan dirinya kepada Leon Harmel dengan kata-kata ini: “Kami sedang mengharapkan banyak dari Ordo Ketiga untuk reformasi masyarakat”.
Pada tanggal 22 Januari 1897, Pater Giulio de S. Cuore, Komisar Jendral Saudara Dina di Perancis dan Leon Harmel bertemu dengan Paus Leo XIII dalam suatu audiensi istimewa. Pada tahun yang sama, Sri Paus menerbitkan Ensiklik Felicitate quadam yang ditujukan kepada Ordo Fransiskan, di mana beliau tidak lupa mengulangi keinginannya yang teguh, bahwa “Ordo Ketiga akan bertumbuh-kembang dengan janji akan buah berharga, tidak hanya di tempat-tempat tertentu, melainkan juga di seluruh dunia”.
Pada tanggal 22 Februari 1899 Leon Harmel di terima oleh Sri Paus dalam suatu audiensi pribadi. Pada kesempatan itu Leon Harmel memberitahu Bapa Suci perihal sejumlah kongregasi Ordo III telah mempromosikan organisasi-organisasi yang bertujuan mempromosikan pendidikan dan kesejahteraan para pekerja. Dalam audiensi tanggal 22 September 1899 Leon Harmel bertemu lagi dengan Sri Paus. Kali ini dia datang sebagai direktur suatu perjalanan ziarah para pekerja Perancis ke Roma dan juga sebagai Ketua (Presiden) dari komite tetap untuk kongres-kongres dan ziarah-ziarah Fransiskan. Pada kesempatan itu Sri Paus mengungkapkan niatnya agar para anggota Ordo III Perancis dapat menjadi sebuah contoh bagi mereka yang diam di Italia.
Dengan dukungan positif Sri Paus Ordo III berkembang dengan baik. Dalam beberapa kongres yang diselenggarakan selama masa pontifikatnya, beliau secara konsisten memberi tanggapan dan dorongan positif bagi perkembangan Ordo III Santo Fransiskus. Dalam kongres-kongres itu juga dibahas spiritualitas Ordo III, disiplinnya dan organisasinya. Yang paling penting dari kongres-kongres itu adalah Kongres Internasional di Roma (22-26 Oktober 1900), Tahun Yubileum khusus menyambut abad yang baru. Kongres internasional itu dipromosikan oleh para Minister Jenderal empat keluarga Fransiskan (OFM, OFMConv., OFMCap. dan TOR). Pada peristiwa itu, 17.000 anggota Ordo III tercatat hadir. Sebelum kongres itu, Sri Paus yang pada waktu itu sudah berumur 90 tahun, memberi pengarahan dalam suatu pertemuan singkat tanggal 21 September. Pada kesempatan itu beliau mengutarakan lagi harapan-harapannya untuk reformasi Ordo III dan menyatakan bahwa Kongres tersebut “merupakan bukti bahwa harapan-harapan dan keprihatinan-keprihatinannya tidaklah sia-sia”. Sri Paus mengirimkan sepucuk surat singkat tertanggal 4 November kepada para anggota Ordo III yang menghadiri kongres, dalam surat mana beliau mengungkapkan kesenangan hatinya melihat “kebersatuan jiwa-jiwa” para anggota Ordo III dan beliau mengingatkan kembali bahwa kesatuan hukum memberikan kesatuan kepada tubuh dan oleh kepatuhannya datanglah kekuatan tubuh dan keefektifan tindakan”.
Pada tanggal 7 September 1901 Sri Paus, atas permintaan para Minister Jenderal Ordo Fransiskan, menulis sepucuk surat final kepada Ordo III di dalam surat mana beliau mengulangi harapannya bahwa Ordo III “akan berkembang mekar sekali lagi, baik dalam jumlah anggotanya maupun juga dalam devosi para anggotanya”. Sri Paus juga membuat garis besar berkaitan dengan apa yang diharapkannya: “Ordo III mengundang para anggotanya untuk bersikap dan berperilaku adil, penuh pengabdian dan penuh ketulusan dan mengajar kejujuran dan kesucian hidup dalam lingkaran keluarga”. Setelah 25 tahun lamanya sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik, Paus Leo XIII yang agung meninggal. Ia adalah Paus reformasi sosial, yang bertindak-tanduk berdasarkan bimbingan Roh Kudus, ajaran dan cita-cita Santo Fransiskus dari Assisi.
Pada zaman Paus Leo XIII ini ada seorang anggota Ordo III terkenal bernama Giulio Salvadori (1862-1928). Ia adalah contoh dari seorang Fransiskan sekular. Pada Kongres di Novara dia menunjukkan validitas dan pentingnya pernyataan berikut ini: “Ordo Ketiga Fransiskan dapat dan harus membantu menyelesaikan kekusutan masalah sosial, seperti yang dilakukannya di masa-masa lampau; namun di samping keberadaannya sebagai institut yang memusatkan diri pada doa seperti sampai sekarang Ordo Ketiga itu dipandang oleh orang-orang, Ordo Ketiga harus dikenal sebagai sebuah institut aktif dan bersifat sosial”. Beliau lalu menambahkan, bahwa tujuan dari AD yang baru (Paus Leo XIII) adalah bukannya membentuk seorang fanatik atau teolog, melainkan orang-orang tulus-jujur yang dijiwai oleh roh kebenaran dan kasih”.
Abad ke-19 bukan hanya merupakan abad pembaharuan dan dorongan sosial untuk Ordo III sekular Santo Fransiskus, melainkan juga pembaharuan spiritual, hal mana dibuktikan dengan banyak testimoni kekudusan para anggotanya. Pada masa itu hiduplah beberapa imam praja suci anggota Ordo III Sekular Santo Fransiskus: Santo Yosef Benediktus Cottolengo (1786-1842); Santo Yosef Cafasso (1811-1860) dan Santo Yohanes Bosco (1815-1888). Pada tahun 1854 Santo Yohanes Bosco mendirikan Ordo Salesian (SDB). Ada juga seorang perempuan, yaitu Santa Maria Magdalena Postel (1756-1846), seorang pendiri kongregasi suster Fransiskanes, tetapi kemudian berganti nama menjadi Kongregasi Para Suster Misericordia. Daftar para kudus Ordo III dari abad ke-19 juga ikut dihiasi juga oleh sebelas martir perang Boxer di Tiongkok, John Tchang dkk. (+1900). Di Italia ada Beato Contardo Ferrini (1859-1902) yang patut menjadi teladan hidup suci bagi kita semua.
PERKEMBANGAN OFS DI ABAD KE-20
Paus Pius X [1903-1914]. Kardinal Giuseppe Sarto [1835-1914) dipilih untuk menggantikan Paus Leo XIII yang baru meninggal dunia. Dia memakai nama Pius X. Karena keutamaan-keutamaan menonjol dalam hal devosi, kemiskinan, kesederhanaan hidup dan tindak-tanduknya sehari-hari sekali pun sudah menjadi seorang pimpinan tertinggi Gereja, maka dia dikanonisasikan sebagai orang kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1954. Seperti dicatat pada awal tulisan ini, Paus Pius X adalah seorang Fransiskan sekular.
Pada masa pontifikat Paus Pius X ini sejarah OFS ditandai oleh dua peristiwa penting yang membawa dampak atas kehidupan para Fransiskan sekular, bahkan hari ini juga. Yang pertama adalah rencana untuk membentuk sebuah federasi dari berbagai persaudaraan. Hal ini akan dijelaskan dalam kelas.
Yang kedua adalah surat Paus Pius X tanggal 8 September 1912, yang ditujukan kepada para Minister Jenderal Ordo Pertama dengan judul Tertium Franciscalium Ordinem. Surat ini membawa efek mendalam atas kehidupan Ordo III Santo Fransiskus dan mengkondisikan keberadaannya sampai pertengahan abad ke-20. Surat ini pertama-tama berisikan ungkapan rasa senang akan penyebaran dan pemekaran dari Ordo III yang terjadi, “yang tidak hanya karena jumlah keanggotaannya melainkan juga karena karya-karya mereka”. Surat itu mengingatkan akan apa yang dikatakan oleh Paus Leo XIII berkaitan dengan pembentukan dan tujuannya. Surat ini meneguhkan kembali bahwa ada dua hal spesifik yang menyangkut para Fransiskan sekular, yaitu keharmonisan persaudaraan dan kecintaan akan pertobatan. Surat itu menekankan validitas dari prinsip persatuan para anggota Ordo III Fransiskan. Dalam surat itu diindikasikan beberapa penerapan yang sudah diperbaharui (updated applications) dari pokok-pokok fundamental AD 1289 dan AD 1883. Yang kedua, surat ini dengan jelas menyatakan bahwa untuk beberapa waktu lamanya Sri Paus merasakan kekhawatiran tertentu perihal kemungkinan munculnya ide-ide yang kurang bijaksana dalam tubuh Ordo III dalam rangka bekerja sama memperbaiki masyarakat. Sri Paus mengindikasikan dua metode guna mencegah kesulitan-kesulitan yang akan terjadi, yaitu (1) “peneguhan kembali bahwa pengaturan (dalam arti governance) Ordo III secara spesifik diberikan kepada para religius Ordo I, yang adalah ‘para guru dan pemimpin’ para Fransiskan sekular” dan (2) karena tujuan yang hendak mereka capai adalah melaksanakan kesempurnaan Injili, maka dilaranglah tanpa kekecualian bagi para anggota Ordo III untuk terlibat dalam masalah-masalah sipil atau pun yang murni ekonomi. Akan tetapi, para anggota Ordo III diperbolehkan untuk menjadi anggota-anggota berbagai asosiasi Katolik yang berkomitmen pada tindakan sosial dan juga berkontribusi untuk pencapaian tujuan-tujuan berbagai asosiasi tersebut. Surat itu diakhiri dengan regulasi secara spesifik untuk perkembangan kongres-kongres Ordo III selanjutnya sambil menambahkan bahwa mereka menjauhi segala pertanyaan yang menyangkut bidang ekonomi dan sosial.
Surat Sri Paus ini janganlah dinilai secara cetek, dengan mengatakan bahwa di situ dikemukakan dua konsep berbeda tentang persaudaraan-persaudaraan sekular, yaitu (1) Persaudaraan yang menekankan aspek formatif dan spiritual; dan (2) Persaudaraan yang mencoba untuk memasukkan dalam panggilan Fransiskan sekular suatu komitmen di bidang duniawi. Kemudian disimpulkan bahwa Sri Paus lewat suratnya ini membenarkan konsep yang pertama dan memandang konsep yang kedua membahayakan, kalau tidak dikatakan salah/keliru.
Kita harus memandang “intervensi serius” dari Sri Paus ini dengan menempatkannya dalam suatu konteks yang lebih luas. Pertumbuhan luarbiasa dari Ordo III secara kuantitatif sesuai dengan undangan/himbauan dari Paus Leo XIII, tidak selalu diiringi dengan formasi yang memadai dan ide Paus Leo XIII tentang reformasi tidak dipahami secara benar dan lengkap. Surat Paus Pius X ini juga harus dipahami dalam terang perlawanannya terhadap perkembangan modernisme[1] pada masa pontifikatnya. Perkembangan modernisme ini menyebabkan timbulnya suasana penuh kecurigaan (yang terasa berlebihan), bahkan tanpa kecuali menjadikan seorang Kardinal Ferrari, Uskup Agung Milano sebagai korban. Belakangan Kardinal Ferrari ini diangkat menjadi beato.
Surat Tertium Franciscalium Ordinem adalah bagian dari konteks yang lebih luas ini dan di situlah kita memperoleh validasinya. Dikatakanlah, bahwa dalam tahun-tahun itu “mimpi” untuk membuat Ordo III suatu gerakan besar spiritual dan pembaharuan sosial telah gagal, dan dilain pihak Ordo III sendiri memang belum/tidak siap dalam memberikan tanggapan terhadap rencana-rencana Paus Leo XIII atas Ordo III. Pada kenyataannya, kapasitas persaudaraan-persaudaraan Fransiskan sekular untuk menampilkan diri sebagai pengungkapan Fransiskan yang sekular, yang terlibat dalam kehidupan sosial dengan kontribusi-kontribusi yang tidak hanya bersifat karitatif, secara drastis dibatasi oleh intervensi Paus Pius X ini (BL, hal. 27).
Tidak ada lagi kenyataan hampir berlimpahnya jumlah persaudaraan yang akan melibatkan diri secara aktif dalam diskusi-diskusi masalah-masalah sosial, namun tidak mengalami suatu formasi Fransiskan yang bertingkat tinggi. Aturan-aturan yang dibuat oleh Sri Paus dilaksanakan dengan ketat, namun hal ini membuat para Fransiskan semakin menjadi semacam proyeksi-proyeksi dari para religius di dalam dunia dengan risiko semakin menjadi sekadar pendoa dan pelaku devosi.
Paus Benediktus XV [1914-1922]. Perayaan 7 (tujuh) abad Ordo III Santo Fransiskus dilaksanakan pada masa pontifikat Paus Benediktus XV yang juga adalah adalah seorang Fransiskan sekular. Perayaan ini mencapai puncaknya dalam:
Penerbitan Ensiklik Sacra propediem (6 Januari 1921), satu-satunya ensiklik yang seluruhnya didedikasikan kepada Ordo III Santo Fransiskus (sekular) oleh seorang Paus dalam sejarah modern.
Perayaan Kongres Internasional ke-2 yang diselenggarakan di Roma tanggal 15-18 September 1921.
Ensiklik ini memuat sebuah ikhtisar yang diperbaharui dari segala pengajaran berkenan Ordo III, aspek-aspek historis (dengan acuan khusus kepada AD Paus Nikolaus IV dan AD Paus Leo XIII), dan prospek-prospeknya. Sehubungan dengan ini semua, ensiklik ini mengungkapkan pengharapan bahwa Ordo III Santo Fransiskus akan menyebar ke setiap kota, luar kota dan kampung/desa, bahwa keanggotaan orang-orang muda, perempuan dan para pekerja akan meningkat, walaupun mereka sudah menjadi anggota berbagai asosiasi Katolik, karena “Ordo ini mengusulkan … untuk membimbing para anggotanya kepada kesempurnaan Kristiani, apa pun keterlibatan mereka dalam dunia, karena tidak ada satu pun status kehidupan yang dapat dibandingkan dengan kesucian”.
Yang mengemuka dalam konteks Ensiklik ini adalah definisi Ordo III Santo Fransiskus sebagai sebuah Ordo yang benar (Ordo veri nominis) dan pernyataan ini seringkali dipetik dalam literatur selanjutnya menyangkut Ordo III sekular ini.
Berikut ini adalah topik-topik yang dibahas dalam Kongres Internasional tahun 1921:
Pengudusan para Fransiskan sekular
Bagaimana menjalankan persaudaraan
Reformasi masyarakat secara Fransiskan
Promosi dan kerasulan
Para pembicara awam dipilih dan agenda disediakan untuk diskusi dan voting dalam kelompok-kelompok menurut bahasa. Pater Gemelli menutup kongres dan sebuah pesan dikirimkan kepada dunia dari Basilica Aracoeli di Roma. Pesan itu ditujukan kepada semua orang, “saudara-saudara, dekat dan jauh, yang berbicara dalam segala bahasa, dari setiap partai politik yang jujur, pekerja kantoran atau buruh pabrik, yang dalam martabat pekerjaan mereka sehari-hari menguduskan roti harian mereka”, menyerukan kepada mereka untuk memperbaharui “sapaan manis dari Santo Fransiskus: pax et bonum”.
Larangan mutlak untuk terlibat dalam masalah-masalah politik (ingat peraturan Paus Pius X), federasi antar-ketaatan, dan hal-hal lain yang tidak secara langsung menyangkut dengan tujuan Ordo III, dan larangan untuk mengemukakan pendapat dalam sidang pleno, namun kongres irtu dinamis dalam isi laporan-laporannya, dan di atas segalanya dalam intervensi-intervensi yang mencoba menguji kesabaran ketua rapat yang berupaya untuk mencegah kongres menyeleweng keluar rel yang telah ditetapkan.
Dari pengalaman terlibat dengan orang muda di Milano, Pater Gemelli berkata: “Hanya apabila para Fransiskan sekular memperlebar ruang untuk perkembangan mereka, maka kita dapat berharap untuk tidak mengulang apa yang begitu sering dikatakan tentang mereka, atau paling sedikit dipikirkan tentang mereka: yaitu, bahwa ordo III hanyalah sekumpulan orang-orang yang berkumpul dengan tujuan satu-satunya agar memperoleh sejumlah indulgensi”.
Paus Pius XI [1922-1939]. Perayaan tujuh abad kematian Santo Fransiskus diselenggarakan pada masa pontifikat Paus Pius XI [1857-1939]. Sri Paus suka menamakan dirinya “seorang anggota Ordo III yang tua”. Memang dia masuk menjadi anggota Ordo III ketika masih muda usia, yaitu pada bulan September tahun 1874.
Pada tanggal 30 April 1926, Sri Paus menerbitkan Ensiklik Rite expiatis untuk mengingatkan dunia Katolik akan meninggal dunianya Santo Fransiskus. Dalam ensiklik itu Sri Paus mendedikasikan banyak ruang untuk Ordo III.
Kembali di sini Benedetto Lino OFS mengingatkan bahwa apa yang ditulis oleh Paus Pius XI dalam ensikliknya haruslah dipahami dalam konteks yang lebih luas, termasuk juga inisiatif Sri Paus dalam mendukung Aksi Katolik.[2] Sri Paus merumuskan apa yang sekarang dikenal sebagai definisi klasi dari Aksi Katolik sebagai “partisipasi umat awam dalam kegiatan kerasulan hierarkhi Gereja”. Beliau membela gerakan ini pada masa-masa sulit dan meneguhkan keputusan Paus Benediktus XV yang menunjuk Santo Fransiskus sebagai pelindung gerakan ini. Memberikan kaum awam status gerejawi yang sejalan dengan martabat baptisan semua orang percaya dan kebutuhan akan kehadiran yang aktif dan efektif, kehidupan masyarakat seringkali merupakan sebuah perjalanan yang sulit dan kompleks. Dalam hal inilah Paus Pius X memainkan peran yang sangat penting. Dari sinilah diambil langkah-langkah pertama dalam Teologi Awam dan lahirlah suatu pendekatan yang baru dan lebih terjamin terhadap kegiatan dan struktur berbagai asosiasi awam.
Paus Pius XI, dalam beberapa kesempatan audiensi yang diberikan kepada berbagai kelompok Ordo III Fransiskan sekular menyebutkan apa yang menjadikan “profesi kehidupan seorang anggota Ordo III Fransiskan yang baik”: “bukannya kekerasan janji-janji, atau hidup bersama, atau kehidupan religius sesuai dengan peraturan tertulis, maleinkan sesuai dengan roh. Itu adalah roh kehidupan dan kesempurnaan yang dihayati dalam keluarga, dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan biasa dalam dunia.” Kemudian beliau mengemukakan perlunya membuat kualifikasi panggilan para Fransiskan sekular, dan mengatakan: “Kalau mereka harus menjadi umat Kristiani yang setia seperti orang-orang lain, maka tidak perlulah bagi mereka untuk menjadi anggota Ordo III … seorang anggota Ordo III Fransiskan memerlukan sebuah julukan/nama yang istimewa … yang tidak dapat dirampas – dan hal itu akan dirampas kalau tidak menunjukkan sesuatu yang istimewa.”
Paus Pius XII [1939-1958]. Setelah kematian Paus Pius XI pada tahun 1939, dipilihlah Eugenio Maria Giuseppe Giovanni Pacelli yang memilih nama Pius XII. Beliau adalah anggota Ordo III Fransiskan sejak masa awal hidupnya sebagai seorang imam praja. Pada akhir Tahun Suci 1950 (17-20 Desember) di kota Roma diselenggarakanlah Kongres Internasional bagi para pemimpin Ordo III Fransiskan. Kongregasi itu dihadiri oleh 2.000 peserta yang terdiri dari para religius dari 15 negara dan 7 area bahasa. Kongres itu menampilkan diri sebagai sebuah peristiwa antar-ketaatan (interobediential event).
Sejak 5 September 1946 Dewan Antar-ketaatan Internasional telah berfungsi, meskipun hanya secara eksperimental. Dewan tersebut dibentuk oleh para Minister Jendral dari Ordo I dan TOR dan terdiri dari empat orang religius yang bertindak sebagai Komisaris Jendral bagi Ordo III Fransiskan yang sekular.
Ini adalah embryo antar-ketaatan yang lahir dari atas, yang pada kenyataannya menggiring kepada kebersatuan. Topik yang dipilih untuk kongres itu adalah kegiatan kerasulan yang dinilai paling tepat-pantas kalau dilihat dari sudut kebutuhan pada waktu itu. Laporan-laporan hasil kongres itu memberikan suatu gambaran tentang sifat dan kegiatan-kegiatan persaudaraan-persaudaraan sekular dalam abad yang baru.
Para pembicara dalam kongres itu terdiri dari pembicara-pembicara yang berkualitas: Giuseppe Dosseti, Giorgia La Pira, sejarawan Chiminelli, Yosef Folliet, Yakobus Schwanzerbach. Mereka menjaga agar diskusi-diskusi menjadi tetap bermutu juga. Kongres itu melakukan refleksi bagaimana, tanpa mengubah sifat lembaga, harus dicarilah cara-cara praktis untuk menghayati kharisma Fransiskan sekular, memelihara hubungan dengan asosiasi-asosiasi awam lainnua, mengkoordinasikan upaya-upaya dan kerja Ordo III sejalan dengan orientasi-orientasi yang akan mencirikan OFS di paruhan kedua abad ke-20.
Berikut ini adalah catatan yang diberikan oleh Sdr. Folliet dari Perancis tentang seorang anggota Ordo III modern, catatan mana diambil dari notulen kongres tersebut: “Apakah sebagai seorang anggota parlemen atau anggota serikat buruh, atau seorang pribadi yang mendedikasikan dirinya kepada kerja riset ilmiah, kerja spekulasi dalam filsafat, pelayanan sosial, suatu kehidupan keluarga, pada puncak atau bagian bawah dalam skala sosial, yang berbicara di depan publik atau hanya pengamat yang tidak banyak berbicara, yang memilih kerja kerasulan atau kegiatan politik, dia akan memanifestasikan dirinya dengan visi orijinal yang sedemikian, dengan gaya sederhana, miskin namun penuh sukacita, dengan lepas secara penuh dari harta kekayaan, termasuk kehendaknya sendiri dan cinta-diri ……” (BL, hal. 30).
Resolusi penutup dari kongres sangat menonjol. Bunyinya: “Di samping Dewan-dewan lokal, maka dewan-dewan regional, provinsial, nasional dan internasional harus dibentuk secepat mungkin”. Sebelum kongres diedarkanlah ‘questionnaire’, satu tanggapan terhadap kuesioner itu adalah permintaan untuk menyusun Konstitusi-konstitusi sebagai komentar/tafsir dan penerapan AD Leo XIII. Banyak alasan yang diberikan guna mendukung permintaan ini: “begitu singkatnya AD Leo XIII, kebutuhan untuk memutakhirkannya sejalan dengan Kitab Hukum Kanon, kaitannya dengan Aksi Katolik, evolusi Ordo III itu sendiri, kesatuan dalam arahan dari seluruh Ordo Fransiskan bagi Ordo III.
Konstitusi Umum 1957. “Konstitusi Umum” dikerjakan antara tahun 1952 dan 1957. Sementara itu pada tanggal 1 Juli 1956, Paus Pius XII memberikan sebuah pidato pengarahan kepada para anggota Ordo III Italia. Isi pidato pengarahan tersebut memang berkaitan dengan ajaran-ajaran sebelumnya, namun mengatasi semua itu dalam hal identifikasi alasan-alasan yang telah membawa Ordo III sampai ke “tahapan stagnasi organik” atau “suam-suam kuku spiritual”; juga dalam hal indikasi yang jelas akan suatu program pembaharuan yang akan dirancang, dalam term-term teologi yang jelas, lompatan kualitas yang harus dibuat oleh persaudaraan sekular agar menjadi “sebuah sekolah kesempurnaan Kristiani, dengan semangat yang sungguh Fransiskan, tindakan bersemangat dan cepat dalam membangun Tubuh Kristus. Baik pidato pengarahan Paus Pius XII maupun bahan-bahan yang dikumpulkan dalam kongres internasional digunakan untuk menyusun Konstitusi-konstitusi yang disetujui secara resmi pada tanggal 25 Agustus 1957.
Konstitusi Umum tahun 1957 ini adalah salah satu dokumen yang berisikan teks-teks yang paling ekstensif dan lengkap perihal legislasi Ordo III Fransiskan. Konstitusi ini mengumpulkan, mensistematisir dan menjelaskan apa saja yang sebelumnya telah dikerjakan sehubungan dengan Ordo III,
dari definisi sifat dan tujuannya sampai kepada governance-nya, yang terbagi antara “eksternal” (milik Ordo I dan TOR) dan “internal” (milik Ordo III sendiri);
dari sebuah rencana kehidupan (a plan of life) yang dalam secara spiritual, lengkap dan spesifik, sampai norma-norma pendisiplinan.
Artikel 121 memberikan kemungkinan membentuk Dewan-dewan pada tingkat yang lebih tinggi daripada Dewan-dewan lokal dan kelayakan untuk memperluasnya sampai kepada tingkat antar-ketaatan, juga mempertimbangkan kemungkinan mempunyai jabatan-jabatan seperti ketua-ketua nasional (national presidents) dan seorang “ketua umum” (a general president). Berdasarkan artikel 121 ini dimungkinkanlah untuk mengawali proses untuk menyatukan dan menstruktur Ordo III Fransiskan pada tingkat internasional, bahkan sebelum diterbitkannya AD OFS 1978. Lagipula banyak revisi dan pengkonsepan baru dari statuta-statuta berkenan dengan pendampingan rohani dan struktur organisasi masing-masing negara, diturunkan dari Konstitusi Umum 1957 ini.
Paus Yohanes XXIII [1958-1963], Paus Paulus VI [1963-1978] dan Konsili Vatikan II [1962-1965]. Konstitusi Umum 1957 Paus Pius XII ini mempersiapkan Ordo III Fransiskan terhadap perubahan-perubahan yang berkaitan dengan Konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Paus Yohanes XXIII.
Konsili Vatikan II merupakan sebuah kejutan yang bermanfaat sehubungan dengan cara Gereja memandang dirinya sendiri. Suatu eklesiologi baru digambarkan kembali, yang pada hakekatnya sama dengan eklesiologi Fransiskus, yaitu eklesiologi persekutuan (communio) komprehensif berdasarkan keberadaan rahmat Baptisan. Dibutuhkan 700 tahun untuk benar-benar kembali kepada Santo Fransiskus, yang sebenarnya tidak melakukan apa-apa selain kembali kepada Injil dan kepada Kristus dan para rasul-Nya dan kepada Gereja Apostolik, seperti yang dilakukan oleh Konsili Vatikan II.
Konsili Vatikan II meluncurkan sebuah teologi baru tentang kaum awam[3] dan akhirnya apa yang digumuli oleh para Fransiskan sekular selama 60-70 tahun mulai berbuah, semua karena pencerahan dan visi profetis (kenabian) dari beberapa Paus (yang adalah para Fransiskan sekular): Paus Pius IX, Leo XIII, Pius X, Benediktus XV, Pius XI, Pius XII dan Yohanes XXIII. Demikian pula para Minister Jendral dari Ordo I dan TOR dan sejumlah Komisaris Jendral, yang sangat menghargai sejarah dan memiliki kasih bagi Keluarga Fransiskan.
Paus Paulus VI dan AD OFS 1978 Seraphicus Patriarcha. Akhirnya Paus Paulus VI, yang bukan seorang anggota Ordo III Santo Fransiskus, mengesahkan AD OFS yang sekarang kita pakai. Ajaran-ajaran Paus Paulus VI ini tidak kalah bermanfaatnya apabila dibandingkan dengan ajaran-ajaran para pendahulunya. OFS berhutang banyak kepada beliau. Beliaulah yang menutup Konsili Vatikan II dan memimpin Gereja dalam masa-masa awal pasca Konsili Vatikan II yang betul-betul sulit. Beliaulah Paus pertama yang berbicara secara eksplisit tentang persatuan Ordo III Fransiskan yang sekular.
Proses updating AD Paus Leo XIII tahun 1883 di mulai secara resmi pada bulan November 1965. Jalannya proses ini sampai AD OFS 1978 menjadi kenyataan sudah dibahas dengan cukup rinci dalam pelajaran SEJARAH ORDO FRANSISKAN SEKULAR, sesi 3.
Demikianlah latar belakang sejarah yang perlu untuk diketahui sehubungan dengan diberlakukannya AD OFS baru yang disahkan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 24 Juni 1978.
Disusun oleh: Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
KEPUSTAKAAN
Lazaro Aspurz OFMCap. (Translated from the Spanish by Patricia Ross), FRANCISCAN HISTORY: THE THREE ORDERS OF ST. FRANCIS OF ASSISI (asli: HISTORIA FRANCISCANA), Chicago, Illinois: Franciscan Herald Press, 1983. [LIA]
Santo Bonaventura (terjemahan Pater Y. Wahyosudibyo OFM), Jakarta: Sekafi, Januari 1990. [LegMaj]
Matthew Bunson, OUR SUNDAY VISITOR’S ENCYCLOPEDIA OF CATHOLIC HISTORY, Huntington, Indiana: Our Sunday Visitor, Inc., 1995. [MB]
Thomas dari Celano (terjemahan Pater J. Wahjasudibja OFM), ST. FRANSISKUS DARI ASISI, Jakarta: Sekafi, Oktober 1981. [1Cel dan 2Cel]
FIORETTI DAN LIMA RENUNGAN TENTANG STIGMATA SUCI [Saduran bebas dari buku THE LITTLE FLOWERS OF SAINT FRANCIS WITH FIVE CONSIDERATIONS ON THE SACRED STIGMATA by Leo Sherley-Price] Jakarta: Sekafi, 1997 (Cetakan Pertama). [Fioretti]
Vincenzo Frezza OFMCap. (Translated from the Italian L’Evangelica Forma di Vita by Diego Sequeira OFMCap.), THE GOSPEL WAY OF LIFE, Manila, Philippines: Secular Franciscan Order of the Philippines, 1991. [VF]
Marion A. Habig OFM (Editor), ST. FRANCIS OF ASSISI – WRITINGS AND EARLY BIOGRAPHIES – English Omnibus of the Sources for the Life of St. Francis, Quincy, Illinois: Franciscan Press – Quincy College, 1991 (4th Revised Edition). [OMNIBUS]
Vicente Kunrath OFM, SEJARAH OFS, disusun dalam rangka pembinaan para anggota OFS Persaudaraan Santo Ludovikus IX, Jakarta, Yogyakarta: 13 September 1997. [7 halaman]. [VK]
Leo Laba Ladjar OFM (Penerjemah, pemberi Pengantar dan Catatan), KARYA-KARYA FRANSISKUS, Jakarta: Sekafi, 2001 (Cetakan pertama setelah pembaruan tahun 2001).
Benedetto Lino OFS, THE HISTORY OF THE SECULAR FRANCISCAN ORDER AND OF ITS RULE dalam FORMATION MANUAL FOR FORMATORS FOR INITIAL FORMATION, CIOFS PRESIDENCY, 2008. [BL]
Raffaele Pazzelli TOR (Translated from the Italian by the author), ST. FRANCIS AND THE THIRD ORDER – THE FRANCISCAN AND PRE-FRANCISCAN PENITENTIAL MOVEMENT (asli: SAN FRANCESCO E IL TERZ’ORDINE: IL MOVIMENTO PENITENZIALE), Chicago, Illinois: Franciscan Herald Press, 1989. [RP]
Robert M. Stewart OFM, “DE ILLIS QUI FACIUNT PENITENTIAM” – THE RULE OF THE SECULAR FRANCISCAN ORDER: ORIGINS, DEVELOPMENT, INTERPRETATION, Roma, Italia: INTITUTO STORICO DEI CAPPUCCINI, 1991. [RS]
DEUS MEUS ET OMNIA
[1] Modernisme adalah gerakan yang berkembang di dalam Gereja pada akhir abad ke-19. Gerakan ini berupaya untuk merekonsiliasikan ajaran-ajaran Gereja dengan kemajuan-kemajuan modern dalam sains, riset historis dan biblis, serta trend filsafat dengan mengubah doktrin Katolik melalui inovasi dan penafsiran kembali. Karena banyak kesalahan yang dibuat oleh banyak para penganutnya, maka gerakan ini oleh Paus Pius X disebut sebagai “sintese dari segala bid’ah”. Modernisme sebenarnya lahir dalam suasana kebangkitan kembali pembelajaran yang didukung oleh Paus Leo XIII, di mana beliau mendorong studi dalam bidang sains, proses-proses sosio-politik dan filsafat. Untuk keterangan selanjutnya dapat dibaca dalam Our Sunday Visitor’s ENCYCLOPEDIA ON CATHOLIC HISTORY [MB, hal.563-564].
[2] “Aksi Katolik” adalah (gerakan) kerasulan awam yang diorganisir di bawah kepemimpinan dan mandatg hierarkhi Gereja dan yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keagamaan di bawah bimbingan Gereja. Paus Pius XI mendefinisikan Aksi Katolik sebagai “partisipasi umat awam dalam kegiatan kerasulan hierarkhi”, yang berarti kerja sama atau tindakan umat awam dalam arti sosial, di bawah kontrol seorang uskup pada tingkat lokal atau Takhta Suci pada tingkat internasional, untuk mempromosikan atau mencapai suatu hasil spiritual atau kultural, khususnya penyelamatan jiwa-jiwa pengudusan masyarakat luas. Paus Pius XI memberikan organisasi dan pengarahan yang dibutuhkan kepada Aksi Katolik. Pada tanggal 23 Desember 1922 Sri Paus menerbitkan Ensiklik Ubi Arcano, yang memberikan dorongan kepada pembentukan berbagai organisasi kaum awam yang dapat berfungsi dalam kerjasama yang erat di bawah otoritas para klerus. Untuk keterangan selanjutnya dapat dilihat pada Matthew Bunson, Our Sunday Visitor’s ENSYCLOPEDIA OF CATHOLIC HISTORY [MB, hal.179-180].
[3] Bacalah misalnya ‘Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja’, teristimewa Bab II tentang Umat Allah, Bab IV tentang para awam dan Bab V tentang Panggilan Umum untuk Kesucian dalam Gereja. Pelajarilah juga dan kuasailah keseluruhan isi ‘Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan Awam.
No comments:
Post a Comment