(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa VII – Rabu, 26 Februari 2014)
Kata Yohanes kepada Yesus, “Guru, kami melihat seseorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah dia, karena dia bukan pengikut kita.” Tetapi kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapt seketika itu juga mengumpat Aku. Siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. (Mrk 9:38-40)
Bacaan Pertama: Yak 4:13-17; Mazmur Tanggapan: Mzm 49:2-3,6-11
Bacaan Injil ini sebenarnya mengungkapkan fenomena yang diketahui ada pada masa gereja awal. Ingat, misalnya, cerita tentang anak-anak Skewa (lihat Kis 19:13-14). Dan, tentunya hal ini terjadi pada masa Yesus juga.
Seperti telah kita baca di berbagai bacaan Injil lainnya, pada masa Yesus praktis setiap orang percaya pada roh-roh jahat. Setiap orang percaya bahwa bahwa baik penyakit fisik maupun mental disebabkan oleh pengaruh sangat buruk dari roh-roh jahat ini. Ada satu cara yang biasa digunakan untuk mengusir roh-roh jahat itu: Apabila seseorang mengetahui suatu nama yang lebih memiliki kuat-kuasa dan memerintahkan roh jahat itu untuk keluar meninggalkan seseorang, maka diharapkan roh jahat itu menjadi tak berdaya. Inilah kurang lebih gambarannya.
Yohanes sempat melihat seseorang menggunakan nama Yesus yang penuh kuasa itu untuk mengalahkan roh jahat dan dia telah mencoba untuk mencegahnya, karena orang itu tidak termasuk dalam kelompok pengikut Yesus. Namun di sini Yesus menyatakan, bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melakukan karya besar dalam nama-Nya dan sekaligus adalah musuh-Nya. Lalu Yesus mengajarkan sebuah prinsip, yaitu “Siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (Mrk 9:40).
Pada hakekatnya ini adalah pelajaran mengenai toleransi, suatu pelajaran yang dibutuhkan oleh hampir semua orang. Umat Kristiani dituntut untuk senantiasa menunjukkan sikap yang terbuka dan toleran kepada sesama, bukan terbatas pada mereka yang seiman saja. Dalam Mrk 9:33-37, Yesus mengajar agar masing-masing murid-Nya tidak menjadi angkuh secara pribadi, sedangkan pada bacaan Injil hari ini Yesus mengajar tentang betapa salahnya juga keangkuhan secara berkelompok.
Segala hal harus dibuktikan oleh kehidupan kita yang nyata. Tidak ada seorang pun dari kita yang dapat menyalahkan kepercayaan-kepercayaan yang membuat seorang insan manusia menjadi pribadi yang baik. Kalau begitu, maka kita pun menjadi kurang bersikap intoleran terhadap mereka yang “lain”. Kita boleh saja tidak sependapat dengan kepercayaan yang dianut oleh seorang lain, tetapi dengan demikian tidak serta-merta kita boleh membenci orang yang bersangkutan dan melakukan kekerasan atas dirinya dan merusak harta miliknya.
Intoleransi terhadap iman-kepercayaan yang berbeda dengan kita mencerminkan kesombongan rohani dalam diri kita. Kalau begitu halnya, maka kita pun tidak lebih baik dari orang Farisi dan pemuka agama pada zaman Yesus. Pentinglah untuk kita ingat, bahwa kebenaran itu selalu lebih besar daripada apa yang dapat dipahami oleh seseorang. Dasar dari toleransi bukanlah bahwa kita menerima segalanya karena kita malas. Toleransi berarti menghormati segala kemungkinan kebenaran yang mengambil berbagai bentuk pengungkapan. Toleransi berarti menghormati secara jujur kebebasan hati nurani dalam menghadapi berbagai pola kehidupan yang bersifat mekanistis, kebiasaan-kebiasaan yang resmi diterima, dan kekuatan-kekuatan sosial yang bertentangan. Bukankah ini menunjukkan kasih yang lebih besar daripada iman atau pengharapan? Intoleransi adalah suatu tanda keangkuhan dan ketidakpedulian, karena ini adalah tanda bahwa seseorang sesungguhnya percaya bahwa tidak ada kebenaran di luar kebenaran yang diketahuinya sendiri. Tidak ada seorang pun yang memakai nama Yesus dengan serius (dan penuh hormat) yang boleh kita hina dan asingkan. Demikian pula tidak ada satu pun tindakan kebaikan dalam nama Yesus yang dapat dilarang oleh para pengikut-Nya sendiri.
DOA: Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Jauhkanlah kami dari sikap intoleransi dan angkuh terhadap pihak mana pun yang tidak seiman dengan kami. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Mrk 9:38-40), bacalah tulisan yang berjudul “MENGESAMPINGKAN EKSPEKTASI-EKSPEKTASI KITA SENDIRI” (bacaan tanggal 26-2-14) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 14-02 BACAAN HARIAN FEBRUARI 2014.
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 23-2-11 dalam situs/blog SANG SABDA).
Cilandak, 24 Februari 2014
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
No comments:
Post a Comment