Perarakan Salib PYD, Imam dan Petugas Liturgi dalam Ekaristi Kaum Muda (EKM) di Gereja Katedral Pontianak |
Ekaristi merupakan salah satu sakramen yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari tubuh dan darah Kristus serta turut dalam pengorbanan diri-Nya. Dalam bahasa sehari-hari yakni setiap umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus atau yang sering kita sebut sebagai komuni suci. Sebagaimana umat berkumpul menunjukkan bahwa Yesus telah meruntuhkan tembok pembatas antara mereka dan kita sebagai keluarga Allah dalam misteri kehidupan dan kematian Kristus, boleh menyatukan diri, lahir kembali, diampuni dan jeritan kehidupan kita terjawab. Melalui Ekaristi, umat boleh merasakan Kristus sendiri hadir, membasuh kaki-kaki kita dan menebus kemanusiaan dosa kita. Tuhan Yesus mengundang kita untuk melakukan hal serupa, menjalankan kehidupan-Nya yang menyelamatkan, dipersatukan untuk menjadi kekuatan dan makanan satu sama lain. Sebagai mana Kristus hadir dan menjadi kekuatan dan makanan bagi jiwa dan raga kita.
Ekaristi Kaum Muda (EKM) merupakan perayaan Ekaristi khusus di mana kaum muda menjadi penggerak dalam misa sakral yang dilaksanakan dengan cara orang muda. EKM sendiri dapat kita gambarkan sebagai bentuk perayaan misa kharismatik, di mana semangat para pemuda yang berkobar-kobar mengantarkan Tubuh dan Darah Kristus yang suci sampai kepada mereka. Lagu-lagu yang dibawakan tentunya adalah lagu-lagu kharismatik yang sangat relevan bagi jiwa-jiwa muda. walaupun demikian, nilai-nilai liturgi di dalamnya tetap terjaga dengan baik. Sehingga memang benar, EKM merupakan salah satu kekayaan iman Katolik khususnya bagi kaum muda dalam pembinaan iman serta perhatian gereja sendiri bagi kaum muda. Mengingat penghayatan akan ekaristi harus merasuk di dalam jiwa para orang muda yang notabene rentan pada pengaruh-pengaruh dunia entah baik ataupun buruk.
Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak pada tanggal 21 November 2015 telah melaksanakan Ekaristi Kaum Muda. Kegiatan ini dihadiri oleh para OMK sedekanat Pontianak yang terdiri dari sepuluh paroki. Mereka antara lain para OMK dari Paroki Katedral Pontianak sebagai tuan rumah penyelenggara EKM, Paroki MRPD, Paroki BMJ, Paroki Santa Sisilia, Paroki GKKK, Paroki St. Hieronimus, Paroki St. Agustinus, Paroki St. Fidelis Ambawang, Paroki Stella Maris dan Paroki GB Seng Hie. Tuan rumah juga tidak lupa mengundang bruder, suster, serta para tamu undangan lainnya seperti Komunitas Tritunggal Maha Kudus (KTM) dan umat lainnya. Kegiatan dimulai pada pukul enam sore di Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak. Para pemusik sedang mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam mengiringi nyanyian dan tarian selama misa EKM. Paduan suara yang mengisi misa EKM ini adalah gabungan dari para OMK yang tergabung dalam dekanat Pontianak kota di Keuskupan Agung Pontianak.
Misa dipimpin langsung oleh pastor Paroki Katedral yaitu Romo Alex Mingkar, Pr. Sebelum homili dilaksanakan, sahabat OMK menyuguhkan peran drama yang mengisahkan tentang seorang gadis buta yang dalam hidupnya selalu mendapatkan cobaan berat dari orang-orang di sekelilingnya, sangat menyentuh. Ada orang yang tulus menolongnya, namun entah kenapa alasannya lingkungan melarang ia untuk menolong si gadis buta. Dengan tabah, ia meraba-raba tanah dan mencari tongkatnya. Satu per satu orang menghina ia, mencaci maki, mulai dari orang kaya, pelajar, pemuda yang mabuk-mabukkan tak ada yang memperdulikan ia. Malahan, ia dimarahi oleh karena kebutaannya. Si gadis buta malang itu sedih dan mengadu kepada Tuhan. Daniel, yang berperan sebagai Yesus berkali-kali menopang si gadis yang terjatuh karena menabrak orang-orang tersebut, dan dengan penuh kasih ditolongnya si gadis buta dan akhirnya disembuhkan-Nya. Setelah kisah drama tersebut, Romo Alex bertanya pada orang-orang muda yang hadir dalam EKM tersebut. Di manakah posisi kalian sesuai dengan peran tersebut; sebagai si gadis buta, orang yang hendak menolong namun dilarang oleh lingkungannya, orang-orang kaya, pelajar, sebagai orang muda yang suka ugal-ugalan. Dari kisah tersebut, kita diajarkan untuk mau menjadi Yesus bagi sesama kita, khususnya orang muda. OMK harus aktif dan tidak hanya hidup di dalam kadang sendiri. OMK boleh melakuka turney ke stasi-stasi di kampung, mengadakan ibadat kaum muda, dari situlah OMK merasul. Jangan dijadikan sebagai petugas parkir bekala. “Siapa saja bisa menjadi tukang parkir, terlalu mudah untuk mereka,” pesan Romo Alex. Pada akhirnya, OMK menjadi teladan dan penggerak sehingga sedikit-sedikit diperhitungkan oleh kaum tua. Mereka memiliki peran penting dan tidak sepele bagi gereja. “Khusus mahasiswa pedalaman yang kuliah di Pontianak, melalui OMK dekanat Pontianak, setelah dari sini mereka pulang akan membawa pengalaman di daerah asalnya. Saling menghidupkan, saling membangun diri,” tuturnya. Pastor Alex juga menyayangkan kebiasaan orang muda yang paling sering menjadi perhatian. Orang muda lebih cenderung menyibukkan diri dengan handphone dan mengenakan pakaian tidak pantas ke gereja. Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh, agar orang muda tidak melakukan kesalahan terus menerus.
Penulis sempat mewawancarai salah satu panitia kegiatan EKM, Bapak Paulinus Freddy yang merupakan salah satu dosen muda di Widya Dharma Pontianak dan juga anggota OMK Katedral mengenai kegiatan yang dilaksanakan tersebut. Ternyata kegiatan ini telah direncanakan sejak bulan Agustus 2015 lalu dan di bulan November diadakan komunikasi antarparoki. Luar biasanya lagi, hanya dengan waktu dua minggu kegiatan EKM tersebut dapat terlaksana mulai dari persiapan musik, paduan suara, tarian dan undangan setiap Paroki. Tujuan dari kegiatan EKM di Pontianak ini pertama-tama adalah ingin menunjukkan semangat Kristus yang berkobar-kobar di dalam jiwa pemuda sebagaimana tema kegiatan yaitu “Kobarkan Semangat Kristus” terutama di Dekanat Pontianak. Kegiatan ini juga pemersatu para OMK yang dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti paduan suara, partisipasi aktif seluruh angggota OMK dalam EKM pada hari ini. Kendala yang dihadapi para panitia adalah memaksimalkan latihan-latihan baik paduan suara, musik, tarian dan lain sebagainya mengingat persiapan hanya dua minggu saja. “Tuhan Yesus kasih kita solusi, sepuluh paroki dekanat saling bekerja sama. Puji Tuhan semua dapat terlaksana dengan lancar, so fast, so good,” tutur pak Freddy. Harapan dari kegiatan ini adalah tidak hanya mempersatukan OMK sedekanat Pontianak, tetapi juga menjadi momentum ke depannya, whats next, tidak berhenti sampai di sini saja. Tetapi dapat dilanjutkan dan dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam masyarakat di bawah naungan gereja Katolik. Penulis setuju dengan pendapat bapak Freddy tersebut, karena selama ini OMK dekanata Pontianak pernah dianggap mati suri. Namun melalui kegiatan ini, pendapat tersebut dipatahkan. Ternyata OMK sedekanat Pontianak tetap lestari dan solid hingga saat ini. Kegiatan sebelumnya yang terkoordinasi dalam PYD (Pontianak Youth Day) telah dilaksanakan oleh OMK di paroki masing-masing dan salib PYD tersebut telah kembali di Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak. Penulis berterima kasih kepada team baik Ketua OMK Katedral, Saudari Veronica Fanny Yolanda dan wakil Teddy Orlando bersama-sama teman-teman OMK lainnya yang telah ikut bersumbangsih dalam EKM yang sangat sukses ini. Semoga kegiatan ini tetap berkesinambungan dan menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali aktivitas OMK di masing-masing Paroki Dekanata Pontianak. Ayo OMK, kobarkan semangat Kristus!!! (Sdr. Fransesco Agnes Ranubaya, OFS)
No comments:
Post a Comment