MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN - ORDO FRANSISKAN SEKULAR

ORDO FRANSISKAN SEKULAR

OFS - Ordo Fransiskan Sekuler - Ordo Ketiga Fransiskan

ORDO FRANSISKAN SEKULAR REGIO KALIMANTAN

test banner

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Friday, September 18, 2015

MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan Biasa XXIV – Sabtu, 19 September 2015)

Keluarga Fransiskan: Peringatan S. Fransiskus Maria dr Camporosso [+1866], Biarawan Kapusin 

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri dengan Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan, “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru, “Siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” 

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab, “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang-orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang-orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekhawatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8:4-15) 

Bacaan Pertama: 1 Tim 6:13-16 Tim; Mazmur Tanggapan: Mzm 100:2-5

“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang-orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan” (Luk 8:15).

Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita bahwa mengasihi Allah dan mengasihi sesama adalah dua hal: (1) mendengarkan Sabda Allah dan (2) memeliharanya serta melaksanakannya.

Banyak orang Yahudi dalam masa Yesus hidup di dunia sebagai seorang manusia adalah para petani. Mereka memahami hal-ikhwal pertanian, misalnya tentang cara menanam atau menabur benih, tanah yang baik dan tidak baik, pengairan/irigasi dst. Yesus mengatakan bahwa menyebarkan sabda Allah adalah seperti menabur benih, yang harus dilakukan pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula.

parable-of-the-sowerYesus mengatakan bahwa ada orang-orang yang memang tidak ingin mendengarkan sabda Allah pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan dengan cara yang tepat pula. Itulah sebabnya mengapa sabda Allah tidak menolong mereka. Itulah sebabnya mengapa mereka tidak menghasilkan buah. Namun bagi mereka yang sungguh ingin mendengarkan sabda Allah, dunia yang baru benar-benar terbuka! Hal ini memberikan kepada mereka keberanian untuk terus melangkah maju, mencerahkan pikiran-pikiran dan kata-kata yang mereka ucapkan, dan membawa kasih ke dalam tindakan-tindakan mereka.

Bagian yang sungguh penting dari petikan di atas adalah frase “mengeluarkan buah dalam ketekunan”.  Memang agak mudahlah untuk menjadi bagian dari orang banyak yang mendengarkan sabda Allah tentang kasih dan keadilan, tentang hak-hak orang lain, tentang tugas-tugas kita dalam hidup ini. Namun untuk melaksanakan semua itu dalam ketekunan dalam hidup kita sehari-hari – hari demi hari – adalah suatu persoalan lain. Masalah “teori vs praktek” ini juga merupakan pembahasan yang cukup hangat dalam pertemuan Kitab Suci di lingkungan kami pada malam tanggal 17 September lalu, ketika kami membahas masalah “hidup untuk melayani”.

Ada juga dari kita – umat Kristiani – yang masih bersikap pilih-pilih. Kita senang mendengarkan kata-kata indah tentang kasih dan hal-hal yang enak didengar lainnya. Akan tetapi, ketika Yesus Kristus berbicara kepada kita tentang dosa-dosa kita, tentang berbagai ketidakadilan yang kita lakukan, atau hukuman macam apa yang pantas kita terima untuk semua itu, maka kita tidak sudi mendengarkan sabda Allah itu. Dalam hal ini kita kelihatannya konsisten. Kita hanya mencari sisi yang mudah saja dari berbagai hal yang kita hadapi.

Kalau kita tidak menerima pesan Allah secara keseluruhan, maka kita sebenarnya tidaklah mendengarkan sabda-Nya. Kalau kita tidak mempraktekkan keseluruhan perintah Allah dengan cara sebaik-baiknya seturut kemampuan kita, maka kita sesungguhnya tidak mengeluarkan buah dalam ketekunan.

DOA: Tuhan Yesus, kubuka hatiku kepada-Mu seperti sebidang tanah yang baik, siap untuk menerima dari-Mu benih-benih sabda-Mu yang Engkau taburkan ke dalam hatiku. Terpujilah nama-Mu, sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (1 Tim 6:13-16), bacalah tulisan yang berjudul “DENGAN TIDAK BERCACAT DAN TIDAK BERCELA” (bacaan tanggal 19-9-15) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 15-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2015. 

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 20-9-14 dalam situs/blog SANG SABDA) 

Cilandak, 16 September 2015 [Peringatan S. Kornelius, Paus & S. Siprianus, Uskup-Martir] 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages