DIRIKU ADALAH YANG TERAKHIR !!! - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, March 15, 2018

DIRIKU ADALAH YANG TERAKHIR !!!

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Prapaskah – Kamis, 15 Maret 2018)
Berfirmanlah TUHAN (YHWH) kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” Lagi Firman YHWH kepada Musa: “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murkaku bangkit terhadap mreka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” Lalu Musa mencoba melunakkan hati YHWH, Allahnya, dengan berkata: “Mengapakah, YHWH, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari muka bumi? Berbaliklah dari murka-Mu yang bernyala-nyala itu dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan kepada umat-Mu. Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimiliki-Nya untuk selama-lamanya.” Dan menyesallah YHWH karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya. (Kel 32:7-14)

Mazmur Tanggapan:  Mzm 106:19-23; Bacaan Injil: Yoh 5:31-47

Sekali peristiwa ada seorang bintang olahraga terkenal yang menaruh di atas meja kerjanya sebuah plakat dengan tulisan “I am third”, artinya saya yang ketiga. “Apakah maksudnya?”, orang-orang bertanya kepada sang bintang. “Sangat sederhana”, sahutnya: “Allah adalah yang pertama, orang-orang lain adalah yang kedua, dan saya adalah yang ketiga”. Walaupun atlit ini memiliki rasa percaya diri dan self-esteem yang sehat, dia menyadari bahwa panggilan terbesar dalam kehidupan setiap pribadi manusia pertama-tama adalah untuk melayani Allah, kemudian melayani sesama, barulah disusul dengan pemenuhan kebutuhan pribadinya sendiri. Dalam bacaan hari ini, kita dapat melihat bahwa skala prioritas dari Musa juga serupa dengan sang atlit. Lihatlah bagaimana Musa memberi tanggapan ketika YHWH Allah mengancam untuk mengatakan “cape deh” dan berniat menurunkan murka-Nya atas umat-Nya karena ulah mereka, padahal orang-orang itu telah dibawa-Nya dari perbudakan di Mesir. Sebaliknya YHWH akan membangkitkan “sebuah bangsa besar” untuk Musa dan turunannya (lihat Kel 32:10). Bukannya memandang dengan penuh harapan masa depan yang begitu cerah, Musa malah menolak kehormatan seperti itu dan dia kemudian melakukan syafaat untuk umat (bacalah lagi: Kel 32:11-13).

Ya, Musa memang rendah hati, tetapi dia juga dapat menjadi berani. Musa menunjukkan semacam kerendahan hati yang berani, yang selalu mempertimbangkan kebutuhan spiritual dan kepentingan orang-orang lain di atas kepentingannya sendiri. Ada tertulis: “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi” (Bil 12:3), namun ini adalah kelembutan hati yang dikombinasikan dengan kekuatan, yaitu kekuatan batin untuk memikul tanggung jawab kepemimpinan tanpa gembar-gembor; di samping itu dia juga memiliki kekuatan lahiriah untuk mengoreksi dan menantang orang-orang lain bahkan ketika dia mendorong serta menyemangati mereka. Dalam mempertahankan keseimbangan antara kebaikan hati dan keteguhan seperti diperlihatkan oleh Musa inilah dia dapat disebut sebagai seorang tokoh pendahulu dari campuran sempurna antara bela rasa dan keadilan yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus.

Seperti Musa dan juga seperti Yesus, kita pun harus berkata, “Aku adalah yang ketiga”. Kita melakukan hal ini dengan menerima secara jujur kelemahan-kelemahan kita dan dengan rendah hati menerima talenta kita sebagai karunia atau anugerah dari Allah – karunia-karunia yang diberikan kepada kita dalam “bejana tanah liat” (lihat 2Kor 4:7). Dalam menggunakan karunia-karunia ini, kita dipanggil untuk menyeimbangkan “merpati” dan “elang” yang ada di dalam diri kita. Kita dipanggil untuk berbicara lantang dengan penuh keyakinan demi keadilan, tanpa mengkompromikan prinsip-prinsip kita dengan popularitas (pencitraan?). Kita dipanggil untuk memperhatikan orang-orang yang menderita dan susah – teristimewa mereka yang dekat dengan kita – dan menunjukkan kepada dunia betapa berharga dan istimewanya berpihak kepada “wong cilik”, orang-orang miskin, mereka yang menderita sakit-penyakit, mereka yang tertindas dan termarginalisasikan.

Kalau kita mengesampingkan berbagai ganjaran yang bersifat duniawi, maka kita pun akan menemukan kehormatan yang jauh lebih besar: menjadi anggota tubuh Kristus, yang membutuhkan dan melayani satu sama lain dalam kesatuan persaudaraan Kristiani.

DOA: Bapa surgawi, dengan penuh kasih Engkau telah memanggilku ke dalam kerja pelayanan-Mu. Aku membuat komitmen untuk menempatkan diriku dalam pemeliharaan dan bimbingan-Mu. Terpujilah nama-Mu selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 5:31-47), bacalah tulisan yang berjudul “KESAKSIAN TENTANG YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 15-3-18) dalam situs/ blog PAX ET BONUM http://catatanseorangofs.wordpress.com; kategori: 18-03 PERMENUNGAN ALKITABIAH MARET 2018.

(Tulisan ini bersumberkan sebuah tulisan saya pada tahun 2011)

Cilandak, 13 Maret 2018

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages